UTS_SIG_1207055018 Nur Aini_1207055040 Nur Kholifah

Published on February 2017 | Categories: Documents | Downloads: 26 | Comments: 0 | Views: 305
of 7
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

TUGAS UTS
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

Oleh
1207055018

Nur Aini

1207055040

Nur Kholifah

ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014

Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Daerah yang Rawan Banjir

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam karena terletak pada
daerah yang aktif tektonik dan vulkanik sebagai akibat pertemuan tiga lempeng tektonik,
yaitu Lempeng India-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Salah satu bencana alam yang sering
terjadi di Indonesia adalah bencana banjir.
Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh
proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta benda
maupun aterial cukup besar. Bencana alam dapat dipicu oleh adanya penggundulan hutan,
pembukaan lahan usaha di lereng-lereng pegunungan, dan pembuatan sawah-sawah basah pada
daerah-daerah lereng lembah yang curam.

Banjir adalah bagian dari permasalahan lingkungan fisik di permukaan bumi yang
mengakibatkan kerugian dan dapat diartikan suatu keadaan di mana air sungai melimpah,
menggenangi daerah sekitarnya sampai kedalaman tertentu hingga menimbulkan kerugian.
Banjir memang bukan hal yang aneh, karena banjir terjadi dibelahan bumi manapun. Banjir
bisa terjadi karena curah hujan tinggi, karena es mencair, karena tsunami, badai laut dan lainlain. Fenomena banjir yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia masih didominasi oleh
adanya curah hujan yang tinggi dan luapan air sungai.
Analisis Masalah dan Solusi
Samarinda merupakan salah satu daerah kota yang sering terkena banjir, salah satu
penyebabnya ketika curah hujan tinggi dan bendungan tidak dapat menampung air yang
berasal dari air hujan, maka terjadi luapan dan mengakibatkan banjir. Luapan bendungan
menggenangi daerah-daerah pinggir sungai, terutama yang dilalui oleh sungai. Hal ini telah
menjadi fenomena rutin ketika musim penghujan datang, namun penanganan akibat banjir di
daerah-daerah yang tergenang banjir masih kurang maksimal dikarenakan bantuan yang
datang terlambat di lokasi yang tergenang banjir. Keterlambatan penanganan akibat banjir
merupakan akibat dari informasi yang diterima bersifat simpang siur, baik dalam hal jumlah
korban maupun kerugian material yang diderita. Salah satu sebabnya adalah kurangnya
informasi tentang bagaimana topografi daerah yang terkena banjir, sehingga pihak-pihak
yang berkepentingan kurang cekatan dalam menanggulangi masalah banjir yang terjadi. Hal
ini merupakan sumber permasalahan yang utama, meskipun bantuan seringkali cukup cepat

datang, selalu ada masalah pengkoordinasian daerah mana saja yang mengalami bencana
banjir.
Dengan demikian, solusi yang dapat diberikan adalah membuat teknologi informasi,
yaitu Sistem Informasi Geografis untuk pemetaan daerah yang rawan banjir yang dapat
membantu permasalahan penanganan banjir dengan cara memberi informasi mengenai
kondisi fisik suatu daerah meliputi kemiringan lereng, jenis tanah, penggunan lahan, tingkat
kerentanan banjir dan jumlah rumah yang harus dievakuasi apabila wilayah tersebut terjadi
banjir. Pemerintah maupun donatur akan sangat terbantu dalam penyaluran bantuan karena
lebih efektif dan efisien. Sistem Informasi Geografis (SIG) dibangun untuk meningkatkan
kreativitas dan inovasi juga memacu pengembangan perangkat lunak nasional melalui
pengembangan Sistem Informasi Geografis, sehingga dapat membantu program pemerintah
terutama untuk penanganan bencana.
Sistem Informasi Geografis itu sendiri diartikan sebagai sistem informasi yang
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memangggil kembali, mengolah, menganalisis
dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya
alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

Data spasial dan non-spasial
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi banjir yaitu curah hujan, kemiringan
lereng, ketinggian lahan, tekstur tanah dan penggunaan lahan sehingga dari faktor tersebut
dibutuhkan data spasial dan non-spasial sebagai berikut:

1. Curah Hujan
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi
satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Daerah yang mempunyai tebal
hujan yang tinggi maka daerah tersebut akan lebih berpengaruh terhadap kejadian
banjir.

Kelas

Jumlah Curah Hujan (mm/tahun)

Deskripsi

I

> 3000

Sangat basah

II

2501 - 3000

Basah

III

2001 - 2500

Sedang /lembah

IV

1501 - 2000

Kering

V

< 1500

Sangat kering

2. Kemiringan Lereng
Kelerengan (Kemiringan Lereng) Kemiringan lereng semakin tinggi maka air yang
diteruskan semakin tinggi. Air yang berada pada lahan tersebut akan diteruskan ke
tempat yang lebih rendah semakin cepat jika dibandingkan dengan lahan yang
kemiringannya rendah (landai). Dengan demikian, maka semakin besar derajat
kemiringan lahan maka kerawanan banjir semakin kecil.
Kelas
Lereng (%)
Deskripsi
I

<8

Datar

II

8 – 15

Landai

III

15 – 25

Bergelombang

IV

25 – 40

Curam

V

> 40

Sangat curam

3. Ketinggian (Elevasi) Lahan
Ketinggian (Elevasi) lahan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya banjir.
Berdasarkan sifat air yang mengalir mengikuti gaya gravitasi yaitu mengalir dari daerah
tinggi ke daerah rendah. Dimana daerah yang mempunyai ketinggian yang lebih tinggi
lebih berpotensi kecil untuk terjadi banjir. Sedangkan daerah dengan ketinggian rendah
lebih berpotensi besar untuk terjadinya banjir.
Kelas

Ketinggian

I

0m – 12,5m

II

12,6m – 25m

III

26m – 50m

IV

51m -75m

V

76m – 100m

VI

>100m

4. Tekstur Tanah
Tanah dengan tekstur sangat halus memiliki peluang kejadian banjir yang tinggi,
sedangkan tekstur yang kasar memiliki peluang kejadian banjir yang rendah. Hal ini
disebabkan semakin halus tekstur tanah menyebabkan air aliran permukaan yang berasal
dari hujan maupun luapan sungai sulit untuk meresap ke dalam tanah, sehingga terjadi
penggenangan.
Kelas

Deskripsi

I

Sangat halus

II

Halus

III

Sedang

IV

Kasar

V

Sangat kasar

5. Penggunaan Lahan
Lahan yang banyak ditanami oleh vegetasi maka air hujan akan banyak diinfiltrasi
dan lebih banyak waktu yang ditempuh oleh limpasan untuk sampai ke sungai sehingga
kemungkinan banjir lebih kecil daripada daerah yang tidak ditanami oleh vegetasi.
Kelas

Lahan

I

Lahan terbuka, sungai, waduk & rawa

II

Permukiman, kebun campuran & tanaman

III

Pertanian & sawah

IV

Perkebunan & semak

V

Hutan

6. Kerentanan Banjir
Dari factor-faktor yang menyebabkan banjir tersebut dapat dibuat tabel untuk tingkat
kerentanan banjir pada daerah atau lokasi.
Kelas

Tingkat Kerentanan

Skor

I

Sangat rentan

> 42 – 50

II

Rentan

> 34 – 42

III

Sedang

> 26 – 34

IV

Kurang rentan

> 18 – 26

V

Tidak rentan

10 – 18

Analisis masalah
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa daerah yang rentan terkena banjir memiliki
hubungan data spasial yaitu apabila di daerah tersebut terjadi hujan dengan curah hujan >3000
(sangat basah), memiliki kemiringan lereng antara 25-40 (curam) atau >40 (sangat curam),
ketinggian lahan pada daerah tersebut <100 m dan memiliki tekstur tanah halus atau sangat halus
serta penggunaan lahan pada daerah tersebut lebih digunakan sebagai lahan terbuka, sungai,
waduk, rawa, permukiman, kebun campuran dan tanaman maka tingkat kerentanan banjir pada
daerah tersebut dapat dikatakan rentan bahkan sangat rentan.

Data Raster dan Data Vektor
-

Data Vektor

Ket : Tanda warna Biru bergelombang merupakan lokasi banjir di daerah Samarinda
Lokasi: Jl. Pangeran Antasari , Jl. Pasundan,

Rumah sakit AWS, Jl. Juanda, Jl. MT. Haryono,

dan Jl. Raodah

-

Data Raster
Kriteria

Warna

Pixel

Banjir

Biru Tua

15

Tanah

Abu-abu

12

Jalan

Putih

10

Bukit

Hijau

9

Sungai

Biru Muda

8

Proses Input Data
Proses input data spasial untuk sistem informasi geografis untuk pemetaan daerah rawan
banjir di Samarinda yaitu pertama disusun data spasial yang digunakan untuk SIG tersebut
kemudian dibuat parameter dari setiap data spasial yang diinputkan. Data spasial untuk masingmasing parameter harus dibuat dengan standar tertentu guna mempermudah proses analisis
spasial untuk menentukan daerah yang rawan banjir. Standar data spasial untuk masing-masing
parameter meliputi kesamaan dalam sistem proyeksi dan sistem koordinat yang digunakan serta
kesamaan data atributnya. Data spasial biasanya berupa peta analog. Untuk SIG harus

menggunakan peta digital sehingga peta analog tersebut harus dikonversi ke dalam bentuk
peta digital dengan menggunakan alat digitizer. Selain proses digitasi dapat juga dilakukan
proses overlay dengan melakukan proses scanning pada peta analog.
Output yang Dihasilkan
Output yang dihasilkan adalah peta daerah rawan banjir di Samarinda. Dengan adanya
pemetaan daerah rawan banjir di daerah Samarinda maka kita dapat mengantisipasi kemungkinan
terjadinya banjir yaitu memudahkan pemerintah untuk mendapatkan informasi tentang topografi

daerah yang terkena banjir, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat dengan cepat
dalam menanggulangi masalah banjir yang terjadi. Dengan demikian, bantuan yang
diharapkan cepat datang dan masyarakat mempunyai waktu untuk mengevakuasi harta
bendanya.

Aplikasi atau Software yang Digunakan
Aplikasi yang digunakan untuk membuat sistem informasi geografis pemetaan daerah
rawan banjir adalah ArcView Extension dikarenakan aplikasi ini memudahkan dalam
pengelohan data spasial dan kemampuannya berhubungan dan berkerja dengan bantuan
extensions. Extensions (dalam konteks perangkat lunak SIG ArcView) merupakan suatu
perangkat lunak yang bersifat “plug-in” dan dapat diaktifkan ketika penggunanya
memerlukan kemampuan fungsionalitas tambahan (Prahasta). Extensions bekerja atau
berperan sebagai perangkat lunak yang dapat dibuat sendiri, telah ada atau dimasukkan (diinstal) ke dalam perangkat lunak ArcView untuk memperluas kemampuan-kemampuan kerja
dari ArcView itu sendiri. Contoh-contoh extensions ini seperti Spasial Analyst, Edit Tools
v3.1, Geoprocessing, JPGE (JFIF) Image Support, Legend Tool, Projection Utility Wizard,
Register and Transform Tool dan XTools Extensions.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close