Pestis Ida

Published on June 2017 | Categories: Documents | Downloads: 62 | Comments: 0 | Views: 547
of 15
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah manusia kaya dengan peperangan melawan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Lebih dari sepuluh ribu spesies insekta, gulma, nematoda dan
penyakit yang dapat menyerang tanaman yang dibudidayakan. Berbagai cara telah
dikembangkan untuk mengubah keseimbangan ke arah yang menguntungkan
manusia. Salah satunya adalah pengendalian hama menggunakan bahan kimia
yaitu pestisida.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur
dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan
bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan
untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas
ambang ekonomi atau ambang kendali.
Telah disadari bahwa pada umumnya pestisida merupakan bahan berbahaya
yang dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan
kelestarian lingkungan hidup. Namun demikian, pestisida juga memberikan
manfaat, sehingga pestisida banyak digunakan dalam pembanguna di berbagai
sektor, termasuk pertanian. Memperhatikan manfaat dan dampak negatifnya,
maka pestisida harus dikelola dengan cara sebaik-baiknya sehingga dapat
diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan dampak negatif yang sekecilkecilnya.

B. TUJUAN




Mengetahui pengertian pengendalian hama secara kimiawi
Mampu memahami cara pengendalian hama secara kimiawi
Mampu menerapkan pengendalian hama secara kimiawi dalam kehidupan seharihari

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengendalian Hama secara Kimiawi
Pengendalian

hama

secara

kimiawi

merupakan

upaya

pengendalian

pertumbuhan hama tanaman menggunakan zat kimia pembasmi hama tanaman
yaitu pestisida. Definisi dari pestisida, ‘pest” memiliki arti hama, sedangkan
“cide” berarti membunuh, sering disebut “pest killing agent”.
Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada
bagian tumbuhan. Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh petani. Olehnya
itu pengendalaian hama secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah
pemerantasan

hama

dan

penyakit.

Permasalahan yang terjadi sekarang, petani semakin cenderung menggunakan
pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi yakni dengan pestisida. Hal
ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani akan interaksi tanaman dan
musuh-musuh alaminya.

B. Macam-macam pestisida
Seiring berkembangnya metode pengendalan hama, ada beberapa macam
pestisida, yakni :
a.fungisida : pengendali cendawan
b.insektisida : pengendali serangga
c.herbisida : pengendali gulma
d.nematisida : pengendali nematoda
e.akarisida : pengendali tungau
f.ovarisida : pengendali telur serangga dan telur tungau
g.bakterisida : pengendali bakteri
h.larvasida : pengendali larva
i.rodentisida : pengendali tikus
j.avisida : pengedali burung
k.mollussida : pengendali bekicot
l.sterillant : pemandul.
C. Peranan Pestisida
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Dalam konsep PHT, pestisida berperan sebagai salah satu
komponen pengendalian. Prinsip penggunaanya adalah :
o Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti
komponen hayati.
o Efisien untuk mengendalikan hama tertentu.
o Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan.
o Tidak boleh persistent, harus mudah terurai.
o Dalam

perdagangan

(transport,

penyimpanan,

pengepakan,

labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum.
o Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut.

o Sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota.
o Relatif aman bagi pemakai.
o Harga terjangkau bagi petani.

Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat
ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan
penggunaanya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan
pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu
mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi
hama. Hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena
hama dapat ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan
pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan
dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman
tebu, dan berdasarkan catatan dari FAO

penggunaan pestisida dapat

menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat
penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar
dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian.
Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai
teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan
dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh
meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha
ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti
melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk
melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang
tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang
memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat
dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya.

Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil
yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pestisida
Seperti diketahui pada peranan pestisida yang dijelaskan pada sub bab
sebelumnya bahwa pestisida berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan
hasil yang disebabkan oleh OPT. Pengendalian OPT dengan menggunakan
pestisida banyak dilakukan secara luas oleh masyarakat, karena pestisida
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain, yaitu:
o Dapat diaplikasikan secara mudah.
o Dapat diaplikasikan hampir di setiap tempat dan waktu.
o Hasilnya dapat dilihat dalam waktu singkat.
o Dapat meningkatkan hasil produksi.
o Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu yang
singkat.
o Mudah diperoleh, dapat dijumpai di kios-kios pedesaan sampai
pasar swalayan di kota besar.
Di samping memiliki kelebihan tersebut di atas, pestisida harus diwaspadai
karena dapat memberikan dampak negatif, baik secara langsung maupun tidak
langsung, antara lain:
o Keracunan dan kematian pada manusia, ternak dan hewan piaraan,
satwa liar, ikan dan biota air lainnya, biota tanah, tanaman
o Terjadinya resistensi, resurjensi, dan perubahan status OPT
o Pencemaran lingkungan hidup
o Residu pestisida yang berdampak negatif terhadap konsumen

o Terhambatnya hasil pertanian (terutama perdagangan dalam
ekspor)
Dari kekurangan yang telah disebutkan di atas, tentunya sudah dapat dilihat
bahwa pestisida merupakan zat kimia yang berbahaya dan dapat menimbulkan
dampak buruk yang dapat merugikan manusia maupun lingkungan. Penyuluhan
untuk menggunakan pestisida dengan aman dan benar sangatlah diperlukan.
Sebelum menggunakan pestisida dalam pengendalian OPT akan lebih baik bila
pengguna mengenal seluk beluk mengenai pestisida dan cara penggunaannya
sesuai fungsinya agar dapat mengaplikasikan pengendalian dengan aman dan
benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat, yaitu:
1. Tepat jenis pestisida.
2. Tepat cara aplikasi.
3. Tepat sasaran.
4. Tepat waktu, dan
5. Tepat takaran.

E. Klasifikasi Pestisida
Menurut Soemirat (2003), pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan
organisme target, struktur kimia, mekanisme dan atau toksisitasnya. Berikut
klasifikasi pestisida berdasarkan organisme targetnya :
o Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti
tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida.
Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
o Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahas latinnya berarti
ganggang laut. Berfungsi untuk membunuh melawan alga.

o Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti
burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta
pengontrol populasi burung.
o Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani
bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
o Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos
yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau
cendawan.
o Herbisida, berasal dari kat latin herba yang berarti tanaman
setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
o Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan,
keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga
o Larvasida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh
ulat atau larva.
o Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti
berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
o Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani
nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda
(semacam cacing yang hidup di akar).
o Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi
untuk membunuh telur.
o Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma.
Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
o Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan.
Berfungsi untuk membunuh ikan.

o Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat.
Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
o Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa.
Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
o Silvisida, berasal dari kat latin yang berarti hutan. Berfungsi untuk
membunuh pohon.
o Termisida, berasal dari kata Yunani termes ang berarti serangga
pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.

Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya
tidak menggunakan akhiran sida:
o Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga
menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik
serangga dan menangkapnya dengan perangkap.
o Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau
hewan bertulang belakang.
o Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun
supaya memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan
kedelai.
o Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau
bagian tanaman lainnya.
o Disinfektan,

zat

yang

digunakan

untuk

membasmi

atau

menginaktifkan mikroorganisme.
o Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat
dan menghentikan pertumbuhan tanaman.

o Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau
serangga atau hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk
penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk.
o Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari
jasad renik atau biji gulma.
o Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
o Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan
terhadap angin dan hujan.
o Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada
permukaan daun.
o Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
o Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan
pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah.
o

F. Formulasi Pestisida
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida
dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat
diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi
nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
o Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang
nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water
soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka
singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan
aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong

murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan
aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan
emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan
membentuk emulsi.
o Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi
tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan
aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat.
Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 2080 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi
lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum
singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
o Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat
pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini
kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen
saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran
(tanaman).

o Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan
bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk
mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang
tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
o Oli (oil)

Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble
concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen,
karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low
volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada
tanaman kapas.
o Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang
berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.

G. Cara Menggunakan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis
obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan
sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah
hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel
pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik
bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah
terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun.
Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya
kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah
ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah
menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat
timbulnya resistensi.
1. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan
dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah

jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan
untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah
jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau
satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam
label pestisida.
2. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan
pestisida,
o Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu
pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
o Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau
gram setiap liter air.
o Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase
kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack
sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500
liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi
sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter.
4. Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet:
o Veri coarse spray : lebih 300 µm
o Coarse spray : 400-500 µm
o Medium spray : 250-400 µm
o Fine spray : 100-250 µm

o Mist : 50-100 µm
o Aerosol : 0,1-50 µm
o Fog : 5-15 µm
5. Ukuran partikel
Ada bermacam-macam ukuran partikel:
o Macrogranules : lebih 300 µm
o Microgranules : 100-300 µm
o Coarse dusts : 44-100 µm
o Fine dusts : kurang 44 µm
o Smoke : 0,001-0,1 µm
6. Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengendalian hama secara kimiawi adalah pengendalian hama menggunakan
bahan kimia yaitu pestisida. Pestisida merupakan salah satu cara pengendalian
terhadap organisme pengganggu tanaman. Pestisida berperan besar dalam bidang
pertanian karena dapat menekan pertumbuhan OPT dan dapat meningkatkan hasil
produktivitas tanaman. Banyak kelebihan-kelebihan pestisida dibandingkan
dengan cara pengendalian lain. Sehingga pestisida menjadi cara pengendalian
andalan dan akhirnya akan menjadikan ketergantungan terhadap pemakaian
pestisida tersebut.
Seperti yang kita ketahui, pestisida merupakan zat kimia berbahaya.
Residunya dapat merusak lingkungan, ekosistem bahkan bisa membahayakan
manusia itu sendiri. Penggunaan pestisida haruslah diaplikasikan dengan cara
aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat,
yaitu: tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tep```````at sasaran, tepat waktu,
dan tepat takaran.
B. SARAN
Untuk itu dalam melakukan pengendalian kimiawi sudah semestinya
pengguna pestisida terlebih dahulu mengetahui apa saja peran pestisida, kelebihan
dan kekurangan pestisida, klasifikasi pestisida, serta cara menggunakan pestisida
dengan benar pestida itu sendiri agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya
dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya.

DAFTAR PUSTAKA



Anonymous, 2009.
http://agriculturesupercamp.wordpress.com/2008/01/25/bijak-memilihpestisida



Anonymous, 2009. http://dizzproperty.blogspot.com/2007/05/pencemaranpestida-dampak-dan-upaya Anonymous, 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Herbisida - 25k



Anonymous, 2009. http://www2.kompas.com/kompascetak/0010/19/iptek/inse10.htm



Maryati, sri dan Suharno.2006.Biologi.Jkarta;Erlangga



Sudjadi, bagoed dan Dra. Siti Laila. 2006. Biologi sains dalam kehidupan.
Jakarta: Yudhistira

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close