Upload a document for free access

Published on May 2017 | Categories: Documents | Downloads: 16 | Comments: 0 | Views: 241
of 15
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content


13


BAB II
STUDI LITERATUR
A. Pengertian Belajar
Menurut Sadirman (dalam Wulansari, 2010:9) ada beberapa definisi
belajar. Antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Cronbach memberikan definisi: Learning is show by a change in
behavior as a result of experience.
2. Harold Spear berpendapat “Learning is to observe, to road, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
3. Geoch mengatakan “Learning is change performance as a result of
preactise”.
Dari ketiga definisi tersebut dapat di definisikan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku dari serangkaian kegiatan, misalnya mengamati,
membaca, meniru dan lain sebagainya. Menurut Gagne (dalam Ruseffendi,
2006:165) belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
yang terjadi setelah belajar terus menerus.
Menurut Skiner (dalam Wulansari, 2010:9) belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti berpendapat bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku seseorang dimana orang tersebut menjalani
tahapan-tahapan yang didapatkanya dari serangkaian kegiatan.
14


B. Hakekat Matematika
Membahas hakekat matematika berarti membahas tentang apakah
matematika itu, bagaimana matematika itu, bagaimana kedudukan matematika
pada ilmu pengetahuan. Mengetahui hakekat matematika sangatlah penting,
karena dengan mengetahui hakekat matematika terutama dalam proses
pembelajaran maka akan mempermudah dalam proses pelaksanaan
pembelajaran tersebut sehingga proses belajar matematika tumbuh sebagai
proses belajar yang menyenangkan. Selain itu, dengan mengetahui hakekat
matematika anggapan bahwa matematika itu adalah mata pelajaran yang sulit
serta menakutkan oleh sebagian orang diharapkan hilang. Tentunya hal
tersebut akan terjadi apabila pemilihan metode yang diterapkan dalam proses
pembelajarn tepat dan dapat terlaksana dengan baik.
Mengenai kedudukan matematika dalam ilmu pengetahuan, Ruseffendi
(2005:260) mengatakan bahwa matematika adalah ratunya ilmu pengetahuan
(Mathematic is the Queen of the Science). Maksudnya adalah bahwa
matematika tidak bergantung kepada bidang studi lain yang artinya dapat
berdiri sendiri bahkan matematika bisa melayani bidang studi lain.
C. Group Learning (Pembelajaran Berkelompok atau Kelompok Belajar)
Anita Lie (dalam Gunawan, 2010:21) mengemukakan bahwa
pembelajaran berkelompok atau kelompok belajar mempunyai tujuan utama
agar siswa dapat bersosialisasi dan bekerjasama, terutama untuk kegiatan yang
15


memerlukan pemecahan masalah bersama, seperti melakukan percobaan dan
berdiskusi. selain itu, untuk mendorong agar siswa pemalu dan penakut mau
lebih aktif. Siswa-siswa ini akan merasa aman jika berbicara dalam kelompok
kecil daripada secara klasikal. Kelompok belajar berarti juga menyiapkan
siswa untuk menjadi manusia dewasa yang bisa bekerjasama dengan orang
lain. Dalam kenyataan hidup yang membuat manusia sukses adalah
kemampuannya menerapkan kecerdasan untuk bekerjasama dengan orang lain
dalam mencapai tujuan bersama. Lebih-lebih dalam masyarakat modern,
kemampuan bekerjasama semakin penting dan mutlak dibutuhkan.
Ada beberapa cara pengelompokan yang dapat dilakukan guru dalam
menentukan kelompok belajar, misalnya berdasarkan kemampuan. Setiap jenis
pengelompokan tentu mengandung segi positif dan negatif, tergantung
bagaimana guru melaksanakannya, termasuk mengetahui mengapa guru
mengelompokkan berdasarkan kemampuan, dengan alasan misalnya agar
mereka dapat berdiskusi secara baik dan lancar. Adapun yang penting
diperhatikan oleh guru adalah bagiamana belajar kelompok dapat
memaksimalkan hasil belajar semua anak dengan kemampuan dan minat yang
beragam itu. Gunawan (2010:21) berpendapat bawa apabila hari ini siswa
mampu bekerjasama, esok dia akan mampu mengerjakan sesuatu secara
mandiri. Kerjasama melalui belajar kelompok di mana siswa saling
berinteraksi dengan bertanya dan mengemukakan pendapat adalah pondasi
sukses di kemudian hari.
16


Dalam kelompok belajar, terdapat dua penempatan ukuran kelompok.
Yaitu kelompok dengan jumlah anggota besar yang biasa disebut dengan
kelompok klasikal dan dengan ukuran kelompok kecil yang beranggotakan
jumlah anggotanya sedikit.
Apabila siswa dibentuk dalam sebuah kelompok maka mereka akan
saling berinteraksi satu dengan yang laninnya. Masing-masing setiap anggota
kelompok akan :
 secara sosial tertarik satu sama lain
 berbagi tujuan
 memiliki identitas bersama yang membedakan mereka dari kelompok lain.
 Berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Adapun fase-fase dan peran guru dalam pembelajaran berkelompok
yang dipakai oleh peneliti didalam metode pembelajaran GLSI ini diadaptasi
dari pendapat Sanjaya (dalam Taufik, 2011: 18) adalah sebagai berikut:

Fase-fase pembelajaran Peran guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Fase 2
Menyampaikan informsi

Menyampaikan semua tujuan yang
ingin dicapai selama pembelajaran dan
memotivasi siswa
Menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
17
















D. Sosial I ntraction (Interaksi Sosial)
Thibaut dan Kelley (dalam Ali, 2004:87) mendefinisikan interaksi
sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau
lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau
berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap
orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. Menurut Homans (dalam
Ali, 2004:87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Fase 5
Evaluasi


Fase 6
Memberikan penghargaan

Menjelaskan kepada siswa bagaimana
membentuk kelompok belajar agar
melakukan transisi
Membimbing kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka

Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau
meminta kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
18


atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang
menjadi pasangannya. Konsep yang di kemukakan oleh Homans ini
mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang
dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang
menjadi pasangannya.
Menurut Shaw (dalam Ali, 2004:87) mendefinisikan bahwa interaksi
adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang
menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan
masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Menurut Sargent
(dalam Ali, 2004:87) Social interaction is to consider social behavior always
within a group frame work, as related to group structure andfunction yang
artinya tingkah laku sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur
dan fungsi kelompok.
Dari uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa interaksi mengandung
pengertian hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing
masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam
interaksi tidak hanya terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat tetapi
juga dapat saling mempengaruhi.
E. Strategi dan langkah-langkah pembelajaran Group Learning and Social
I ntraction (GLSI)
Pada umumnya, setiap metode pembelajaran memiliki strategi-strategi
pembelajaran yang khusus, biasanya hal tersebut merupakan ciri khas atau
19


karakteristik dari suatu metode pembelajaran. Atas dasar tersebutlah peneliti
mengklasifikasikan strategi yang akan diterapkan dalam metode pembelajaran
GLSI. Diantaranya adalah:
1. Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan
serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan
interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik.
2. Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri
sendiri dan rasa tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap kelompok.
3. Pemecahan masalah kelompok, bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi
yang diajarkan dengan cara berpikir logis.
4. Model diskusi, bertujuan untuk mentransfer ilmu dari individu yang satu
ke individu yang lain serta mengembangkan kesadaran pribadi dan
keluwesan dalam kelompok.
5. Bermain peran, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
menemukan nila-nilai sosial dan pribadi serta untuk membantu siswa
mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka melalui
situasi tiruan (simulasi).
Selain strategi pembelajaran yang harus dirumuskan agar tujuan dari
pembelajaran itu sendiri dapat tercapai, maka perlu juga sebelum memulai
pembelajaran itu sendiri harus disusun langkah-langkah pembelajaran.
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang peneliti buat didalam metode
20


pembelajaran GLSI diadaptasi dan dikembangkan dari langkah-langkah
pembelajaran konvensional yang dibuat oleh Sanjaya (dalam Taufik,
2011:18). Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b. Membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang masing-
masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa.
c. Mengkondisikan kelompok-kelompok belajar untuk membentuk tempat-
tempat yang nyaman didalam kelas.
d. Menentukan pokok-pokok materi yang akan didiskusikan baik dalam
kelompok masing-masing ataupun dengan kelompok lain.
e. Mempersiapkan alat bantu yang diperlukan dalam pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Langkah pembukaan
1) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
siswa.
2) Langkah apersepsi, yaitu guru menjelaskan hubungan materi yang lalu
dengan materi yang akan diajarkan.
3) Guru membagikan materi pelajaran ke masing-masing kelompok
untuk didiskusikan di kelompok masing-masing ataupun dengan
kelompok yang lain.


21


b. Langkah Penyajian
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran
seperlunya yang disampaikan oleh guru selanjutnya diteruskan dengan
diskusi didalam kelompok dengan dipandu atau diawasi oleh guru. Agar
pembelajaran GLSI ini dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya
maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran ini
yaitu:
1) Guru mengatur keaktifan siswa didalam kelompok belajar.
2) Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa
didalam kondisi berdiskusi baik dari pihak siswa ataupun guru.
3) Guru menanggapi respon siswa dengan segera.
4) Guru menjaga kelas agar tetap kondusif dan menggairahkan untuk
belajar.
c. Langkah Mengakhiri atau Menutup.
1) Guru membimbing sisiwa ataupun kelompok untuk menyimpulkan
atau merangkum materi yang telah dipelajari.
2) Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam
ulasan tentang materi pembelajarn yang telah dipelajari.
3) Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai
materi pembelajaran yang baru saja dipelajari.



22


F. Hasil belajar serta indikatornya
Salah satu unsur utama yang menunjang proses belajar mengajar adalah
penilaian. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui keberhasilan proses dan
hasil belajar siswa. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sudjana (1988:22) Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman-
pengalaman belajarnya. Dalam sumber lain Ruseffendi (1998:8) mengatakan
bahwa,
Ada sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa
belajar. Seperti kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemauan
belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru,
suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi liar atau lingkungan.
Dengan demikian, hasil belajar siswa tidak lepas dari proses belajar
mengajar serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan Kingley
(dalam Sudjana, 2005: 122) membagi tiga macam hasil belajar. Yaitu: (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan
cita-cita.
Sitorus (dalam Ekawarti, 2009:14-15) mengemukakan ciri belajar dan
indikator yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar adalah
sebagai berikut:
1. Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajarinya
dalam kurun waktu yang cukup lama.
2. Siswa dapat memberi contoh dari konsep-kpnsep yang telah
dipelajarinya.
3. Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep dan prinsip
yang telah dipelajarinya dalam situasi yang sejenis, baik dalam
23


hubungannya dengan bahan pelajaran maupun dalam praktik
kehidupan sehari-hari
4. Siswa terampil menggunakan hubungan sosial seperti kerjasama
dengan siswa lain, berkomunikasi dengan orang lain, toleransi,
menghargai pendapat orang lain, dan lain-lain.
Syaiful Bahri dan Aswan Zain (dalam Sohib, 2010: 50) mengatakan
Indikator keberhasilan yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar
mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan
mencapai hasil tinggi, baik secara individual maupun
kelompok.
2. Prilaku yang digarisan dalam tujuan pengajaran instruksional
khusus/TIK telah dicapai oleh siswa, baik secara individual
maupun kelompok

Berdasarkan pernyataan diatas, maka hasil belajar menggambarkan
keberhasilan belajar yang telah dicapai siswa melalui kegiatan belajar yang
diikuitinya. Hasil belajar ini dapat berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang didalamnya berupa perubahan-perubahan yang berbeda
dari sebelumnya baik itu perubahan yang positif maupun negatif.
G. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
menekankan pada guru sebagai sumber belajar dan kurang adanya interaksi
multi arah yang terjadi di dalam kelas dalam proses pembelajaran. Menurut
Percival dan Ellington (dalam Taufik, 2011:17) pendidikan yang berorientasi
pada guru adalah pendidikan yang konvensional dimana hampir seluruh
kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru. Sedangkan menurut Philip R.
Wallace (dalam Taufik, 2011:17) tentang pembelajaran konservatif atau
konvensional bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana
24


umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu
pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.
Borrowes ( dalam Taufik, 2011:18) mengatakan bahwa,
Pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa
memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-
materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan
sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki cirri-
ciri yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive
learning, (3) interaksi diantara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-
kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis.

Adapun ciri-ciri pembelajaran konvensional menurut Ruseffendi
(2006:350) sebagai berikut:
1. Guru dianggap gudang ilmu, bertindak otoriter, serta mendominasi kelas.
2. Guru memberikan ilmu, membuktikan dalil-dalil, serta memberikan
contoh-contoh soal.
3. Murid bertindak pasif dan cenderung meniru pola-pola yang diberikan
guru.
4. Murid-murid yang meniru cara-cara yang diberikan guru dianggap belajar
berhasil.
5. Murid kurang diberi kesempatan untuk berinisiatif mencari jawaban
sendiri, menemukan konsep, serta merumuskan dalil-dalil.

Dari keterangan diatas mengenai pembelajaran konvensional, maka
peneliti menggunakan metode ceramah yang dianggap menjadi bagian dari
pembelajaran konvensional karena metode ceramah menurut Sanjaya
(2009:145) merupakan cara menyajikan pelajran melalui penuturan secara
lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok orang.




25


G. Teori Sikap
Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam
mengambil tindakan, lebih-lebih terbuka berbagai kemungkinan untuk
bertindak. Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Ekawarti, 2009:20), “Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif”. Jadi sikap secara
umum dapat diartikan sebagai prilaku atau gerak-gerik seseorang. Dengan
kata lain, sikap siswa diartikan sebagai prilaku yang ditunjukan oleh siswa
selama berlangsungnnya pembelajaran.
Menurut Suherman (2003:187) dengan melaksanakan evaluasi sikap
terhadap matematika, ada beberapa hal yang bisa diperoleh guru antara lain :
1. Memperoleh balikan (feed back) sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan program pengajaran
remedial.
2. Memperbaiki perilaku diri sendiri (guru) maupun siswa.
3. Memperbaiki atau menambah fasilitas belajar yang masih
kurang
4. Mengetahui latar belakang kehidupan siswa yang berkenaan
dengan aktivitas belajarnya.

Menurut Sudjana (dalam Ekawarti, 2009:21), “Ada tiga komponen sikap
yakni: kognisi, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau
stimulus yang dihadapinya. Afeksi, berkenaan dengan perasaan dalam
menghadapi objek tersebut. Konasi, berkenaan dengan kecenderungan berbuat
terhadap objek tersebut”. Oleh karena itu, sikap selalu bermakna bila
dihadapkan kepada objek tertentu, misalnya sikap siswa terhadap mata
pelajaran, sikap mahasiswa terhadap pendidikan matematika atau sikap guru
26


terhadap profesinya. Seperti yang diungkapkan oleh Walgito (dalam Ekawarti,
2009:22),
1. Komponen kognitif yaitu komponen yag berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana orang mempersiapkan
terhadap objek sikap.
2. Komponen Afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan
rasa senang terhadap objek sikap rasa senang merupakan sikap
yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang
negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap yaitu positif
atau negatif.
3. Komponen Konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini
menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berprilaku seseorang terhadap objek sikap.

Berdasarkan pendapat di atas, sikap akan memiliki dua arah yang
berlawanan terhadap suatu objek. Misalnya, ada siswa yang senang belajar
matematika tapi disisi lain ada juga siswa yang kurang semangat saat belajar
matematika. Menurut Ruseffendi (2006:234), “Sikap seseorang terhadap
sesuatu itu erat sekali kaitannya dengan minat, sebagian dari sikap itu
merupakan akibat dari minat.”
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, jika minat seorang siswa
terhadap pelajaran matematika kurang merespon maka dapat dikatakan orang
tersebut memiliki sikap yang negatif dan sebaliknya apabila seorang siswa
yang dalam proses pembelajarannya selalu aktif serta memiliki kemauan yang
keras untuk belajar matematika maka siswa tersebut memiliki sikap positif.
Sebagaimana pendapat Ruseffendi (2005:128), “Sikap positif terhadap
matematika berkolerasi positif dengan prestasi.” Yang dimaksud sikap positif
adalah sikap yang menyukai terhadap apa yang menjadi perhatian. Selaras
27


dengan hal tersebut, Ruseffendi (2006:234) menyatakan, ”Sikap positif
seorang siswa adalah dapat mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh,
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik, tuntas dan tepat
waktu, berpartisipasi aktif, dan dapat merespon dengan baik tantangan yang
diberikan”.
Menurut Ruseffendi (2006:26) sikap positif bisa tumbuh bila :
1. Materi pelajaran diajarkan sesuai dengan kemampuan siswa;
pada umumnya siswa akan sering memperoleh nilai baik.
2. Matematika yang diajarkan banyak kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
3. Siswa banyak berpartisipasi dalam rekreasi, permainan dan
teka-teki matematika.
4. Soal-soal yang dikerjakan siswa, pekerjaan misalnya, tidak
terlalu banyak, tidak terlalu sukar dan tidak membosankan;
berikan tugas-tugas untuk mengeksplorasi matematika bukan
mengerjakan soal-soal rutin.
5. Penyajian dan sikap gurunya menarik dan dapat dorongan dari
semua pihak, pennyajian pelajaran akan menarik siswa bila
tepat dalam memilih materi ajar, strategi belajar-mengajar,
metode/teknik mengajar dan media pengajaran. Sikap guru
yang menarik dan dorongan dari luar, bila dalam bentuk
pengakuan dan pujian, baik dari guru, orang tua murid maupun
temannya.
6. Evaluasi keberhasilan belajar siswa yang dilakukan guru,
mendorong siswa untuk lebih tertarik belajar matematika, tidak
sebaliknya, membunuh.

Jadi sikap memiliki dua arah yang berlawanan terhadap suatu objek,
yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak
mendukung terhadap suatu objek atau pernyataan.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close