Snake Bite

Published on February 2017 | Categories: Documents | Downloads: 51 | Comments: 0 | Views: 493
of 21
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

DAFTAR ISI
BAB 1. Pendahuluan ........................................................................................2
BAB 2. Tinjauan Pustaka ................................................................................3
2.1 Ular ..................................................................................................3
2.2 Frekuensi .........................................................................................6
2.3 Bisa ular ..........................................................................................7
2.3.1 Venom Apparatus ..........................................................................7
2.3.2 Komposisi, Sifat, Mekanisme Kerja Bisa Ular .............................8
2.4 Gambaran Klinis ............................................................................10
2.4.1 Venom tidak dikeluarkan ..............................................................10
2.4.2 Venom dikeluarkan .......................................................................10
2.5 Pemeriksaan Penunjang ................................................................14
2.6 Penatalaksanaan ............................................................................14
2.6.1 Pertolongan Pertama .....................................................................14
2.6.2 Transportasi ..................................................................................15
2.6.3 Penilaian Klinis Cepat dan Resusitasi ..........................................15
2.6.4 Pemeriksaan Klinis Lengkap dan Diagnosis Spesies ...................15
2.6.5 Laboratorium ................................................................................16
2.6.6 Terapi Anti Bisa ............................................................................16
2.6.7 Terapi Suportif ..............................................................................19
2.6.8 Terapi Pada Bagian yang Tergigit .................................................20
2.7 Pencegahan......................................................................................20

BAB I. PENDAHULUAN
Luka gigit dapat disebabkan oleh hewan liar, hewan piaraan, atau manusia.
Hewan liar yang biasanya mengigit adalah hewan yang memang ganas, atau bila
hewan itu terganggu atau terkejut yaitu dalam usaha membela diri. Salah satunya
yang sangat menyakitkan dan dapat memberi gejala buruk yang dapat terjadi pada
manusia adalah gigitan ular. Luka akibat gigitan ular dapat berasal dari gigitan
ular tidak berbisa maupun gigitan ular berbisa. Umumnya ular mengigit pada saat
iaktif, yaitu pada pagi dan sore hari, apabila ia merasa terancam atau diganggu. 1
Gigitan ular berbahaya apabila ularnya tergolong jenis berbisa. Sebenarnya
dari kira-kira 3000 jenis ular yang diketahui, hanya sekitar 15% yang berbisa, dan
dari golongan ini hanya beberapa yang berbahaya bagi manusia. Ular ditemukan
di tiap benua, kecuali Antartika. 2
Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida, yang dapat menyebabkan
bermacam efek terhadap manusia seperti gagal jantung, gagal nafas, efek
neurologi, kerusakan jaringan, mempengaruhi koagulasi darah, dan nyeri. Efek
dapat berlangsung lama dan ireversibel dan dapat berakhir kematian. 1
Tindakan yang dapat dikerjakan untuk menolong penderita yang digigit
ular berbisa adalah mengikuti prinsip umum yang telah ada. Pendekatan terbaik
adalah identifikasi karakteristik umum ular berbahaya dalam suatu daerah,
pemahaman terhadap kebiasaan ular, dan faktor lingkungan. Mencegah akan
gigitan ular berbisa terlihat sederhana dan lebih penting. 2

2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ular
Ular adalah reptil yang tidak berkaki dan bertubuh panjang. Klasifikasi
ilmiah ular adalah sebagai berikut : 3
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Sauropsida

Ordo

: Squamata

Sub Ordo

: Serpentes

Superfamili

: Henophidia
Typhlopoidea
Xenophidia

Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia.
Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman,
sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Hanya saja, sebagaimana umumnya
hewan berdarah dingin, ular semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang
dingin, seperti di puncak-puncak gunung, di daerah Irlanda dan Selandia baru dan
daerah daerah padang salju atau kutub.3
Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan
dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di
atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan
bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di
sungai-sungai, rawa, danau dan laut.3
Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi
keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk
mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah
terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan
kepalanya lebih dahulu.3
Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa
dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh

3

mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan
jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin),
dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu
biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan
makanan itu apabila telah ditelan.3
Ular ada yang berbisa (memiliki racun, venom), namun banyak pula yang
tidak. Akan tetapi tidak perlu terlalu kuatir bila bertemu ular. Dari antara yang
berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Lagipula,
umumnya ular pergi menghindar bila bertemu orang.3
Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular
sanca, tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku
Colubridae; akan tetapi bisanya umumnya lemah saja. Ular-ular yang berbisa kuat
di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae
(ular sendok, ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan
Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).3
Beberapa jenisnya, sebagai contoh:
suku Typhlopidae
ular kawat (Rhamphotyphlops braminus)
suku Cylindrophiidae
ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)
suku Pythonidae
ular sanca kembang (Python reticulatus)
ular peraca (P. curtus)
ular sanca hijau. (Morelia viridis')
suku Acrochordidae
ular karung (Acrochordus javanicus)
suku Xenopeltidae
ular pelangi (Xenopeltis unicolor)
suku Colubridae
ular siput (Pareas carinatus)
ular-air pelangi (Enhydris enhydris)
ular kadut belang (Homalopsis buccata)
ular cecak (Lycodon capucinus)
ular gadung (Ahaetulla prasina)
ular cincin mas (Boiga dendrophila)
ular terbang (Chrysopelea paradisi)
ular tambang (Dendrelaphis pictus)
ular birang (Oligodon octolineatus)

4

ular tikus atau ular jali (Ptyas korros)
ular babi (Elaphe flavolineata)
ular serasah (Sibynophis geminatus)
ular sapi (Zaocys carinatus)
ular picung (Rhabdophis subminiata)
ular kisik (Xenochrophis vittatus)
suku Elapidae
ular cabai (Maticora intestinalis)
ular weling (Bungarus candidus)
ular sendok (Naja spp.)
ular king-cobra (Ophiophagus hannah)
suku Viperidae
ular bandotan puspo (Vipera russelli)
ular tanah (Calloselasma rhodostoma)
ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)

Gambar 1. Ular kisik alias ular lare angon (Xenochrophis vittatus)
Gambar 2. Ular Welang (Bungarus fasciatus)

Gambar 3. Kobra mesir (Naja haje)
Gambar 4. Ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)

5

Untuk menduga jenis ular yang mengigit adalah ular yang berbisa atau
ular tidak berbisa dapat dipakai rambu-rambu bertolak dari beberapa ciri dari ularular tersebut : 3, 4, 5
Tabel 1. Perbedaan Ular Berbisa dan Ular Tidak Berbisa
1. Bentuk kepala
2. Gigi
3. Bekas gigitan
4.
5.
6.
7.
8.

Besar ular
Warna ular
Pupil ular
Ekor ular
Agresifitas

Ular Berbisa
Segitiga
2 gigi taring besar
2 luka utama karena gigi
taring
Sedang
Bervariasi
Elips
Bentuk sisik tunggal
Mematuk 1 atau 2 kali

Ular Tidak Berbisa
Segiempat
Gigi kecil
Luka halus lengkung bekas
gigitan
Sangat bervariasi
Tidak terlalu bervariasi
Bulat
Sisik ganda
Mematuk berulang dan
membelit sampai tidak
berdaya

2.2 Frekuensi
Berapa sering gigitan ular terjadi dalam suatu wilayah sulit untuk
diketahui karena banyak kasus bahkan kematian karena gigitan ular tidak
dilaporkan. Salah satu sebab adalah karena banyak korban gigitan ular tidak
dirawat di rumah sakit. Tapi terdapat perkiraan bahwa 2,5 juta gigitan ular terjadi
pertahun, mengakibatkan kematian sekitar 125.000. Gigitan ular terjadi paling
sering di musim panas, ketika ular aktif dan manusia adalah sedang di luar
ruangan. Wilayah tropis dan pertanian dilaporkan lebih sering daripada wilayah
lain. Korban terutama laki-laki dan berusia antara 17 dan 24 tahun. Di Indonesia
belum ada data. Tapi gigitan ular dan kematiannya dilaporkan dari beberapa
pulau, seperti pulau Komodo, tapi kurang dari 20 kematian yang tercatat tiap
tahun. 2, 5

2.3 Bisa Ular / Venom
2.3.1 Venom Apparatus

6

Ular berbisa dalam kepentingan medis mempunyai sepasang gigi taring,
terletak di depan, di rahang atas. Dalam gigi taring ini terdapat saluran venom
(seperti jarum di hipodermis) dimana venom dapat dimasukkan ke jaringan
mangsanya. Jika manusia digigit, venom biasanya diinjeksikan ke subkutan atau
intramuskular. Cobra dapat menyemprotkan venom dari ujung gigi taringnya,
menghasilkan semburan langsung ke mata dari lawannya. 5

Gambar 5. Venom Apparatus
2.3.2 Komposisi, Sifat, dan Mekanisme Kerja Bisa Ular

7

Bisa ular terdiri dari 20 atau lebih komponen sehingga pengaruhnya tidak
dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari satu jenis toksin saja. Venom yang
sebagian besar (90%) adalah protein, terdiri dari berbagai macam enzim,
polipeptida non enzimatik dan protein non toksik. Berbagai logam seperti zink
berhubungan dengan enzim seperti ecarin (suatu enzim prokoagulan dari E.
carinatus venom yang mengaktivasi protrombin). Karbohidrat dalam bentuk
glikoprotein seperti serine protease ancord merupakan prokoagulan dari C.
rhodostoma venom (menekan fibrinopeptida-A dari fibrinogen) Amin biogenik
seperti histamin dan 5-hidroksitriptamin, yang ditemukan pada Viperidae,
bertanggung jawab terhadap rasa nyeri pada gigitan ular. Sebagian besar bisa ular
mengandung Fosfolipase-A yang bertanggung jawab pada aktivitas neurotoksik
presinap, rabdomiolisis, dan kerusakan endotel vaskuler. Enzim venom lain
seperti fosfoesterase, hialuronidase, ATP-ase, 5-nukleotidase, kolinesterase,
protease, RNA-ase, dan DNA-ase perannya belum jelas. 5, 6
Jenis ular berbisa berdasarkan dampak yang ditimbulkannya yang banyak
dijumpai di Indonesia adalah jenis ular : 4, 5, 6, 8
a. Hematotoksik
Bisa ular dapat mempengaruhi koagulasi darah. Aktivitas
hemoragik pada bisa ular Viperidae, seperti Trimeresurus albolaris (ular
hijau), dan Ankistrodon rhodostoma (ular tanah), menyebabkan
perdarahan spontan dan kerusakan endotel (racun prokagulan memicu
kaskade pembekuan). Mekanismenya dengan aktivasi faktor V, X, atau
dengan menyebabkan fibrinolisis. Kerusakan endotel disebabkan oleh
kandungan dalam bisa ular yang disebut “Haemorragins” yang
menyebabkan perdarahan. Bisa ular pada Colubridae juga dapat
mengaktivasi protrombin maupun langsung mempunyai sifat aktivitas
seperti trombin.

8

Faktor X
Ca2+ PL
Protrombin

Viperidae

Xa
Va

V

Colubridae

Trombin IIa

II
Fibrinogen

Viperidae
Ca2+
Fibrin XIII a

XIII

Cross-linked fibrin
Gambar 6. Beberapa mekanisme kerja bisa ular pada kaskade pembekuan4
b. Neurotoksik
Neurotoksin pascasinap (Elapidae) seperti -bungarotoxin dan
cobrotoxin. Polipeptida ini bersaing pada reseptor asetilkolin pada
motor end-plate di neuromuscular junction, dan menyebabkan paralisis.
Neurotoksin presinap (Elapidae dan beberapa Viperidae) seperti betabungarotoxin, crotoxin, taipoxin, dan notexin merupakan fosfolipase-A2
yang mencegah pelepasan asetilkolin, dengan menghambat fusi vesikel
yang mengandung asetikolin, dengan membran saraf neuromuskular
junction.
c. Toksin Nekrotik
Enzim yang membantu mencerna mangsa, sering sitotoksik
untuk manusia. Enzim proteolitik mempunyai aktivitas seperti tripsin.
Hyaluronidase menyebabkan distribusi bisa ular di matriks. ekstraseluler
jaringan. Fosfolipase A2 merusak membran sel, endotel, otot skelet,
saraf, dan sel darah merah. Pada manusia, semua enzim tersebut
menyebabkan edema dan nekrosis jaringan lokal. Beberapa spesies
Viperidae dan Hydrophiidae menghasilkan toksin-toksin ini.
2.4 Gambaran Klinis

9

2.4.1 Venom Tidak Dikeluarkan
Beberapa orang yang digigit ular atau diduga atau membayangkan bahwa
mereka telah tergigit, gejala dan tandanya dapat menjadi menarik perhatian,
meskipun tidak ada venom yang telah diinjeksikan. Hal ini dapat dimengerti
karena ketakutan terhadap gigitan ular berbisa yang sesungguhnya. Kecemasan
mengakibatkan frekuensi napas meningkat, perasaan nyeri di ekstremitas, kaku,
tetani tangan serta kaki, dan pusing. Beberapa bahkan mengalami syok vasovagal,
sangat teragitasi, dan lainnya dalam gejala yang irasional. 5
Sebab lain tidak disebabkan karena venom, seperti pada perawatan
tradisional dan pertolongan pertama. Torniket dapat menyebabkan nyeri, bengkak.
Obat herbal dapat menyebabkan muntah. Pemberian jus tanaman ke mata dapat
menyebabkan konjungtivitis. Insisi, kauterisasi, dan pemanasan dapat berakhir
kerusakan jaringan. 5
2.4.2 Venom Dikeluarkan
Diagnosis gigitan ular berbisa tergantung pada keadaan bekas gigitan atau
luka yang terjadi dan memberikan gejala lokal dan sistemik sebagai berikut : 4, 5, 8
1. Gejala lokal : tanda bekas gigitan, edema, nyeri tekan pada luka gigitan,
ekimosis, perdarahan, nekrosis. (dalam 30 menit – 24 jam).

Gambar 7. Bekas gigitan, edema

10

Gambar 8. Perdarahan lokal
2. Gejala sistemik :
Mual, muntah, lemah, nyeri perut, hipotensi, berkeringat, menggigil,
hipersalivasi, nyeri kepala, dan pandangan kabur.
3. Gejala khusus gigitan ular berbisa :
-

Hematotoksik : perdarahan di tempat gigitan paru, jantung, ginjal,
peritonium, otak, gusi, hematemesis, melena, perdarahan kulit,
hematuri, DIC.

-

Neurotoksik : hipertonik, fasikulasi, paresis, paralisis pernapasan,
ptosis, oftalmoplegi, paralisis otot laring, refleks abnormal, kejang
dan koma.

-

Kardiotoksik : hipotensi, henti jantung, koma.

Menurut Schwartz, gigitan ular dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel. Klasifikasi gigitan ular menurut Schwartz 4
Derajat Venerasi Luka Nyeri Edema / Eritema
0
0
+
+/- <3 cm / 12 jam
I
+/+
3-12 cm / 12 jam
II
+
+
+++ >12-25 cm/12 jam

Sistemik
+
Neurotoksik, mual,
pusing, syok

III

+

+

+++ >25 cm/12 jam

++

11

IV

+++

+

+++ > ekstremitas

Ptekie, syok, ekimosis
++
Gagal ginjal, akut,
koma, perdarahan

Gambaran klinis gigitan beberapa jenis ular : 4, 8
Gigitan Elapidae :


Efek lokal (kraits, mambas, coral snakes dan beberapa kobra) timbul
berupa sakit ringan, sedikit atau tanpa pembengkakan, atau kerusakan
kulit dekat gigitan. Gigitan ular dari Afrika dan beberapa kobra Asia
memberikan gambaran sakit yang berat, melepuh dan kulit yang rusak
dekat gigitan melebar.



Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang
berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut dan
kerusakan pada lapisan luar mata.



Gejala sistemik muncul 15 menit setelah digigit ular atau muncul setelah
10 jam kemudian dalam bentuk paralisis dari urat-urat di wajah, bibir,
lidah dan tenggorokan sehingga menyebabkan sukar bicara, kelopak
mata menurun, susah menelan, otot lemas, sakit kepala, kulit dingin,
muntah, pandangan kabur dan mati rasa di sekitar mulut. Selanjutnya
dapat terjadi paralisis otot leher dan anggota badan, paralisis otot
pernapasan sehingga lambat dan sukar bernapas, tekanan darah
menurun, denyut nadi lambat dan tidak sadarkan diri. Nyeri abdomen
seringkali terjadi dan berlangsung hebat. Pada keracunan berat dalam
waktu satu jam dapat timbul gejala-gejala neurotoksik. Kematian dapat
terjadi dalam 24 jam.

Gigitan Viperidae :

12



Efek lokal timbul dalam 15 menit atau setelah beberapa jam berupa
bengkak dekat gigitan untuk selanjutnya cepat menyebar ke seluruh
anggota badan, rasa sakit dekat gigitan.



Efek sistemik muncul dalam 5 menit atau setelah beberapa jam berupa
muntah, berkeringat, kolik, diare, perdarahan pada bekas gigitan (lubang
dan luka yang dibuat taring ular), hidung berdarah, darah dalam muntah,
urin dan tinja. Perdarahan terjadi akibat kegagalan faal pembekuan
darah. Beberapa hari berikutnya akan timbul memar, melepuh dan
kerusakan jaringan, kerusakan ginjal, edema paru, kadang-kadang
tekanan darah rendah dan denyut nadi cepat. Keracunan berat ditandai
dengan perdarahan hebat.

Gigitan Hydroplidae :


Gejala yang segera muncul berupa sakit kepala, lidah terasa tebal,
berkeringat dan muntah



Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri
menyeluruh, spasme pada otot rahang, paralisis otot, kelemahan otot
ekstraokular, dilatasi pulil dan ptosis, mioglobulinuria yang ditandai
dengan urin warna coklat gelap (gejala ini penting untuk diagnostik),
ginjal rusak, henti jantung.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan darah : Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N, elektrolit,
waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protrombin, fibrinogen,
APTT, D-dimer, uji faal hepar, golongan darah dan uji cocok silang.



Pemeriksaan urin : hematuria, glikosuria, proteinuria (mioglobulinuria)



EKG



Foto dada

13

2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada kasus gigitan ular berbisa adalah :

2.6.1



Menghalangi / memperlambat absorpsi bisa ular



Menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke dalam sirkulasi darah



Mengatasi efek lokal dan sistemik
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama langsung atau segera dilakukan setelah gigitan,

sebelum penderita dibawa ke pusat pengobatan, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah :


Penderita diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka
gigitan



Jangan memanipulasi daerah gigitan



Penderita dilarang berjalan



Beri pertolongan pertama pada luka gigitan : verban di atas luka,
imobilisasi (dengan bidai), terutama jika disebabkan oleh Elapidae

Gambar 9. Pressure immobilization

14



Apabila gejala timbul secara cepat sementara belum tersedia
antibisa, ikat daerah proksimal dan distal dari gigitan. Tindakan
mengikuti ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit
pasca gigitan. Tujuan ikatan adalah untuk menahan aliran limfe,
bukan menahan aliran vena atau arteri.

2.6.2

Rujuk ke Pusat Pengobatan
Penderita harus dikirim ke pusat pengobatan, di mana mereka

mendapatkan perawatan medis secepat mungkin, tapi dengan seaman dan
senyaman mungkin.
2.6.3 Perawatan di Pusat Pengobatan
Setelah penderita tiba di pusat pengobatan diberikan terapi suportif
sebagai berikut :


Penatalaksanaan jalan napas



Penatalaksanaan fungsi pernapasan



Penatalaksanaan sirkulasi



Menentukan derajat kesadaran

2.6.4 Pemeriksaan Klinis Lengkap dan Diagnosis Spesies
Kepada setiap kasus gigitan ular perlu dilakukan :


Anamnesis lengkap : identitas, waktu dan tempat kejadian, jenis dan
ukuran ular, riwayat penyakit sebelumnya.



Pemeriksaan fisik

: status umum dan lokal serta perkembangannya
setiap 12 jam.

2.6.5

Laboratorium
Ambil 5-10 ml darah untuk pemeriksaan : waktu protrombin, APTT, D-

Dimer, fibrinogen dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N, elektrolit

15

(terutama K), CK. Periksa waktu pembekuan, jika > 10 menit, menunjukkan
kemungkinan adanya koagulopati
2.6.6

Terapi Anti Bisa Ular
Anti-bisa ular dikenal juga sebagai antivenom ataupun antivenin. Anti-bisa

ular diproduksi dalam kuda atau kambing. . Anti-bisa monovalen adalah anti-bisa
yang dibuat sebagai obat anti-bisa untuk satu macam ular berbisa saja. Anti-bisa
polivalen dirancang untuk mengatasi beberapa macam bisa ular, biasanya ular-ular
berbisa yang paling sering didapati atau menyerang manusia di satu daerah
tertentu. Karena species ular berbisa berbeda-beda untuk tiap benua atau wilayah,
kandungan anti-bisa polivalen juga berbeda-beda.
SABU (Serum Anti Bisa Ular, serum kuda yang dikebalkan) polivalen 1 ml berisi:


10-50 LD50 bisa Ankystrodon



25-50 LD50 bisa Bungarus



25-50 LD50 bisa Naya Sputarix



fenol 0.25% v/v

Indikasi pemberian anti bisa:
Terapi anti bisa direkomendasikan jika atau ketika pasien dengan dugaan
gigitan ular terdapat satu atau lebih tanda dari:
Gejala sistemik:


hemostatik abnormal: perdarahan sistemik abnormal (klinis), koagulopati
dan trombositopeni (laboratorium).



Tanda neurotoksik: ptosis, oftalmoplegi eksternal, paralysis, dsb (klinis)



Kardiovaskular abnormal: hipotensi, syok, aritmia jantung (klinis), ECG
abnormal.



Gagal ginjal akut: oliguri/anuri (klinis), kreatinin / urea darah meningkat
(laboratorium).



Hemoglobin-/myoglobin-uria: urin coklat tua (klinis), urin dipstick,
hemolisis intravaskuler, rabdomyolisis ( nyeri otot, hiperkalemi) (klinis,
laboratorium).



Laboratorium yang mendukung

16

Gejala lokal:


Pembengkakan lokal lebih dari

separuh tungkai yang tergigit (tanpa

torniket), bengkak setelah gigitan pada jari.


Perluasan bengkak yang cepat (misal gigitan pada pergelangan dalam
beberapa jam meluas sampai tangan).



Pembesaran limfonodi sekitar gigitan

Kontraindikasi pemberian anti bisa:
Tidak ada kontraindikasi absolut terapi anti bisa, tapi pada pasien yang
mempunyai riwayat reaksi terhadap serum kuda atau kambing dan mempunyai
riwayat penyakit atopi diberi terapi anti bisa hanya jika terdapat gejala sistemik
terhadap bisa ular. Pada pasien ini diberikan profilaksis dengan epinefrin
subkutan, antihistamin intravena, dan kortikosteroid. Pada pasien asma,
profilaksis dengan adrenergik inhalasi, seperti salbutamol dapat mencegah
bronkospame.
Teknik pemberian:
2 vial @ 5 ml intra vena dalam 500 ml NaCl 0,9% atau Dextrose 5% dengan
kecepatan 40-80 tetes/menit. Maksimal 100 ml (20 vial). Infiltrasi lokal pada luka
tidak dianjurkan.
Kriteria pemberian anti bisa ulangan adalah keadaan koagulasi darah menetap
atau berulang setelah 6 jam , dan penurunan status neurologis dan kardiovaskular
setelah 1-2 jam.
Reaksi terhadap anti bisa dapat terjadi segera, dalam beberapa jam, dan lambat
dalam beberapa hari. Terapi terhadap reaksi ini dapat diberikan epinefrin
intramuskular 0.5 mg untuk dewasa, 0,01 mg/kgBB untuk anak.

17

Gambar 10. Terapi anti bisa kasus gigitan ular
Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way (Depkes, 2001) :

18



Derajat 0 dan 1 : tidak diperlukan SABU; dilakukan evaluasi dalam 12
jam, jika derajat meningkat maka diberikan SABU.



Derajat II : 3-4 vial SABU



Derajat III : 5-15 vial SABU



Derajat IV : berikan penambahan 6-8 vial SABU
Tabel 2. Pedoman Terapi SABU menurut Luck
Derajat

Beratnya
evenomasi

Taring
atau gigi

0

Tidak ada

+

Ukuran zona
edema/eritemato
kulit (cm)
<2

-

Jumlah
vial
venom
0

I

Minimal

+

2-15

-

5

II

Sedang

+

15-30

+

10

III

Berat

+

>30

++

15

IV

Berat

+

<2

+++

15

Gejala
sistemik

Pedoman terapi SABU menurut Luck


Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit



Ulangi pemeriksaan dihari pada 3 jam setelah pemberian antivenom
-

Jika koagulopati tidak membaik (fibrinogen tidak meningkat, waktu
pembekuan darah tetap memanjang), ulangi pemberian SABU.
Ulangi pemeriksaan darah pada 1 dan 3 jam berikutnya dst.

-

Jika koagulopati membaik (fibrinogen meningkat, waktu pembekuan
menurun) maka monitor ketat diteruskan dan ulangi pemeriksaan
darah untuk memonitor perbaikannya. Monitor dilanjutkan hingga 2
x 24 jam untuk mendeteksi kemungkinan koagulopati berulang.
Perhatian untuk penderita dengan gigitan Viperidae untuk tidak
menjalani operasi minimal 2 minggu setelah gigitan.

2.6.7

Terapi Suportif
-

Gangguan koagulasi berat : beri plasma fresh-frozen (dan antivenin)

19

-

Perdarahan : beri transfusi darah segar atau komponen darah,
fibrinogen, vitamin K, transfusi trombosit

-

Hipotensi : beri infus cairan kristaloid

-

Rabdomiolisis : beri cairan dan natrium bikarbonat

-

Gangguan neurotoksik : beri Neostigmin (asetilkolinesterase),
diawali dengan sulfas atropin

-

Untuk mengurangi rasa nyeri berikan aspirin atau kodein, hindari
penggunaan obat-obatan narkotik depresan.

-

Pemberian antibiotika spektrum luas. Kuman terbanyak yang
dijumpai adalah P. aeroginosa, Proteus sp., Clostridium sp., B.
fragilis

2.6.8


Terapi Pada Bagian yang Tergigit
Monitor pembengkakan lokal setiap jam dengan ukuran lilitan lengan atau
anggota badan



Sindrom kompartemen : lakukan fasiotomi



Beri tetanus profilaksis bila dibutuhkan



Pemberian antibiotika spektrum luas. Kuman terbanyak yang dijumpai
adalah P. aeroginosa, Proteus sp., Clostridium sp., B. fragilis

2.7 Pencegahan
-

Penduduk di daerah dimana ditemukan banyak ular berbisa dianjurkan
untuk memakai sepatu dan celana berkulit sampai sebatas paha.

-

Ketersediaan SABU untuk daerah dimana sering terjadi kasus gigitan ular.

-

Hindari berjalan pada malam hari terutama di daerah berumput dan
semak-semak.

-

Apabila mendaki tebing berbatu harus mengamati sekitar dengan teliti.

-

Jangan membunuh ular bila tidak terpaksa.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Jong, Wim de. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. 1997.
Jakarta : EGC.
2. Anonim. Snakebite. From Wikipedia. Cited From http://www.wikipedia.org//
wiki/snakebite.
3. Anonim. Ular. From Wikipedia. Cited From http://www.wikipedia.org//wiki/
ular.
4. Djunaedi, Djoni. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV Editor Aru W. Sudoyo, dkk. 2006. Jakarta :
Pusat Penerbitan FK UI.
5. Warrel, D.A. Guidelines for the Clinical Management of Snake Bite in the
South – East Asia Region. 2005. World Health Organization.
6. Daley, B.J. Snake Bite. Article Last Updated : June 17, 2008. Cited from
http://www.wikipedia.org//wiki/snakebite.
7. Dudley, Hugh. Hamilton Bailey’s Emergency Surgery. Eleventh Edition. 1986.
Bristol : John Wright & Sons Ltd.
8. Anonim. Snake Venom. Cited From http://www.itg.be/itg/distancelearning/
lecturenotes/42-snakesps.htm.
9. Circa, Bob. A Discussion of Traditional Snake Bite Treatment. Cited from:
http://www.wf.net/~snake/firsdisc.htm
10. Palm Beach Herpetological Society. Venomous Snake Bite. Cited from:
http://agecon.uwyo.edu/riskmgt/humanrisk/VenomousSnakeBite.pdf

21

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close