Tgs Porto Cttn

Published on January 2017 | Categories: Documents | Downloads: 52 | Comments: 0 | Views: 275
of 14
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

1.

EFFICIENT MARKER

BENTUK-BENTUK EFISIENSI PASAR
Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar
secara informasi (informationally efficient market) sedang pasar efisien yang ditinjau
dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan
informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan (decisionally
efficient market).


Efisiensi Pasar Secara Informasi

Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga
sekuritas dengan informasi. Fama (1970) menyajikan 3 macam bentuk utama dari
efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa
lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai
berikut ini :
a)

Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga – harga dari sekuritas
tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Bentuk efisiensi pasar
secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theary).
b)

Efisiensi pasar bentuk pasar setengah kuat (semistrong form)

Dikatakan demikian jika harga – harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully
reflect) semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada di
laporan – laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi tersebut dapat berupa :
1)Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari
perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Contohnya dalam bentuk
pengumuman. 2)
Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga –
harga sekuritas sejumlah perusahaan. Contohnya : peraturan pemerintah atau
peraturan dari rebulator yang berdampak pada harga – harga sekuritas perusahaan
yang terkena regulasi
c)
Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga – harga sekuritas
semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Contohnya peraturan pemerintah
yang berdampak ke semua perusahaan emiten.


Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

Dikatakan demikian jika harga – harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully
reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.

11



Efisiensi Pasar Secara Keputusan

Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setenah kuat
menurut versi Fama yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan.
Perbedaannya adalah jika efisiensi pasar secara infoemasi hanya mempertimbangkan
sebuah faktor saja, yaitu ketrsediaan informasi, maka efisiensi pasar secara
Keputusan mempertimbangkan 2 buah faktor, yaitu ketersediaan informasi dan
kecanggihan pelaku pasar.

DEFINISI EFISIENSI PASAR
Secara umum efisiensi pasar (Market efficiency) didefinisikan oleh Beaver (1989)
sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Secara detaiol
efisiensi pasar dapat didefinisikan dalam beberapa macam definisi:
Definisi Efisiensi Pasar berdasarkan pada nilai intrinsik sekuritas.
 Konsep awal dari efsiensi pasar yang berhubungan dengan informasi laporan
keuangan berasal dari praktek analis sekuritas yang mencoba menemukan
sekuritas-sekuritas
dengan
harga
yang
kurang
benar
(mispriced).
Sekuritas:sekuritas yang dihargat kurang benar (mispriced) merupakan
sekuritas-sekuritas yang haganya menyimpang dari nilai intrinsiknya atau nilai
fundamentalnya. Untuk konteks seperti ini,maka efisiensi pasar (market
efficiency) diukur dari seberapa jauh harga~harga sekuntas menyimpan. dari
nilai intrisiknya(Beaver, 1989). Dengan demikian suatu pasar yang
efisien menurut konsep ini dapat didefinisikan sebagai pasar yang
nilai-nilai
sekuritasnya
tidak
menyimpang
dari
nilai-nilai
intinsiknyaDefinisi Efisiensi Pasar berdasarkan akurasi dari ekspektasi
harga.
Fama (1970) mendefinisikan paar yang efisien sebagai berikut: Suatu pasar sekuritas
dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh “Informasi
yang tersedia”. Definisi ini menimbulkan banyak perdebatan, dan sehingga Fama juga
menyadari bahwa definisinya sulit dibuktikan secara empiris, karena dibutuhkan suatu
benchmark yang menunjukkan akurasi dari ekspektasi harga semua investor. Fama
mencoba menginformasikan definisinya dengan mendefinikan suatu fungsi dari
harga-harga di masa datang yang tergantung dari sel informasi yang tersedia di
periode sekarang. Fungsi dari harga-harga di masa mendatang akibat informasi yang
tersedia menjadi bench mark yang kemudian dibandingkan dengan fungsi hargaharga di masa datang yang terjadi karena informasi yang benar-benar digunakan oleh
pasar. Perbedaan harga dari kedua fungsi tersebut dianggap sebagai pasar yang tidak
efisien.

22

 Definisi Efisiensi Pasar efisiensi pasar berdasarkan Distribusi Informasi
“Pasar dikatakan efisien terhadap suatu sistem informasi , jika harga-harga sekuritas
bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut”.
“The Market is eficient with respect to some specified information system, if and ony if
security prices add as if everyone observes the information system).”
Definisi ini secara implisit mengatakan bahwa jika seorang mengamati suatu sistem
informasi yang menghasilkan informasi, maka setiap orang dianggap mendapatkan
informasi yang sama.
Pendapat / Definisi tersebut diungkakan oleh Beaver (1970).
Definisi Beaver juga menimbulkan masalah dalam hal pengujian pasar yang efisien
tersebut. Untuk menguji pasar juga dibutuhkan pembanding dan dan benchmark yang
digunakann adalah return normal yang diperoleh pelaku pasar. Return hasil hasil dari
informasi kemudian dibandingkan dengan return normal. Jika hasilnya tidak
menyimpang berarti pasar sudah efisien dan sebaliknya, jika hasilnya menyimpang
maka pasar dikatakan tidak efisien.

 Definisi Efisiensi Pasar didasarkan pada proses dinamik.
Definisi Efisiensi Pasar didasarkan pada proses dinamik memperimbangkan distribusi
informasi yang tidak simetris dan menjelaskan bagaimana pada harga-harga akan
menyesuaikan karena informasi tidak simetris tersebut.
Definisi yang mendasarkan pada proses yang dinamik ini menekankan pada
kecepatan penyebaran informasi yang tidak simetris, pasar dikatakan efisien jika
penybaran informasi ini dilakukan secra cepat sehingga informasi menjasi simetris,
yaitu setiap orang memiliki informasi ini.
Jones (1995) memberikan definisi p[asar efisien yang memasukkan unsur dari
kecepatan penyesuaian sebagai berikut:
“Suatu pasar yang efisien adalah pasar yang harga-harga sekuritasnya secara cepat
dan penuh mencerminkansemua informasi yang tesedia di hadapan aktiva tersebut.

ALASAN-ALASAN PASAR YANG EFISIEN DAN TIDAK EFISIEN.
Faktor pasar efisien adalah:

33

1. Investor adalah penerioma harga yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar,
investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi hara dari satu securitas. Harga
dari suatu securitas ditentukan oleh banyak investor yang menentukan demand
dan suply.
2. Informasi tersedia luas kepada seluruh pelaku pasar pada saat yang bersamaan
dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.
3. Informasi dihasilkan seara acak dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya
random satu dengan yang lainnya.
4. Investor bereaksi dengan mengunakan informasis ecara penuh dan cepat,
sehinga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan
informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan yang baru.
Dan sebaliknya jika kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi, kemungkinan pasar ridak
efisien dapat terjadi . dengan demikian pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisikondisi berikut ini terjadi:
1. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga dari
sekuritas.
2. Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam
antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi
yang sama.
3. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagaian pelakupelaku pasar.
4. Investor adalah individu-individual yang lugas (Naif Invetsors) dan tidak
canggih (Unsoph’s ed Investors).
Untuk pasar yang tidak efisien masih banyak investor yang bereaksi terhadap
informasi secara lugas, karena mereka mempunyai kemampuan yang tebatas di
dalam mengartikan dan menginterpretasikan informasi yang diterima. Karena media
tidak canggih, maka sering kali mereka melakukan keputusan yang salah yang
akibatnya securitas bersangkutan dihindari secara tidak tepat

44

2.

TECHNICAL ANALYSIS & FUNDAMENTAL ANALYSIS

Analisa Teknikal (technical analysis) merupakan salah satu analisis atau kaedahkaedah pendekatan yang menilai pergerakan suatu harga saham, valas, kontrak
berjangka (future contract), indeks dan beberapa instrumen kewangan yang lain.
Para analis teknikal melakukan kajian yang mendasar terhadap pola pergerakan harga
komoditi yang berulang dan boleh diramal. Bahkan analisis teknikal juga boleh
diertikan sebagai suatu kajian utama mengenai harga, termasuk besarnya (volume)
dan kedudukan terbuka (open interest).
Jadi pada intinya analisis teknikal merupakan analisis terhadap pola pergerakan harga
di masa lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga di masa yang
akan datang. Analisis teknikal ini sering juga disebut dengan chartist kerana para
analisisnya melakukan kajian dengan menggunakan grafik (chart), dimana mereka
berharap dapat mencari suatu pola pergerakan harga sehingga mereka dapat
mengeksploitasinya untuk mendapatkan keuntungan.
PRINSIP DASAR ANALISIS teknikal
Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai asas dalam melakukan analisis teknikal,
iaitu:
1. Market Price Discounts Everything
Iaitu segala kejadian-kejadian yang boleh menyebabkan gejolak dalam bursa valas
secara keseluruhan atau harga mata wang suatu negara seperti faktor ekonomi,
politik fundamental dan termasuk juga kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya seperti adanya peperangan, gempa bumi dan lain sebagainya akan
tercermin pada harga pasaran.
2. Price Moves in Trend
Iaitu harga matawang asing akan tetap bergerak dalam satu trend. Harga mula
bergerak ke satu arah, turun atau naik. Trend ini akan berterusan sehingga
pergerakan harga melambat dan memberikan peringatan sebelum berbalik dan
bergerak ke arah yang bertentangan.
3. History Repeats It Self
Kerana analisis teknikal juga menggambarkan faktor psikologi para pelaku pasar,
maka pergerakan bersejarah dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pergerakan
harga di masa yang akan datang. Pola bersejarah ini dapat dilihat dari masa ke masa

55

di grafik. Pola-pola ini mempunyai makna yang boleh diinterprestasikan untuk
memprediksi pergerakan harga.

Beberapa Penunjuk yang digunakan dalam Analisa Teknikal
Support & Resistance
Adalah tahap ketahanan harga yang bergerak antara bullish (Uptrend) dan bearish
(downtrend). Bullish mendorong harga-harga naik, dan bearish menurunkannya.
Penunjuk harga pada dasarnya bergerak menunjukkan sampai seberapa jauh harga
bergerak naik atau turun.
Support and Resistance Levels Support adalah peringkat tahanan harga dibawah
harga pasaran ketika itu, di mana buying interest seharusnya bisa menguasai tekanan
jualan dan mempertahankan harga agar tidak jatuh.
Supply and demand
Garis supply menunjukkan quantity (seperti: jumlah saham) di mana penjual akan
melakukan aksi pada harga yang diberikan. Apabila harga naik, quantity penjual juga
meningkat saat itu sehingga banyak pelabur ingin menjual pada harga tertinggi
tersebut. Garis demand menunjukkan jumlah saham di mana pembeli ingin membeli
pada harga yang diberikan. Apabila harga naik, quantity pembeli menurun saat itu
sehingga sedikit pelabur yang mahu membeli pada harga yang tinggi
Pada harga yang diberikan, chart supply / demand menunjukkan berapa banyak
pembeli dan penjual. Di pasaran terbuka, garis ini secara berkala berubah-ubah.
Ekspektasi pelabur boleh berubah dan juga harga yang ditunjukkan antara pembeli
dan penjual masuk akal. Breakout diatas level resistance merupakan bukti upward
shift pada garis permintaan mana lebih banyak pembeli ingin membeli pada harga
tinggi. Sama dengan kegagalan support level menunjukkan bahawa garis supply telah
berubah downward
Traders ‘remorse
Mengikuti penetrasi level support / resistance, sangat umum bagi peniaga-peniaga
untuk mempersoalkan tahap harga terkini. Contohnya, selepas breakout diatas
resistance level, pembeli dan penjual boleh mempersoalkan kesahan harga baru dan

66

memutuskan menjual. Hal ini menjadikan fenomena yang disebut “traders remorse”
di mana harga-harga kembali ke level support / resistance mengikuti breakout harga.
Resistance becomes support
Satu dari dua hal yang akan terjadi apabila harga instrument financial mendekati level
support / resistance. Di satu sisi, hal tersebut dapat bertindak balas sebagai reversal
point. Dengan kata lain, ketika harga saham jatuh ke tahap support, harga akan naik
kembali. Sementara di sisi lain level support / resistance akan bergerak balik saat
penetrasi.
Contohnya, ketika harga pasaran jatuh dibawah level support, level support dahulu
akan menjadi level resistance sementara pasaran kemudian kembali ke level
sebelumnya
TREND LINES
Konsep trend sangat penting dalam pendekatan technical terhadap analisis pasaran.
Semua peranti yang digunakan oleh chartist-level support dan resistance, price
pattern, moving averages dan trend lines dan sebagainya-mempunyai tujuan asas
dalam membantu mengukur trend pasaran untuk tujuan menyertai dalam trend
tersebut.
Moving Averages
Moving Averages adalah salah satu teknikal indicator serba guna dan yang paling
umum digunakan, kerana cara terbentuknya dan fakta bahawa sangat mudah dikira
dan di uji. Moving Averages adalah asas sistem untuk banyak trend mechanical. Pada
dasarnya trend yang mengikuti pasaran, oleh kerana itu hanya memberitahu kepada
kita trend yang berlaku selepas fakta.
Beberapa taip Moving averages didalam chart:
Simple
Moving
*
Exponential
Moving
*
Smoothed
Moving
* Linear Weighted Moving Average (LWMA)

Average
Average
Average

(SMA)
(EMA)
(TBLA)

FUNDAMENTAL ANALYSIS
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental
ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan pada rasio finansial dan
kejadian - kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi

77

kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis
fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham
perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Analisis fundamental dibagi
dalam tiga tahapan analisis yaitu analisis ekonomi, analisis industri, dan analisis
perusahaan
Analisis fundamental perusahaan
Secara umum, analisis fundamental ini melibatkan banyak sekali data variabel yang
harus dianalisis, dimana beberapa di antara variabel tersebut yang cukup penting
untuk diperhatikan yaitu :


Pertumbuhan pendapatan (revenue growth)



Rasio laba terhadap saham yang beredar ( earning per share-EPS)



Rasio pertumbuhan EPS



Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham (price earning
ratio)



Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan ( price
earning growth ratio)



Rasio harga saham terhadap penjualan (price/sales ratio)



Rasio harga saham terhadap nilai buku (price book value)



Rasio hutang perseroan ( debt ratio)



Margin keuntungan bersih (net profit margin)

Menghitung rasio
Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan. Rasio secara garis besar di bagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu :
keuntungan (profitability) , harga (price ), likuiditas (liquidity), daya ungkit (leverage),
dan efisiensi.
Rasio laba terhadap saham beredar (EPS)
(EPS= Keuntungan bersih / Jumlah saham beredar)
Rasio ini digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan dari perusahaan. Nilai
ini akan dibandingkan dengan nilai pada kwartal yang sama pada tahun sebelumnya

88

untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan. Hasil
perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun
penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham.
Rasio pertumbuhan EPS
Diperoleh dengan memperbandingkan nilai rasio laba terhadap saham beredar (EPS)
pada tahun berjalan dengan nilai EPS pada kwartal yang sama pada tahun
sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan.
Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun
penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham.
Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham
P/E Ratio = Harga saham / EPS
Biasa juga disebut dengan P/E Ratio yang dihitung dengan cara membagi harga
saham dengan keuntungan per lembar saham. Rasio ini digunakan untuk
membandingkan suatu perusahaan dengan P/E Ratio rata-rata dari perusahaan dalam
kelompok industri sejenis.
Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan (PEG ratio)
PEG Ratio = P/E ratio / pertumbuhan tahunan EPS
Semakin rendah PEG Ratio suatu perusahaan maka berarti harga sahamnya adalah
dibawah harga semestinya ( undervalued) dan perusahaan memiliki rasio
pertumbuhan EPS yang tinggi. Misalnya suatu perusahaan dengan pertumbuhan EPS
sebesar 21.5% dengan P/E Ratio sebesar 37.3% maka PEG Ratio nya adalah
37.3/21.5=1.73.
Rasio harga saham terhadap penjualan (P/S ratio)
P/S Ratio = Harga saham / penjualan per lembar saham
Rasio ini biasanya digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang masih baru atau
belum mendapatkan keuntungan dimana rasio ini. Semakin rendah P/S ratio suatu
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam kelompok industri yang
sejenis menunjukkan semakin bagus perusahaan tersebut.
Rasio harga saham terhadap nilai buku (PB/V Ratio)
PB/V Ratio = Harga saham / (total harta - total hutang)
Semakin rendah PB/V rasionya berarti harga saham tersebut murah atau berada
dibawah harga sebenarnya, namun hal ini juga dapat berarti ada sesuatu yang
merupakan kesalahan mendasar pada perusahaan tersebut. Misalnya perusahaan
XXX memiliki harta sebesar Rp. 100 miliar dan hutangnya sebesar Rp. 70 miliar maka
nilai buku perusahan tersebut adalah Rp. 30 miliar dan apabila saham yang beredar
500 juta maka berarti setiap saham mewakili Rp. 600 nilai buku, dengan harga
perlembar saham sebesar Rp. 1.200 maka berarti PB/V rasio perusahaan tersebut
adalah 1.200/600 = 2.

99

Rasio hutang perseroan
Debt Ratio = Total Utang / Total Aset
Rasio ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Misalnya, rasio
hutang 30 % artinya bahwa 30% dari aset dibiayai oleh hutang. Rasio hutang bisa
berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, dimana perusahaan
yang memiliki debt ratio yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, namun
selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan.
Marjin keuntungan bersih
Net profit margin = Keuntungan bersih / Total penjualan
Marjin keuntungan bersih, atau marjin laba bersih (bahasa Inggris: Net profit margin),
adalah rasio tingkat profitabilitas yang dihitung dengan cara membagi keuntungan
bersih dengan total penjualan. Rasio ini menunjukan keuntungan bersih dengan total
penjualan yang di peroleh dari setiap penjualan.
Perputaran inventaris
Perputaran inventaris=Biaya barang yang terjual /Inventaris
Perputaran inventaris (inventory turnover) adalah rasio efisiensi yang dihitung dengan
membagi biaya barang yang terjual dengan inventaris, yang menunjukkan seberapa
efisien perusahaan mengatur inventarisnya, yaitu berapa kali perputaran inventaris
selama satu tahun. Jenis rasio ini sangat bergantung pada jenis industri di mana
perusahaan berada. Sebagai contoh, toko kue akan mempunyai tingkat perputaran
yang jauh lebih tinggi daripada pabrik pesawat. Sehingga yang perlu diperhatikan
adalah membandingkan hasil yang diperoleh dengan rasio dari perusahaanperusahaan yang lain dalam industri sejenis.

10
10

3. Perkembangan Behavioral Finance
Oleh: Budi Hartono
P
perkembangan dan kemunculan behavioral finance diawali dengan penolakan
terhadap hipotesa pasar efisien. Profesor Robert J. Shiller dari Universitas Yale adalah
seorang yang mempunyai pengaruh besar dengan mengungkapkan bahwa pasar
adalah tidak sepenuhnya efisien. Melalui kertas kerja yang berjudul Do stock price
move too much to be justified by subsequent changes in dividends yang dipublikasi
di The American Economic Review pada tahun 1981, ia menunjukkan terjadi excess
volatility antara harga saham dengan fundamental yang mendasarinya, harga saham
berflutuasi lebih tinggi dari fundamentalnya. Kertas kerja tersebut menimbulkan
perdebatan yang luas dari kalangan akademisi, Paul A. Samuelson menyatakan dari
pendapat Shiller bahwa “pada tingkat pasar secara keseluruhan tidak menunjukkan
efisiensi secara makro” dan pasca kejatuhan indeks Dow Jones pada Oktober 1987,
Bruce Wasserstein mengatakan “buku professor Shiller menawarkan kenyataan baru
bagaimana pasar tidak sepenuhnya rasional dan efisien” dan Peter Spiro (1990)
menyatakan bahwa ia adalah pemimpin dari penentang ekspektasi rasional/pasar
efisien walaupun banyak analis keuangan tidak menyetujui hipotesa pasar efisen
tetapi dia yang pertama kali menentang secara terbuka dan Spiro menyebutnya
sebagai “guru” (Schwert, 1991).
Pada saat Shiller menunjukkan adanya ketidak efisienan pasar melalui excess
volatility, ia sendiri tidak mengetahui faktor apa yang menerangkan pasar menjadi
tidak efisien. Dipengaruhi oleh istrinya yang seorang mahasiswa doktoral bidang
psikologi pada universitas Daleware, ia mencoba menawarkan penjelasan ketidak
efisienan pasar dengan pendekatan ilmu sosial dan pada makalah yang berjudul

11
11

“Stock Prices and Social Dynamics” (sekarang pemikiran tersebut sebagai paradigma
standar dari behavioral finance) pada pertemuan di Brooking Institute[1]. Pada
konferensi tersebut ia mendapatkan respon penolakan seperti yang dia nyatakan
pada wawancara dengan John Y Campbell:
“…beberapa dari mereka mencoba untuk memarjinalisasi atau mengabaikan apa
yang kita katakan. Mereka cenderung mencoba untuk menolak teori tanpa melihat
padanya. Mereka selalu mendeskripsikan, bahwa kita mempunyai kesalahan yang
serius, sebuah kesalahan bodoh. Walaupun demikian, saya tidak berpikir ini adalah
sebuah penerimaan buruk secara keseluruhan, akhir dari permulaan. Pekerjaan kita
sunguh-sungguh meliputi membuka pikiran orang-orang, yang sunguh-sungguh
melihat bukti…” (diterjemahkan dari Campbell, 2004, hal.661)
Ejekan tidak hanya secara lisan dalam konferensi, secara tertulis G. William Schwert
salah seorang pendukung hipotesa pasar efisien menjulukinya dengan ‘sosiolog
amatiran’. Pada konferensi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa setiap
pergerakan pasar saham harus mempunyai landasan rasional. Ia merespon
kesimpulan tersebut dengan mengatakan bahwa kesimpulan tersebut adalah
keselahan ‘satu dari kesalahan terbesar dari sejarah pemikiran ekonomi’
Pelopor lain dari behavioral finance adalah Richad H. Thaler, seorang profesor
ekonomi dan ilmu keperilakuan dari Universitas Chicago. Thaler menjadi anomali
karena menyimpang dari pemikiran ekonomi neoklasik yang dikembangkan dari
sekolah pemikir ekonomi (economic schools of thought) di Universtas Chichago.
Sekolah tersebut merupakan sekolah ekonomi yang paling terkenal karena banyak
ekonom penerima hadiah nobel ekonomi dilahirkan dari sekolah tersebut dan
pemikiran ekonominya menjadi mainstream dalam bidangnya. Demikian juga dengan
hipotesa pasar efisien, dikembangkan di universitas tersebut dan menjadi hipotesa
sentral dari ilmu ekonomi keuangan. Thaler dan Shiller sudah bertemu sejak tahun
1982, dan keduanya adalah seorang murtad dari pemikiran ekpektasi rasional karena
keduanya menulis desertasi doktoralnya bersandarkan paradigma tersebut tetapi
akhirnya membelot dengan mengembangkan behavioral finance.
Sejak tahun 1991, Richard H. Thaler bersama dengan Robert J. Shiller dari
Universitas
Yale
mengkoordinasi workshop pada National
Biro
Economic
Research (NBER) dengan dukungan dana dari Russell Sage Foundation. Sejak saat itu
penelitian
dengan
tema behavioral
finance semakin
berkembang
pesat.
Perkembangan tersebut ditandai dengan tumbuhnya kertas kerja yang mengambil
topik behavioral finance. Jurnal-jurnal ilmiah utama ilmu keuangan seperti The Journal
of Finance dan Journal of Financial Economics[2] sudah menjadi media publikasi.
Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa kalangan akademisi keuangan
menerima keberadaannya dan behavioral finance menjadi cara berpikir baru dalam
memahami fenomena ekonomi keuangan.

12
12

Gambar 1.1 : Skala kata yang dihitung dengan judul “behavioral finance” dan pasar efisien pada
tahun 1985-2006
Sumber : http://www.econ.yale.edu/~shiller/behfin/index.htm
Keterangan : Grafik tersebut dikontruksi dengan menggunakan Lexis Nexis dengan
kata “behavioral finance” dan ‘Efficient markets” pertahun secara eksponensial

Pengintegrasian ilmu psikologi kedalam ilmu ekonomi dan keuangan membuat
Daniel Kahneman, yang memodelkan perilaku manusia mengambil resiko dari ilmu
psikologi kedalam ilmu ekonomi dengan nama teori prospek, diganjar hadiah nobel
ekonomi tahun 2002, demikian pengakuannya dalam sambutan penerimaan hadiah
nobel:
“Interaksi kami dengan Thaler akhirnya memberi bukti yang lebih bermanfaat dari
yang kami bayangkan pada waktu itu, dan terdapat sebuah faktor utama dalam
penerimaan hadiah nobel saya. Komite menunjuk saya “untuk pengintregrasian dari
penelitian ilmu psikologi kedalam ilmu ekonomi”...Amos dan saya memberikan relatif
kecil dari ide awal yang kemudian diintegrasikan kedalam cara berpikir beberapa
ekonom, dan teori prospek tanpa keraguan menghasilkan beberapa pengakuan dalam
usaha menggambarkan psikologi sebagai sumber asumsi yang realistis tentang
pelaku ekonomi. Tetapi pendiri dari teks behavioral economics adalah artikel
pertama dari Thaler (1980)…Saya percaya, dengan beberapa pencarian Dick dengan
apa yang sekarang disebut sebagai behavioral finance…[3] (diterjemahkan dari
Nobel Laurate tahun 2002)
Jika dibandingkan dengan ilmu keuangan periode sebelumnya, behavioral
finance masih berumur lebih muda. Ia sudah dikembangkan tidak hanya sebatas
konsepsi tetapi sudah diturunkan menjadi metode operasional untuk menganalisis
dan menjelaskan keberadaan mispricing harga saham. Menjelaskan mengapa individu
tidak melakukan diversifikasi seperti saran Markowitz (1952,1959) dan
bagaimana noise
trader menciptakan
pasar
yang
tidak
efisien. Behavioral
finance lebih diminati oleh kaum muda yang hendak memperoleh gelar doktor dan

13
13

penelitian pada bidang tersebut terus berkembang dari waktu-kewaktu, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas (Shiller, 2003). Demikian juga alasan komite nobel ekonomi
memberi hadiah karena bidang tersebut paling aktif dalam ekonomi, yang diukur dari
publikasi dijurnal utama, desertasi doktor baru, seminar dan workshop dan konferensi
(The Royal Swedish Academy of Sciences, 2002). Walaupun masih terdapat banyak
kritik terhadap ilmu tersebut, Profesor Jay Ritter (2003) dari Universitas Florida
mempunyai keyakinan bahwa behavioral finance bukan cabang dari ilmu keuangan
tetapi mempunyai masa depan sebagai main stream dari ilmu keuangan. Senada
dengan apa yang diyakini Profesor Jay Ritter, Profesor Richard Roll dari
UCLA Anderson School of Managementyang pada tahun 1987 terpilih sebagai
presiden American Finance Association menyatakan :
“pada
tiga
dekade
yang
lalu
tidak
terdapat
riset
dalam
ilmu
keuangan mainstream yang menghubungkan ilmu psikologi dan disiplin yang sesuai.
Sekarang, terdapat banyak referensi dalam jurnal utama…tidak ada keragu-raguan
bahwa behavioral finance secara cepat menjadi mainstream, paling tidak jika kita
mengukur jarak ilmu mainstream dengan bagian yang sangat kecil dari halaman yang
dipublikasi pada jurnal peer review”. (diterjemahkan dari Kai, 2004, hal. 43 dikutip
dari Roll, 2001, hal.6-7)
Telah dimuatnya pemikiran-pemikiran tentang behavioral finance pada jurnaljurnal mainstream sepertiJournal of Finance, Journal of Financial Economic, The
Review of Financial Studies dan Journal of Financial and Quantitative Analysis yang
merupakan jurnal-jurnal keuangan papan atas di Amerika telah menumbuhkan
keyakinan dari Profesor Jay Ritter dan Profesor Richard Roll bahwa behavioral
financemerupakan the next financial mainstream science yang akan digunakan dalam
menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena dari ekonomi keuangan.
Perkembangan teori behavioral finance tidak hanya mempengaruhi secara
akademisi, tetapi sudah mempengaruhi bagaimana pelaku pasar mengelola dananya
dengan panduan disiplin tersebut. Secara praktis teori tersebut telah digunakan oleh
beberapa manajer investasi besar seperti J.P Morgan dan Morgan Stenley yang telah
membentuk satu devisi pengelola dana dengan menggunakan disiplinbehavioral
finance. Reksadana tersebut telah diluncurkan pada bulan Pebruari 2003, dan selama
tiga tahun mempunyai kinerja yang sangat kuat. Pada laporan per 30 Juni 2006,
jumlah dana yang telah dikelolanya mencapai USD 70 milyar, atau setara dengan Rp.
700 trilyun dengan kurs per USD/Rp. 10.000,0.(JP Morgan Asset Management, 2006).
Ini menunjukkan bahwa pemahaman ekonomi keuangan dengan model perilaku
manusia yang telah diintregasikan oleh Daniel Kahneman, Robert J. Shiller dan
Richard H. Thaler telah mendapatkan tempat yang layak dan bergengsi, tidak
terbatas mempengaruhi cara berpikir akademisi tetapi sudah digunakan oleh praktisi
untuk mencari keberuntungan dipasar modal maupun jenis pasar lainnya.

14
14

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close