kay

Published on January 2018 | Categories: Documents | Downloads: 36 | Comments: 0 | Views: 925
of 3
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

http://rumahsehatiqra.wordpress.com/2011/12/25/bagaimana-hukum-pengobatan-dengan-al-kay/

Bagaimana Hukum Pengobatan dengan Al-Kay? Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam melarang seseorang berobat dengan menggunakan al Kay (besi panas). Sebelum menjawab pertanyaan di atas, kita sebutkan terlebih dahulu hadist-hadist yang berkenaan dengan masalah ini, diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallaahu „anhu, dari Nabi shallallaahu „alaihi wasallam bersabda:

‫س‬

‫س‬

‫ز‬

“Terapi pengobatan itu ada tiga cara, yaitu; berbekam, minum madu dan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang terluka), sedangkan aku melarang ummatku berobat dengan kay. (HR Bukhari, no. 5680). Kedua: Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah rahimahullaah, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam bersabda:

‫س‬

‫س‬

‫س‬

‫ز ر‬

“Apabila ada kebaikan dalam pengobatan yang kalian lakukan, maka kebaikan itu ada pada berbekam, minum madu, dan sengatan api panas (terapi dengan menempelkan besi panas di daerah yang luka) dan saya tidak menyukai kay.“ (HR. Bukhari, no. 5704 dan Muslim, no. 2205). Ketiga: Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah rahimahullaah, bahwasanya ia berkata:

‫س عد ز‬

‫عذ‬

‫ـ هللا زس‬

‫هللا ص‬

‫ده ـ س‬

‫ز‬

‫ث‬

“Sa‟ad bin Mu‟adz pernah kena bidikan panah di urat tangannya, kemudian Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam membedahnya dengan tombak yang dipanasi dengan api, setelah itu luka-luka itu membengkak, kemudian dibedahnya lagi.“ (HR. Muslim) Keempat : Dari Jabir bin Abdullah rahimahullaah, bahwasanya ia berkata :

‫ـ‬

‫هللا ص‬

‫عث ـ س‬

‫ع‬

‫طع‬

‫س‬

‫ه‬

“Bahwasanya Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam, pernah mengirim seorang tabib kepada Ubay bin Ka‟ab. Kemudian tabib tersebut membedah uratnya dan menyundutnya dengan al kay (besi panas).“ (HR Muslim, no. 4088) Para ulama menyebutkan bahwa sebenarnya hadist-hadits diatas tidak menunjukkan keharaman berobat dengan al kay (besi panas) tetapi hanya menunjukan kemakruhan, jika ada obat lain, atau karena di dalam al kay mengandung penyiksaan terhadap dirinya. (Salim bin „Ied al-Hilali, Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, Pustaka Imam Syafi‟i, 2006, 3/202-204). Berkata al Hafidh Ibu Hajar: “Kesimpulan dari penggabungan (hadits-hadits di atas) bahwa perbuataan Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam menunjukkan kebolehan (menggunakan al kay), adapun beliau meninggalkannya, dan memuji siapa saja yang meninggalkannya, maka tidaklah menunjukkan larangan, tetapi hanya menunjukkan bahwa meninggalkan hal tersebut lebih baik dari pada menggunakannya. Adapun larangan beliau untuk menggunakan al kay, kemungkinan diterapkan jika ada pilihan lain, dan hanya bersifat makruh. Ataupun pada penyakit-penyakit yang memang bisa disembuhkan dengan cara lain. Wallahu A‟lam“ (Fathul Bari, Kairo, Dar ar Royan,1987 M : 10/ 164) Perkataan Ibnu Hajar di atas dikuatkan oleh Ibnu Ibnu Qayyim, beliau menulis : “Hadits-hadits al-Kay di atas mengandung empat hal: Pertama, bahwa Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam menggunakan al Kay. Kedua, beliau tidak menyukainya. Ketiga, beliau memuji orang yang bisa meninggalkannya. Keempat, larangan beliau terhadap penggunaan al-Kay. Keempat hal tersebut tidaklah bertentangan satu dengan yang lainnya- segala puji bagi Allah- . Adapun perbuataannya menggunakan al Kay menunjukkan kebolehannya, sedangkan ketidaksenangan beliau tidak menunjukkan larangan, adapaun pujian beliau kepada orang yang meninggalkannya menunjukkan bahwa meninggalkan pengobatan dengan al Kay adalah lebih baik, sedangkan larangan beliau itu berlaku jika memang ada pilihan lain, atau maksudnya makruh, atau menggunakannya untuk hal-hal yang tidak diperlukan, seperti takut terjadi sesuatu penyakit pada dirinya.“ (Zaad al Ma‟ad, Beirut, Muassasah al Risalah, 4/ 65-66) Apakah pengobatan al Kay menafikan rasa tawakal?

http://rumahsehatiqra.wordpress.com/2011/12/25/bagaimana-hukum-pengobatan-dengan-al-kay/

Diriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu‟bah rahimahullaah, dari Nabi shallallaahu „alaihi wasallam beliau bersabda:

‫س‬

‫دس‬

‫س‬

“Barangsiapa melakukan pengobatan dengan cara kay atau meminta untuk diruqyah berarti ia tidak bertawakal.” (Shahih, HR. atTirmidzi, no. 2055 dan Ibnu Majah, no. 3489). Sebagian orang, salah di dalam memahami hadits di atas dan menyatakan bahwa pengobatan dengan al kay hukumnya haram, karena menafikan rasa tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Ibnu Qutaibah telah menjawab pernyataan di atas dan menjelaskan bahwa al Kay ada dua bentuk: Pertama, al Kay untuk orang-orang yang sehat, supaya tidak terkena sakit, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang al „Ajam (non Arab). Mereka seringkali mengobati anak-anak dan para pemuda mereka dengan metode al Kay, padahal mereka dalam keadaan sehat. Mereka menganggap bahwa cara seperti itu bisa menjaga kesehatan mereka dan menjauhkan dari berbagai penyakit. Begitu juga orang-orang Arab pada masa jahiliyah mengikuti cara seperti itu, bahkan mereka menerapkannya pada unta-unta mereka jika terjadi wabah penyakit. Inilah bentuk al Kay yang dilarang oleh Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam karena menafikan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Karena menganggap bahwa dengan menyandarkan kepada kekuatan api, mereka tidak akan terkena sakit. Kedua, adalah pengobatan dengan metode al Kay jika ada yang terluka pada salah satu anggota badan, atau terjadi pendarahan yang luar biasa dan hal-hal yang sejenis. Al Kay seperti inilah yang berpotensi untuk bisa menyembuhkan, dengan izin Allah. Sebab Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam sendiri pernah mengobati dengan cara al Kay terhadap As‟ad bin Zurarah di lehernya (HR. Tirmidzi ). (Lihat Ta‟wil Mukhtalafal al Hadits, 329). Sebelum menjawab pertanyaan di atas, kita sebutkan terlebih dahulu hadist-hadist yang berkenaan dengan masalah ini, diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallaahu „anhu, dari Nabi shallallaahu „alaihi wasallam bersabda:

‫س‬

‫س‬

‫ز‬

“Terapi pengobatan itu ada tiga cara, yaitu; berbekam, minum madu dan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang terluka), sedangkan aku melarang ummatku berobat dengan kay. (HR Bukhari, no. 5680). Kedua: Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah rahimahullaah, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam bersabda:

‫س‬

‫س‬

‫س‬

‫ز ر‬

“Apabila ada kebaikan dalam pengobatan yang kalian lakukan, maka kebaikan itu ada pada berbekam, minum madu, dan sengatan api panas (terapi dengan menempelkan besi panas di daerah yang luka) dan saya tidak menyukai kay.“ (HR. Bukhari, no. 5704 dan Muslim, no. 2205). Ketiga: Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah rahimahullaah, bahwasanya ia berkata:

‫س عد ز‬

‫عذ‬

‫ـ هللا زس‬

‫هللا ص‬

‫ده ـ س‬

‫ز‬

‫ث‬

“Sa‟ad bin Mu‟adz pernah kena bidikan panah di urat tangannya, kemudian Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam membedahnya dengan tombak yang dipanasi dengan api, setelah itu luka-luka itu membengkak, kemudian dibedahnya lagi.“ (HR. Muslim) Keempat : Dari Jabir bin Abdullah rahimahullaah, bahwasanya ia berkata :

‫ـ‬

‫هللا ص‬

‫عث ـ س‬

‫ع‬

‫طع‬

‫س‬

‫ه‬

“Bahwasanya Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam, pernah mengirim seorang tabib kepada Ubay bin Ka‟ab. Kemudian tabib tersebut membedah uratnya dan menyundutnya dengan al kay (besi panas).“ (HR Muslim, no. 4088) Para ulama menyebutkan bahwa sebenarnya hadist-hadits diatas tidak menunjukkan keharaman berobat dengan al kay (besi panas) tetapi hanya menunjukan kemakruhan, jika ada obat lain, atau karena di dalam al kay mengandung penyiksaan terhadap dirinya. (Salim bin „Ied al-Hilali, Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, Pustaka Imam Syafi‟i, 2006, 3/202-204). Berkata al Hafidh Ibu Hajar: “Kesimpulan dari penggabungan (hadits-hadits di atas) bahwa perbuataan Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam menunjukkan kebolehan (menggunakan al kay), adapun beliau meninggalkannya, dan memuji siapa saja yang

http://rumahsehatiqra.wordpress.com/2011/12/25/bagaimana-hukum-pengobatan-dengan-al-kay/ meninggalkannya, maka tidaklah menunjukkan larangan, tetapi hanya menunjukkan bahwa meninggalkan hal tersebut lebih baik dari pada menggunakannya. Adapun larangan beliau untuk menggunakan al kay, kemungkinan diterapkan jika ada pilihan lain, dan hanya bersifat makruh. Ataupun pada penyakit-penyakit yang memang bisa disembuhkan dengan cara lain. Wallahu A‟lam“ (Fathul Bari, Kairo, Dar ar Royan,1987 M : 10/ 164) Perkataan Ibnu Hajar di atas dikuatkan oleh Ibnu Ibnu Qayyim, beliau menulis : “Hadits-hadits al-Kay di atas mengandung empat hal: Pertama, bahwa Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam menggunakan al Kay. Kedua, beliau tidak menyukainya. Ketiga, beliau memuji orang yang bisa meninggalkannya. Keempat, larangan beliau terhadap penggunaan al-Kay. Keempat hal tersebut tidaklah bertentangan satu dengan yang lainnya- segala puji bagi Allah- . Adapun perbuataannya menggunakan al Kay menunjukkan kebolehannya, sedangkan ketidaksenangan beliau tidak menunjukkan larangan, adapaun pujian beliau kepada orang yang meninggalkannya menunjukkan bahwa meninggalkan pengobatan dengan al Kay adalah lebih baik, sedangkan larangan beliau itu berlaku jika memang ada pilihan lain, atau maksudnya makruh, atau menggunakannya untuk hal-hal yang tidak diperlukan, seperti takut terjadi sesuatu penyakit pada dirinya.“ (Zaad al Ma‟ad, Beirut, Muassasah al Risalah, 4/ 65-66) Apakah pengobatan al Kay menafikan rasa tawakal? Diriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu‟bah rahimahullaah, dari Nabi shallallaahu „alaihi wasallam beliau bersabda:

‫د سس‬

‫س‬

“Barangsiapa melakukan pengobatan dengan cara kay atau meminta untuk diruqyah berarti ia tidak bertawakal.” (Shahih, HR. atTirmidzi, no. 2055 dan Ibnu Majah, no. 3489). Sebagian orang, salah di dalam memahami hadits di atas dan menyatakan bahwa pengobatan dengan al kay hukumnya haram, karena menafikan rasa tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Ibnu Qutaibah telah menjawab pernyataan di atas dan menjelaskan bahwa al Kay ada dua bentuk: Pertama, al Kay untuk orang-orang yang sehat, supaya tidak terkena sakit, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang al „Ajam (non Arab). Mereka seringkali mengobati anak-anak dan para pemuda mereka dengan metode al Kay, padahal mereka dalam keadaan sehat. Mereka menganggap bahwa cara seperti itu bisa menjaga kesehatan mereka dan menjauhkan dari berbagai penyakit. Begitu juga orang-orang Arab pada masa jahiliyah mengikuti cara seperti itu, bahkan mereka menerapkannya pada unta-unta mereka jika terjadi wabah penyakit. Inilah bentuk al Kay yang dilarang oleh Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam karena menafikan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Karena menganggap bahwa dengan menyandarkan kepada kekuatan api, mereka tidak akan terkena sakit. Kedua, adalah pengobatan dengan metode al Kay jika ada yang terluka pada salah satu anggota badan, atau terjadi pendarahan yang luar biasa dan hal-hal yang sejenis. Al Kay seperti inilah yang berpotensi untuk bisa menyembuhkan, dengan izin Allah. Sebab Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam sendiri pernah mengobati dengan cara al Kay terhadap As‟ad bin Zurarah di lehernya (HR. Tirmidzi ). (Lihat Ta‟wil Mukhtalafal al Hadits, 329).

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close