Early Feeding

Published on November 2016 | Categories: Documents | Downloads: 24 | Comments: 0 | Views: 251
of 4
Download PDF   Embed   Report

early feeding

Comments

Content

Penyembuhan setelah tindakan operasi abdomen: apakah
pemberian makanan lebih cepat memberikan hasil yang lebih baik?
Abstrak
Apakah lebih baik pasien diberi kebebasan untuk memilih
makanannya sendiri atau apakah lebih baik pemasukan makanan
dibatasi sampai fungsi pencernaan kembali normal pada proses
penyembuhan paska operasi abdomen? Penulis melakukan
penelitian randomized trial yang membandingkan ledua metode
pada pasien yang menjalani colectomy atau pembedahan vascular
abdomen. Pada pasien yang langusng diberi makanan paskaoperasi
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada
parameter yang ditentukan.
Penelitian ini dipilih dari Medscape Best Evidence yang
menggunakan McMaster Online Rating of Evidence System.
Penelitian ini mendapat nilai 5 dari 7 untuk tingkat pemberitaan dan
6 dari 7 untuk relevansi yang dinilai oleh dokter-dokter yang
menggunakan system ini.
Pembahasan
Kutipan dari Shakespeare, “To feed or not to feed” merupakan
pertanyaan yang akan dijawab oleh penulis dalam penelitian
randomized trial ini. Pendekatan tradisional pada pasien
paskaoperasi gastrointestinal adalah dengan puasa makanan padat
untuk beberapa hari (nil by mouth). NGT dipasang untuk dekompresi
perut dan diberikan cairan intravena. Dengan membaiknya
dismotilitas saluran cerna, pemberian makanan paskaoperasi
dilakukan dengan pelan-pelan meningkatkan jumlah cairan yang
diberikan. Pasien boleh diberikan makanan padat apabila ada bukti
bahwa pasien kentut atau buang air besar yang menandakan tandatanda ileus sudah tidak ada.
Akan tetapi apakah pembatasan jenis makanan penting atau
bolehkan pasien memilih apa yang hendak dimakan? Untuk
menjawab pertanyaan ini penulis merekrut 128 pasien yang
dioperasi pada 2 rumah sakit pendidikan dan 1 rumah sakit umum
di Belanda. Pasien-pasien tersebut dijadwalkan untuk operasi
reseksi colon atau operasi vaskuler abdomen. Pasien secara acak
dikelompokkan menjadi dua:
 Pasien mengikuti metode makanan konvensional paskaoperasi
(pelan-pelan meningkatkan cairan pada 3 hari pertama,
makanan mudah cerha pada hari ke-4 dan diet normal pada
hari ke-5)
 Pasien boleh memilih makanan yang diinginkan dan boleh
makan pada waktu yang diinginkan
Parameter utamanya adalah perlunya pemasangan ulang NGT.
Parameter lainnya termasuk waktu pasien mengkonsumsi makanan

normal, lamanya diraewat di rumah sakit, dan komplikasi
paskaoperasi. Penelitian ini juga dinilai dengan nilai sakit dan
informasi kualitas hidup. Nilai sakit dihitung dengan skala 1 sampai
10 dan kualitas hidup dinilai dengan kuesioner yang berisi 36
pertanyaan (SF-36) dan 20 pernyataan untuk mengukur tingkat
kelelahan.
Kedua kelompok terdiri dari proporsi jenis kelamin, usia, BMI, tipe
anesthesia, tipe operasi dan komorbid yang sama. Yang diketahui
berbeda adalah volum darah yang hilang lebih banyak pada
kelompok yang diberikan metode makanan konvensional. Akan
tetapi pada analisa data, penulis sudah mengatur ulang sehingga
tidak akan terjadi ketimpangan.
Lalu apakah hasil dari penelitian ini? Pada kedua kelompok ini tidak
menunjukkan banyak perbedaan dalam waktu buang air besar atau
kentut, perlunya pemasangan ulang NGT dan lamanya dirawat di
rumah sakit. Parameter rasa nyeri dan kualitas hidup tidak banyak
terpengaruh oleh pemberian makanan sesuai keinginan pasien.
Tingkat mortalitas (5 pasien) dan morbiditas paskaoperasi tidak ada
perbedaan. Perbedaan yang signifikan adalah pada waktu
pemberian makanan padat pada pasien yaitu 2 hari pada pasien
yang bebas memilih dan 5 hari pada pasien dengan metode
pemberian makanan konvensional paskaoperasi.
Karena tidak ada perbedaan pada hasilnya, bolehkah kita
menyimpulkan bahwa kedua metode adalah equivalen? Bolehkan
kita membiarkan pasien bebas memilih makanan paskaoperasi?
Berdasarkan penelitian ini, jawabannya adalah “mungkin”.
Apakah kelemahan dari penelitian ini? Kelemahan utamanya adalah
ini merupakan penelitian dalam skala kecil, dalam skala besar
mungkin perbedaan akan tampak. Contohnya, 10% pasien dengan
metode makan konvensional memerlukan pemasangan ulang NGT
dibandingkan dengan 20% pasien yang boleh bebas memilih
makanan. Perbedaan pada penelitian ini tidak signifikan, tapi pada
ukuran sampel yang lebih besar, misalnya 200 pasien pada setiap
kelompok, mungkin perbedaannya akan signifikan.
Kelemahan lainnya dari penelitain ini adalah tidak didatanya
makanan yang dimakan pada pasien yang bebas memilih makanan.
Pasien pada kelompok tersebut mungkin hanya mengkonsumsi
cairan pada awalnya dan mengkonsumsi makanan padat hanya 1
atau 2 hari sebelum kelompok pasien dengan metode makan
konvensional. Kemungkinan lainnya adalah pasien yang
membutuhkan pemasangan ulang NGT adalah pasien yang
langsung mengkonsumsi makanan padat dan pasien yang tidak
membutuhkan reintubasi adalah pasien yang mengkonsumsi

makanan padat lebih lambat dari pasien lainnya. Saying sekali
penelitian ini tidak mencatat adanya informasi ini.
Bagaimana penelitian ini apabila dibandingkan dengan laporan yang
serupa? Sejak tahun 2000 sudah dilakukan beberapa penelitian
tentang pemberian makan lebih awal paskaoperasi abdomen. Lewis
dkk mempublikasi meta-analisis pada tahun 2001 tentang
pemberian makan lebih awal vs. pembatasan makanan.
Berdasarkan 11 penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
manfaat dari pembatasan makanan. Mereka menemukan bahwa
dismotilitas paskaoperasi lebih banyak mengenai lambung dan
colon, usus halus sudah kembali berfungsi secara normal dalam 4-8
jam dengan toleransi pemberian makana dan makanan akan diserap
dalam 24 jam. Walaupun pemberian makanan lebih awal
berhubungan dengan resiko lebih besar untuk muntah (P ≥.05),
pada penelitian meta-analisis tidak menemukan keuntungan dalam
memuasakan pasien paska reseksi elektif gastrointestinal.
Pemberian makanan lebih awal berhubungan dengan lebih sedikit
waktu yang diperlukan untuk dirawat di rumah sakit, mengurangi
resiko infeksi dan dan dehisensi. Penulis pada editorial lainnya
mempertanyakan apakah keuntungan dari pemberian makanan
lebih awal akan terpengaruh oleh status nutrisi preoperasi. Apakah
metode ini akan lebih menguntungkan pada pasien malnutrisi?
Andersen dkk mengulas 2006 data dari 13 penelitian randomized
trial dengan total 1173 pasien yang mengalami operasi
gastrointestinal. Tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok akan tetapi penelitian tersebut menemukan
bahwa tidak ada keuntungan dari pembatasan makanan. Bukan
hanya hasil pada pemberian makanan padat lebih awal tidak
berbeda secara signifikan, tapi mengurangi komplikasi paska
operasi.
Pada tahun 2007, Charoenkwan dkk mengulas tentang pemberian
makanan pada pasien paskaoperasi ginekologis melalui abdomen.
Mereka juga menyimpulkan bahwa pemberian makanan lebih awal
aman dan meningkatkan resiko terjadinya muntah. Ternyata tidak
ada perbedaan waktu sampai terjadinya kentut atau buang air besar
pertama paskaoperasi. Pemberian makanan lebih awal perlu
beberapa pertimbangan yaitu biaya, kepuasan pasien dan
perubahan fisiologis.
Pada 2006 dilakukan penelitian “fast-track” pada operasi colon di
program rehabilitasi, penulis memberikan makanan paskaperasi
berupa the dan sup yang memberi signal optimis pada pasien yang
menggambarkan mereka berada dalam keadaan sehat dan akan
meninggalkan rumah sakit dalam waktu yang singkat. Penulis
menyimpilkan bahwa pemberian makanan lebih awal dapat
memberikan efek psikologis yang positif dapat membanty proses

penyembuhan. Penulis menyatakan bahwa nutrisi kaya protein dan
tinggi kalori (1.5kcal dan 0.05 g protein/mL) menurunkan tingkat
komplikasi secara drastic dan mereka merekomendasikan untuk
segera memberikan nutrisi tesebut setelah operasi dan dilanjutkan
sampai pasien dapat makan dan minum secara normal.
Kesimpulannya adalah penelitian ini menambahkan informasi dari
penelitian yang sudah ada sebelumnya bahwa pemberian makanan
lebih awal secara oral adalah aman dilakukan dan tidak
meningkatkan morbiditas ataupun mortalitas. Karena pemberian
makanan lebih awal akan memperpendek waktu yang dibutuhkan
untuk dirawat di rumah sakit.
Mungkin peraturan yang paling tepat adalah sesuatu yang berada
diantara keduanya. Pasien diberitahu bahwa mereka boleh makan
dan minum apapun yang diinginkan akan tetapi tidak langsung
kembali ke kebiasaan normal untuk waktu 24-36 jam pertama.
Peraturan seperti ini dapat mengurangi rasa mual dan pemasangan
ulang NGT.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close