187-203

Published on June 2016 | Categories: Documents | Downloads: 60 | Comments: 0 | Views: 317
of 17
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content


187 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka)
ABSTRAK
Budidaya ikan bandeng (Chanos chanos) di tambak telah berkembang secara pesat hampir di seluruh Indonesia
dengan memanfaatkan perairan payau atau pasang surut. Aplikasi teknologi budidaya bandeng meliputi
teknologi budidaya secara tradisional hingga intensif. Berbagai opsi budidaya bandeng dapat dilakukan di
Keramba Jaring Apung (KJA) dengan memanfaatkan sifat biologis ikan bandeng yang didromus dan budidaya
di tambak air payau yang dapat dikombinasikan dengan komoditas lainnya (polikultur). Penentuan lokasi
tambak perlu didukung dengan memperhatikan aspek teknis dan non teknis. Studi kasus pada beberapa
Kabupaten di Sulawesi Selatan menunjukkan prospek dan perkembangan budidaya bandeng yang meningkat
dan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat petambak. Berdasarkan perhitungan ekonomi usaha budidaya
bandeng konsumsi di tambak selama satu tahun per hektar, maka estimasi laba bersih yang diperoleh
adalah sekitar Rp 100.526.850,-.
KATA KUNCI: budidaya bandeng, tambak, Sulawesi Selatan
PENDAHULUAN
Bandeng merupakan salah satu komoditas potensial dalam usaha diversifikasi budidaya yang
tahan terhadap perubahan lingkungan guna mempertahankan produktivitas tambak. Sebagai salah
satu pengganti komoditas udang windu, bandeng memiliki beberapa keunggulan antara lain mudah
dalam pemeliharaannya, tidak rentan terhadap serangan penyakit. Untuk keberhasilan dalam
melakukan budidaya pembesaran bandeng secara tradisional dapat di perhatikan beberapa aspek
antara lain: pemilihan lokasi, persiapan tambak, penebaran nener, pemberian pakan, dan pengaturan
air. Bandeng memiliki keunggulan komparatif dan strategis dibandingkan dengan komoditas
perikanan lain di tambak karena:
♦ Teknologi pembenihan dan pembesarannya telah dikuasai dan berkembang di masyarakat,
♦ Kebutuhan prasyarat kurang memerlukan kriteria kelayakan yang tinggi dan toleran terhadap
perubahan kualitas lingkungan
♦ Preferensi masyarakat untuk mengkomsumsi bandeng cukup tinggi
♦ Sumber protein ikan yang potensial bagi pemenuhan gizi masyarakat.
Kegiatan budidaya bandeng di tambak pada umumnya mencakup dua tahapan kegiatan, yaitu
pendederan dan pembesaran baik untuk umpan maupun komsumsi. Pada tiap tahapan diperlukan
berbagai upaya persiapan seperti pemberantasan hama, pengolahan tanah dasar, dan perbaikan
pematang. Kelalaian pada persiapan tambak dapat menurunkan hasil panen. Tulisan ini menguraikan
tentang pendederan, produksi, dan analisis usaha budidaya bandeng intensif di tambak. Ikan Bandeng
termasuk jenis ikan yang sudah menjadi komoditas utama dalam budidaya di tambak air payau di
Sulawesi Selatan. Jenis ikan ini dipilih karena komoditas unggulan yang biasa dibudidayakan di
tambak seperti udang windu sering mendapatkan masalah yang mengakibatkan kematian massal
dan kerugian bagi petani. Hal ini disebabkan ikan ini merupakan ikan asli Indonesia, termasuk ikan
dengan toleransinya yang amat besar terhadap salinitas lingkungannya. Menurut Kuo (1995) dalam
Cholik et al. (2005), bahwa ikan bandeng tahan hidup dalam kisaran salinitas antara 8–105 ppt.
Walaupun ikan ini termasuk ikan laut, ikan ini dapat pula hidup dan tumbuh pesat di perairan tawar
seperti di sawah tambak di Jawa Timur dan di Waduk Jatiluhur. Selain Indonesia, Negara-negara yang
telah membudidayakan bandeng adalah Filipina dan Taiwan.
Aplikasi teknologi budidaya bandeng secara umum meliputi teknologi budidaya secara tradisional
hingga intensif. Perkembangan teknologi tidak hanya pada wadah tambak tetapi juga pada keramba
TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI SULAWESI SELATAN
Nur Ansari Rangka dan Andi Indra Jaya Asaad
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau
Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan 90512
E-mail: [email protected]
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 188
jaring apung mengingat sifat toleransi salinitas ikan bandeng yang tinggi. Teknologi yang diterapkan
umumnya teknologi ekstensif dengan pemupukan. Produksi berkisar antara 0,8–1 ton/ha/tahun.
Produksinya dapat ditingkatkan dua kali lipat melalui maniipulasi stok (Djajadiredja & Daulay, 1983
dalam Cholik et al., 2005).
Teknologi intensif dikembangkan dengan adanya pemberian pakan buatan pada tambak maupun
di keramba jaring apung. Pada budidaya intensif, padat tebar yang digunakan adalah 50.000 ekor/
ha/musim tanam. Ukuran benih yang ditebar bobotnya 0,3–0,5 g. Pakan buatan yang diberikan
berkadar protein 20%–30% sebanyak 3%–10% bobot badan/hari. Untuk mengatasi kekurangan oksigen,
setelah ukuran ikan mencapai 50 g/ekor perlu digunakan kincir air sebanyak 1–2 unit/ha. Produksi
tambak bandeng intensif dapat mencapai 15–20 ton/ha/tahun (Ahmad et al., 1999 dalam Cholik et
al., 2005). Produk yang dihasilkan dari pembudidayaan bandeng data berupa telur, benih (nener),
gelondongan, bandeng umpan, bandeng konsumsi dan bahkan ukuran induk. Namun di Sulawesi
Selatan umumnya teknologi budidaya masih dilakukan secara tradisional hingga tradisional plus
dengan aplikasi sistem polikultur dengan komoditas lainnya (rumput laut).
Ikan Bandeng Sebagai Umpan Segar
Selain dapat diusahakan menjadi ikan konsumsi, bandeng juga memiliki segmen pasar lain yang
cukup menjanjikan sebagai ikan umpan.
Ikan bandeng juga dapat digunakan sebagai umpan segar untuk perikanan tuna dan cakalang
yang kebutuhannya mencapai 20.800 ton/tahun atau sekitar 250 juta ekor (ukuran 12–16 cm) untuk
memasok sekitar 1.000 kapal rawai tuna. Kebutuhan tersebut sebagian dapat dipenuhi dari produksi
bandeng umpan di tambak.
Untuk Umpan Tuna
Bandeng terbilang ikan budidaya yang memiliki keunggulan komparatif dan strategis karena
dapat dibudidayakan di air payau, laut, dan air tawar, teknologi pembesaran dan pembenihannya
telah dikuasai masyarakat, toleran terhadap perubahan mutu lingkungan, serta tahan terhadap
serangan penyakit. Selain itu, bandeng juga ikan yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di
Indonesia, digunakan sebagai umpan dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi
komoditas ekspor.
Bandeng diproduksi dalam berbagai ukuran sesuai kebutuhan pasar. Untuk umpan penangkapan
tuna dan cakalang, ukurannya berkisar 80–200 g/ekor, konsumsi 300–500 g/ekor, super 500–1.000
g/ekor, dan induk >4 kg/ekor. Dalam sehari, Kota Makassar misalnya, membutuhkan bandeng
konsumsi sebanyak 5–6 ton dengan nilai Rp 90 juta–Rp 100 juta. Namun produksi yang tersedia
hanya berkisar 25%–30%. Permintaan bandeng meningkat pada November–Januari, saat ikan hasil
tangkap nelayan berkurang.
Sebagian besar budidaya bandeng masih dilakukan secara tradisional. Dengan mengandalkan
pupuk untuk pertumbuhan klekap sebagai pakan alami, produksi rata-rata yang dicapai hanya 300–
1.000 kg/ha/musim. Namun, dengan input teknologi berupa pakan dan kincir, produksi bandeng
dapat ditingkatkan hingga 5.000 kg/ha/tahun. Benih yang digunakan rata-rata 50 g/ekor (panjang 7–
10 cm) yang ditebar dengan kepadatan 500 ekor/m
3
. Ikan mencapai ukuran bobot 450 g/ekor setelah
dipelihara selama 120 hari.
Di antara empat ukuran bandeng, produksi bandeng umpan dan super paling sedikit jumlahnya.
Padahal pasar bandeng umpan dan bandeng super cukup besar. Bandeng umpan digunakan untuk
penangkapan tuna (sirip kuning, mata besar, sirip biru), cakalang, dan tongkol. Sedangkan bandeng
super untuk ekspor dan induk (Tabel 1).
Budidaya bandeng umpan memiliki prospek yang baik seiring menurunnya hasil tangkapan umpan
alam. Ketersediaan umpan hidup yang cukup dan berkualitas merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan penangkapan. Umpan hidup yang biasa digunakan dalam penangkapan tuna dan
cakalang antara lain ikan teri (Stolephorus sp.), ikan tembang (Sardinella fimbriata), kembung (Rastrelliger
kanagurta), pisang-pisang (Caesio sp.), dan layang (Decapterus russeli).
189 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka)
Akhir-akhir ini kapal-kapal penangkap tuna long line memanfaatkan bandeng muda (gelondongan)
sebagai umpan hidup. Gelondongan bandeng ditengarai dapat meningkatkan laju tangkap 3–5 kali
lebih tinggi dibandingkan umpan beku atau segar. Kelebihan lain, daya tahan gelondongan bandeng
lebih lama ketimbang umpan lain dan mudah ditangani. Hal ini menjadikan gelondongan bandeng
sebagai segmen pasar tersendiri yang prospektif.
Bandeng Umpan Sebagai Pilihan Usaha
Sejak awal 1990-an, di Benoa, Bali, tidak kurang dari 50 rean (1 rean = 5.500 ekor) gelondongan
bandeng diserap kapal-kapal tuna long line per hari. Sedangkan di Pelabuhan Perikanan Samudera
Baru, Jakarta diperkirakan 90% dari total keperluan bandeng umpan dipasok dari hasil budidaya
petani tambak di Karawang. Selain lebih tahan hidup dan mudah ditangani, keunggulan bandeng
sebagai umpan adalah produksinya dapat ditingkatkan melalui kegiatan budidaya. Sementara
ketersediaan umpan alam dibatasi oleh musim dan produksinya fluktuatif.
Usaha penyediaan umpan alam dari penangkapan dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya ikan.
Sebagai contoh ikan teri, salah satu ikan umpan yang sangat baik kini mengalami kelebihan tangkap
di Maluku dan Maluku Utara. Dengan demikian, gelondongan bandeng berpeluang menjadi salah
satu jenis umpan yang dapat diandalkan untuk penangkapan tuna dan cakalang, baik dalam kondisi
hidup maupun beku. Itu berarti budidaya bandeng untuk memproduksi umpan merupakan usaha
yang menguntungkan.
Sebuah kajian yang dilakukan pada tambak di Kamal, Jakarta Utara, menyebutkan, usaha bandeng
umpan memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan bandeng konsumsi. Hal ini terlihat dari
laba bersih usaha bandeng umpan dalam satu tahun tiap hektar mencapai Rp 28,28 juta. Sedangkan
laba bersih dalam satu tahun tiap hektar untuk usaha bandeng konsumsi hanya Rp 16,74 juta.
Budidaya bandeng umpan dapat dilakukan di tambak dan keramba jaring apung (KJA) dalam
waktu 3–4 bulan sejak dari nener. Teknik budidaya bandeng umpan tidak berbeda dengan budidaya
bandeng konsumsi, bahkan dapat menerapkan padat penebaran tinggi. Di tambak, padat tebar
berkisar 10–20 ekor/m
2
, sedangkan di KJA mencapai 500–600 ekor/m
3
.
Tabel 1. Jenis produk budidaya bandeng dalam KJA
Umpan Konsumsi lokal Konsumsi ekspor Induk
Ukuran keramba minimal (m
3
) 1 1 4 18
Padat tebar (ekor/m
3
) 400–500 400 125 5
Ukuran awal tebar (g/ind.) 2–5 2–5 40–60 100–1.500
40-60 100–125
Lama pemeliharaan (bulan) 3 4 7–8 22–24
3 5–6
Jumlah pakan (protein 25%–30%) ad libitum ad libitum ad libitum ad libitum
Frekwensi pemberian pakan (kali/hari) 3–4 3–4 3–4 3–4
Ukuran panen (g/ind.) 100–150 250–300 800–1.000 >4.000
Sintasan (%) 95 95 95 95
Produktivitas (kg/m
3
) 60 100 100 25
Harga jual (Rp) 9.600/kg 10.000–12.500/kg 15.000–17.500/kg 300.000/ekor
Aspek
Jenis Produk Budidaya Bandeng
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 190
BERBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI BUDIDAYA BANDENG
Budidaya Bandeng di Keramba Jaring Apung (KJA)
Aplikasi teknologi budidaya bandeng di KJA belum banyak dilakukan oleh masyarakat atau
pengusaha. Hal ini dikarenakan biaya produksi yang tinggi terutama pada pengadaan pakan ikan.
Selain itu, masyarakat masih memandang bahwa masih terdapat areal tambak yang berpotensi
dimanfaatkan untuk budidaya ikan bandeng. Hal lain dikarenakan kebijakan pemerintah provinsi
dan daerah yang lebih menggiatkan budidaya udang sebagai komoditas utama.
Kegiatan ini bertujuan mengembangkan usaha budidaya bandeng intensif dalam KJA di laut untuk
mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dan berlanjut, diversifikasi kualitas produk yang bermutu
dan higienis dengan tetap mempertimbangkan aspek keberlanjutan manfaat sumberdaya. Prasyarat
yang harus dipenuhi adalah pemilihan lokasi yang tepat, seleksi benih, pakan bermutu dan manajemen
pakan yang tepat, serta penanganan pasca panen yang baik.
Keunggulan budidaya bandeng dalam KJA di laut
♦ Benih tersedia secara komersial
♦ Teknologi budidaya relatif mudah dan menguntungkan
♦ Tersedia pakan komersial
♦ Hemat lahan
♦ Padat tebar tinggi 125–400 ekor/m
2
♦ Produktivitas 25–100 kg/ m
3
/150 hari
♦ Pertumbuhan cepat 1,7%–2,0%/hari
♦ Konversi pakan rendah 1,5–2,0
♦ Modal sesuai skala usaha
Mortalitas (%) gelondongan bandeng selama adaptasi di KJA dengan tehnik dan metode penanganan
yang berbeda
- Masalah
Teknologi telah banyak diterapkan oleh masyarakat misalnya di Kabupaten Barru, Polmas (Sulawesi
Selatan), Pegametan (Bali), namun kendala yang dihadapi sekarang adalah masalah pemasarannya.
- Pemecahan masalah
Masalah pemasaran dapat diatasi misalnya dengan membentuk lembaga nonformal (koperasi
dan sebagainya), mendirikan pabrik pengalengan atau cara pengolahan produk lainnya (bandeng
tanpa duri dan lain-lain).
Budidaya Bandeng pada Tambak Tradisional
Teknologi tradisional yang sebagian besar dilakukan di Sulawesi Selatan mengandalkan pupuk
untuk pertumbuhan klekap sebagai pakan alami, produksi rata-rata yang dicapai hanya 300–1.500
kg/ha/musim. Walaupun demikian, budidaya bandeng di Sulawesi Selatan tetap menjadi pilihan
masyarakat petambak karena teknologi budidaya tradisional yang mudah diaplikasikan dan
keuntungan yang cukup walaupun dengan margin yang tidak terlalu besar. Menurut Kordi (2008),
bahwa Kota Makassar dalam sehari membutuhkan bandeng konsumsi sebanyak 5–6 ton dengan
nilai Rp 90 juta–Rp 100 juta. Namun produksi yang tersedia hanya berkisar 25%–30%. Permintaan
bandeng meningkat pada November–Januari, saat ikan hasil tangkap nelayan berkurang.
- Lokasi tambak
Lokasi budidaya tambak untuk ikan bandeng terdapat di kawasan pesisir yang masih mendapatkan
pengaruh pasang surut. Hal ini untuk memudahkan proses pergantian air tambak. Sebagai petambak
di Kabupaten Pinrang yang tambaknya merupakan bekas sawah telah menggunakan bantuan pompa
alcon untuk memompa air laut masuk ke tambak dari saluran primer.
191 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka)
Tambak merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air
payau atau laut. Letak tambak biasanya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas berkisar
antara 0,3–2 ha. Luas petak tambak sangat bergantung kepada sistem budidaya yang diterapkan.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi tambak yang akan digunakan
untuk budidaya ikan bandeng, antara lain:
- Aspek teknis
Faktor teknis yang harus diperhatikan antara lain adalah:
Elevasi: Elevasi merupakan ketinggian tempat/lokasi tambak terhadap permukaan laut. Hal
ini dapat diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan air surut. Lokasi tambak yang baik
bila lokasi tersebut terletak di antara pasang tertinggi dan pasang terendah.
Jenis Tanah: Tambak tradisional yang baik sangat ditentukan oleh jenis tanah. Tanah yang dipilih
harus dapat menyimpan air atau kedap air. Tanah yang baik adalah campuran tanah liat dan endapan
lempung yang mengandung bahan organik disebut juga dengan silty loam. Tanah jenis ini dapat
diketahui secara manual. Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin memanjang.
Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir tinggi hanya akan menghasilkan pilinan tanah
yang pendek saja.
Kualitas Air: Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan bandeng di
tambak harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan bandeng akan tumbuh dan
berkembang dengan baik. Parameter kualitas air yang baik untuk membudidayakan ikan bandeng
seperti tertera pada Tabel 2.
- Aspek non teknis
Dalam memilih lokasi tambak perlu diperhatikan juga aspek non teknis, misalnya aspek sosial
ekonomis. Hal ini karena dalam membudidayakan ikan bandeng di tambak secara komersil dibutuhkan
dana investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu, lokasi tambak yang dipilih sebaiknya tidak terlalu
jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi dan daerah pemasaran. Selain itu, lokasi tambak
sebaiknya mempunyai sarana dan prasarana transportasi/komunikasi, serta keamanan yang memadai.
Selain itu, status lahan juga harus dipertimbangkan kejelasannya.
- Persiapan tambak
Setelah dapat memilih lokasi tambak yang baik untuk budidaya maka langkah selanjutnya adalah
menyiapkan tambak tersebut agar dapat digunakan untuk membudidayakan ikan bandeng. Kegiatan
yang harus dilakukan dalam persiapan tambak budidaya ikan bandeng meliputi perbaikan komponen
tambak, yaitu: Konstruksi, pematang, pintu air, caren dan saluran, serta pengelolaan tanah dasar
tambak.
Tabel 2. Kualitas air
Parameter Kisaran
Suhu (°C) 28–30
Kecerahan (cm) >25
Salinitas (ppt) 15–25
Oksigen terlarut (mg/L) >4
pH 6,5–9
Amonia <> 
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 192
Konstruksi dan Pengelolaan Tanah Dasar Tambak
Konstruksi
- Pematang
Pematang tambak harus dibuat kokoh, karena fungsi pematang tambak adalah menahan air di
dalam tambak. Oleh karena itu, pematang harus diperbaiki setiap akan digunakan untuk budidaya.
Perbaikan ini meliputi penambalan kebocoran dan meninggikan pematang. Saluran air pada tambak
budidaya bandeng ada dua macam yaitu saluran air masuk dan saluran air keluar. Tinggi dasar
saluran air masuk lebih rendah daripada dasar tambak untuk mengurangi pelumpuran dalam tambak.
Dasar saluran air keluar minimal 15 cm lebih rendah dari dasar tambak terendah agar tambak dapat
dikeringkan dengan sempurna.
Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah. Oleh sebab itu, dalam persiapan
tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan tanah dasar agar pakan alami (klekap) yang sangat
dibutuhkan oleh ikan bandeng dapat tumbuh subur.
Pengeringan tanah dasar kolam bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada di
dasar. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam tambak kemudian dilakukan
penjemuran. Selama proses tersebut dilakukanpengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu
dikeringkan selama 3–5 hari sampai tanah dasar tambak mengering. Tujuan pengapuran adalah
mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar kolam dan air, serta memberantas
hama penyakit. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam.
Petani tambak dapat menggunakan pupuk Urea atau Ammonium sulfate (ZA) sebanyak 50 kg atau
100 kg per hektar untuk segera ditebarkan pada petak-petak agar lebih mempercepat proses
pembusukkan pupuk organik tersebut. Air di dalam petakan dibiarkan menguap seluruhnya atau
dialirkan keluar bila sudah jernih sekali. Pada dasar petakan dikeringkan lagi seperti keadaan
pengeringan pertama sebelum ditebari pupuk.
Kegiatan berikutnya memasukkan air ke dalam petakan dengan cara hati-hati, disaring melalui
saringan halus yang berbentuk kantong dan diikatkan pada pintu air kira-kira 10 cm dan sekali lagi
petakan dipupuk dengan urea sebanyak 45 kg ditambah 45–55 kg pupuk TSP untuk tiap hektar.
Jikalau klekap belum mulai tumbuh pada saat pengenangan air yang pertama, pada saat ini akan
mulai tumbuh dan menutupi semua permukaan dasar tambak. Selanjutnya sedalaman di tambak
secara bertahap sampai sekitar 20 cm dan petakan siap untuk ditebari nener.
- Pintu Pemasukan Air
Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air,
untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air di dalam tambak. Pembuatan pintu air dapat dibuat
dari papan atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian air. Selain itu,
pada pintu pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk mencegah ikan liar masuk ke
dalam petak tambak.
- Caren dan saluran
Selama sesudah pelepasan nener 7–10 hari, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu, nener
tambah menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat menahan nener keluar,
akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat dilakukan dengan mengalirkan
air ke luar kemudian diganti dengan air pasang yang baru. Saringan perlu dicek setiap saat membuka
pintu. Penutupan harus dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu.
Persiapan Tambak
- Pengapuran
Pengapuran dilakukan untuk menetralkan pH tanah dasar tambak sekaligus mengurangi bakteri
patogen. Dosis kapur sangat dipengaruhi pH dan tekstur tanah, tetapi pada umumnya untuk tambak
193 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka)
tanah mineral antara 500–1.000 kg/ha. Jenis kapur yang digunakan sebaiknya kapur (CaCO³) atau
dolomit (CaMgCO³) yang lazim digunakan pada kegiatan pertanian.
- Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan makanan alami seperti klakap. Pupuk
yang digunakan adalah pupuk organik (pupuk kandang sebanyak 1 ton/ha ditebar saat dasar tambak
masih kering. Pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg/ha dan TSP 75 kg/ha ditebar pada saat
dasar tambak macak-macak. Selanjutnya air tambak ditinggikan menjadi 10 cm di atas pelataran.
Kemudian setelah 1 minggu saat klekap mulai tumbuh di dasar tambak air ditambah lagi sampai
kedalaman 30–40 cm.
- Pemberantasan hama
Ikan-ikan liar dan hewan lain yang ada dalam petakan tambak dapat mengganggu pertumbuhan
bandeng dan mengurangi sintasan karena dapat menjadi kompetitor terhadap pakan dan ruang
ataupun berfungsi sebagai hewan predator. Jenis ikan liar kompetitor dan predator yang perlu
diberantas adalah belanak, payus, bioso, serta kepiting. Sedang hewan penyaing pakan dan ruang
meliputi ikan mujair, udang, serangga, serta siput. Untuk membasmi hewan tersebut bisa digunakan
saponin dengan dosis 20 mg/L. Saponin terlebih dahulu direndam dalam air selama 12 jam,
selanjutnya ditebar merata dalam tambak dengan ampasnya pada saat ketinggian air dalam tambak
10 cm, bahan aktif saponin hilang setelah 2 hari penebaran.
- Penebaran benih bandeng (nener)
Nener dapat berasal dari alam dan hatcheri, yang digunakan untuk usaha pembesaran ikan bandeng
di tambak, harus nener yang sehat. Nener yang sehat dapat dilihat dari ciri-ciri umumnya yaitu:
1. Tubuhnya mulus, tidak terdapat luka, kemerahan
2. Sirip-siripnya utuh, tidak cacat, patah-patah
3. Warnanya tidak kusam
4. Gerakannya aktif
Ukuran ikan yang ditebar ke tambak pembesaran bisa di mulai dari ukuran nener sampai
gelondongan, yang membedakannya adalah waktu pemeliharaan di tambak pembesarannya.
Padat penebaran nener di tambak pembesaran berkisar antara 4–5ekor/m
2
untuk ukuran nener
bandeng 1–2 cm. Sedangkan untuk nener yang berukuran 1–3 cm, padat penebarannya berkisar
antara 2–3 ekor/m
2
. Untuk benih bandeng yang berukuran 12–15 cm yang disebut gelondongan
ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 10.000 ekor/ha.
Nener yang akan ditebar terlebih dahulu dicatat jumlahnya, untuk memudahkan perhitungan
pakan yang diberikan dan target produksi yang akan dihasilkan. Nener perlu di aklimitasi sebelum
dilakukan penebaran .
Aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan di mana nener itu berada
dengan kondisi lingkungan tambak pembesaran. Caranya kantong plastik yang terisi nener, dikurangi
airnya secara bertahap dan digantikan dengan air yang ada dalam tambak pembesaran. Selanjutnya,
secara perlahan-lahan nener bandeng yang ada di dalam kantong plastik akan keluar ke dalam tambak
pembesaran jika sudah terjadi penyesuaian.
Pada sistem budidaya tradisional pakan bandeng hanya memanfaatkan klekap yang tumbuh
ditambah apabila klekap sebagai sumber pakan ditambah mulai habis maka dapat dilakukan
pemupukan kembali. Pemberian pelet atau pakan ikan merupakan pakan tambahan.
Nener tumbuh lebih cepat pada air yang berkadar garam agak rendah. Oleh karena itu, perlu pada
musim kemarau dilakukan penyegaran dengan penggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada
musim hujan terutama untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk memperbaiki kondisi air.
Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yang rendah dan sering ada
hujan akan lebih bermanfaat.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 194
Pendederan
Pendederan dilakukan untuk memproduksi gelondongan siap tebar yang selanjutnya menghasilkan
bandeng umpan maupun bandeng komsumsi.
- Persiapan wadah pendederan
Pendederan dapat dilakukan di tambak ukuran 10 m x 10 m selama 25–30 hari. Sebelum penebaran
dilakukan pengeringan, pengapuran dengan dosis 5 kg/petak dan pemupukan dengan dosis urea
dan TSP masing-masing 1,25 kg/petak. Pemberantasan hama dilakukan dengan racun selektif berupa
saponin dengan dosis 20 mg/L supaya petak pendederan terbebas dari ikan predator, pesaing makanan
dan ular. Setelah klekap tumbuh subur, air dinaikkan sampai ketinggian 30 cm, dan petakan siap
ditebari untuk pendederan.
- Perawatan dan penebaran nener
Nener (benih bandeng) yang akan ditebar berukuran panjang sekitar 13 mm dan bobot sekitar
0,004 g dapat diperoleh dari hasil pembenihan atau hasil tangkapan di alam. Setelah nener sampai
di tambak tujuan, sebelum ditebar terlebih dahulu ditampung dalam baskom (30 L) dengan kepadatan
5.000 ekor/baskom dan diberi aerasi. Salinitas dan suhu air dalam baskom hendaknya disesuaikan
dengan air yang ada dalam kantong plastik pengangkut nener. Selanjutnya nener diberi pakan berupa
kuning telur yang direbus dengan dosis 1 butir untuk 20.000 nener. Bila terlihat nener masih mau
makan maka ditambahkan tepung beras secukupnya.
Setelah 3-4 jam dalam perawatan intensif maka berubahlah nener ditebarkan dalam petak
pendederan dengan padat penebaran 100–150 ekor/m². pakan tambahan berupa pelet yang telah
digiling dan diayak diberikan sebanyak 15% bobot biomassa/hari dengan frekuensi pemberian 3 kali/
hari yaitu pagi, siang, dan sore. Pendederan dapat dilakukan selama 25–30 hari untuk menghasilkan
gelondongan muda berukuran panjang total 3–5 cm.
Panen dan Pasca Panen
Tujuan pemeliharaan untuk mendapatkan ikan bandeng konsumsi (4–5 ekor/kg), dengan lama
pemeliharaan sekitar 4–5 bulan. Panen dilakukan dengan menggunakan alat jaring/waring.
Pemanenan bandeng umpan bisa dilakukan setelah bandeng mencapai ukuran 70–150 g atau
12–16 cm dengan sintasan 87%–91%. Panen bisa dilakukan dengan cara pengeringan air sehingga
ikan terkumpul dalam petak penangkapan kemudian ditangkap menggunakan jaring arad.
Ikan yang akan diangkut untuk umpan hidup dibius terlebih dahulu menggunakan phenoxyethanol
dosis 225 mg/L. Kepadatan ikan yang diangkut 25 ekor/kantong berukuran 75 cm dan diameter 50
cm yang diisi air tambak sampai 5 L, ikan konsumsi dimasukan ke dalam peti, disusun rapi dan
dilapisi es curah agar suhu dalam peti berkisar 10°C–17°C agar kesegaran ikan akan tetap terjaga.
STUDI KASUS BUDIDAYA BANDENG SECARA TRADISIONAL
Budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Pangkep
Budidaya ikan bandeng dalam tambak dilakukan dengan penggelondongan pada petakan tambak
dengan luasan >1–2 ha sedangkan pembesaran dilakukan pada petakan-petakan yang lebih kecil
(0,25–1 ha). Hal ini dimaksudkan agar stok bandeng yang siap untuk dibesarkan selalu tersedia dan
waktu panen dapat diatur. Strategi ini dikenal juga dengan sistem budidaya modular. Umumnya
petambak di Pangkep dilakukan secara monokultur bandeng. Persiapan budidaya dilakukan dengan
pengeringan tanah dasar tambak, pemberian pupuk awal, dan penebaran nener. Pengeringan tambak
dilakukan hingga tanah dasar retak-retak (kadar air 18%–20%), dengan lama penjemuran 1–2 minggu.
Pengeringan yang tidak sempurna akan menghasilkan pertumbuhan klekap yang kurang baik.
Selanjutnya dilakukan pembasmian hama dan penyakit dengan pemberian saponin 50 kg/ha, lalu
pengapuran dengan dosis 500 kg/ha untuk meningkatkan pH tanah, sekaligus berfungsi sebagai
pengendalian hama dan penyakit. Pemberian pupuk awal dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan
klekap sebagai pakan alami ikan bandeng. Pemupukan dapat dilakukan dengan kotoran ayam,
195 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka)
pemberian urea 50 kg/ha dan SP 36 sebanyak 75 kg/ha pada pelataran tambak secara merata. Pengairan
tambak macak-macak (sekitar 5 cm), dan dibiarkan selama 1 minggu. Proses pengairan saat pasang
dan surut. Penambahan air selanjutnya dilakukan secara bertahap, hingga mencapai kira-kira 30–40
cm, dan dibiarkan selama 1 minggu sampai klekap tumbuh subur. Selanjutnya air ditambah lagi
hingga 40–50 cm dan tambak siap ditebari benih ikan bandeng.
Budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Pinrang
Perlakuan tambak yang dilakukan oleh petambak di Kabupaten Pinrang umumnya dengan
melakukan proses pengeringan selama 1 minggu yang dilanjutkan dengan penggunaan pupuk urea
sebanyak 200–300 kg/ha dan saponin 100 kg/ha serta SP 36 sebanyak 100 kg/ha. Nener bandeng
ditebar dalam luasan 1 ha sebanyak 2.000 ekor karena dipolikultur dengan udang windu. Nener
yang digunakan berasal dari Bali yang ditebar langsung atau digelondongkan terlebih dahulu di
tambak yang kemudian ditebar pada kisaran umur 1–2 bulan. Pemberian pakan tambahan berupa
ampas mie yang dilakukan ± 2x seminggu sekitar 60–80 kg/minggu. Pemberian pakan ampas mie
ini bertujuan untuk mempercepat laju pertumbuhan ikan bandeng. Pengelolaan air tambak dilakukan
dengan melakukan pergantian air seminggu sekali dengan memanfaatkan pasang surut. Dalam kurun
waktu budidaya selama 4 bulan, maka dilakukan panen selektif yaitu pada ikan dengan ukuran
konsumsi 4–5 ekor/kg dengan harga sekitar Rp 11.000,-/kg.
Budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Sinjai
Budidaya bandeng di Kabupaten Sinjai, menggunakan metode sirkulasi air progressif/Modular
dengan menggunakan tiga petakan yang masing-masing ditebari udang, bandeng, dan rumput laut.
Air yang masuk ke petakan pemeliharaan bandeng airnya berasal dari petakan rumput laut dan air
dari petakan bandeng dialirkan ke petakan tambak udang. Deskripsi sistem pengolahan dan
produktivitas budidaya tambak tradisional pada lokasi ini terlihat pada Tabel 3.
Metode ini merupakan aplikasi kerja sama ACIAR dengan Balitkanta pada tahun 1999 dengan
mengambil lokasi di Desa Pangasa Kabupaten Sinjai.
- Pembuatan konstruksi tambak
♦ Tinggi pematang: 0,5 m di atas pasang air laut tertinggi, lebar atas sekitar 1 m dan tidak bocor.
♦ Dasar tambak: rata, dan agak miring ke arah pintu air.
♦ Pintu air: kuat dan tidak bocor, diutamakan petakan tambak yang memiliki pintu pemasukan dan
pengeluaran air terpisah.
♦ Pembuatan caren keliling dengan lebar 2–4 m, dan dalam 50–60 cm.
- Persiapan budidaya
Pengeringan tanah dasar tambak:
♦ Perbaikan pematang, saluran, dan pintu saluran keluar masuk tambak.
♦ Pembasmian hama dan penyakit dengan pemberian saponin 50 kg/ha, lalu pengapuran dengan
dosis 500 kg/ha untuk meningkatkan pH tanah, sekaligus berfungsi sebagai pengendalian hama
dan penyakit.
♦ Tanah dasar pelataran diolah dan diratakan, kemudian dikeringkan selama 14 hari (hingga tanah
dasar retak-retak sedalam 1 cm).
Pemupukan awal:
♦ Untuk mempercepat pertumbuhan pakan alami, yaitu kelekap, dilakukan pemupukan dengan
kotoran ayam sekitar 1 ton/ha. Pupuk tersebut ditebarkan merata pada pelataran tambak.
♦ Pemupukan dengan urea 50 kg/ha dan tSP 36 75 kg/ha pada pelataran tambak secara merata.
♦ Pengairan tambak macak-macak (sekitar 5 cm), dan dibiarkan selama 1 minggu. Pada saat pengairan
tambak, pintu tambak dipasang saringan berupa waring untuk mencegah masuknya predator dan
kompetitor dan segera ditutup sebelum air surut agar pupuk tidak hanyut ke luar tambak.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 196
T
a
b
e
l

3
.
D
e
s
k
r
i
p
s
i

p
e
n
g
o
l
a
h
a
n

d
a
n

p
r
o
d
u
k
t
i
v
i
t
a
s

t
a
m
b
a
k

t
r
a
d
i
s
o
n
a
l

d
i

P
a
n
g
a
s
a
,

S
i
n
j
a
i

1
9
9
8

2
0
0
0
L
a
u
t
A
i
r

t
a
w
a
r
P
o
l
i
k
u
l
t
u
r
1

2

k
a
l
i

s
e
t
a
h
u
n
J
a
l
a
,

s
k
o
p
,

p
e
r
a
h
u
P
a
d
a
t

t
e
b
a
r
U
d
a
n
g
1
0
.
0
0
0

e
k
o
r
/
h
a
D
i
p
e
r
h
i
t
u
n
g
k
a
n

d
a
l
a
m

h
a
2
.
0
0
0

2
5
.
0
0
0

e
k
o
r
B
a
n
d
e
n
g
2
.
0
0
0

e
k
o
r
/
h
a
1
.
5
0
0

5
.
0
0
0

e
k
o
r
R
u
m
p
u
t

l
a
u
t
4
0
0

k
g
/
h
a
3
0
0

5
0
0

k
g
S
a
r
a
n
a

p
r
o
d
u
k
s
i

(
k
g
/
p
e
t
a
k
)
U
r
e
a
5
0
D
i
p
e
r
h
i
t
u
n
g
k
a
n

d
a
l
a
m

h
a
2
5

1
5
0

k
g
T
s
p
5
0
2
5

1
0
0

k
g
K
a
p
u
r
1
0
0
1
0
0

1
5
0

k
g
S
a
p
o
n
i
m
2
0
1
0

3
0

k
g
O
b
a
t
-
o
b
a
t
a
n
1

L
/
h
a

(
t
h
i
o
d
a
n
)

0
,
5


1

L
P
r
o
d
u
k
s
i

(
k
g
/
p
e
t
a
k
)
U
d
a
n
g
2
7
D
i
p
e
r
h
i
t
u
n
g
k
a
n

d
a
l
a
m

h
a
2
5
0

4
0
0

k
g

B
a
n
d
e
n
g
1
3
0
1
.
0
0
0

1
.
5
0
0

k
g
R
u
m
p
u
t

l
a
u
t
9
0
0
8
0
0

1
0
0
0

k
g
T
e
n
a
g
a

k
e
r
j
a
1

o
r
a
n
g
1

3

o
r
a
n
g
,

t
e
n
a
g
a

k
e
r
j
a

k
e
l
u
a
r
g
a

y
a
n
g

t
i
d
a
k

d
i
u
p
a
h
P
a
n
e
n
U
d
a
n
g
S
e
l
e
k
t
i
f
B
a
n
d
e
n
g
S
e
l
e
k
t
i
f

d
a
n

t
o
t
a
l
R
u
m
p
u
t

l
a
u
t
T
o
t
a
l
H
a
r
g
a

(
R
p
/
k
g
)
U
d
a
n
g
9
0
.
0
0
0
B
a
n
d
e
n
g
1
0
.
0
0
0
R
u
m
p
u
t

l
a
u
t


1
.
1
0
0
P
a
n
e
n

u
d
a
n
g

b
i
s
a

b
e
r
l
a
n
g
s
u
n
g

s
e
l
a
m
a

s
a
t
u

t
a
h
u
n

s
e
k
a
l
i
,

s
e
d
a
n
g
k
a
n

b
a
n
d
e
n
g

d
i
p
a
n
e
n

s
a
a
t

h
a
r
g
a

i
k
a
n

m
a
h
a
l
H
a
r
g
a

u
d
a
n
g

b
e
r
v
a
r
i
a
s
i

a
n
t
a
r
a

R
p

5
0
.
0
0
0
,
-

R
p

1
0
0
.
0
0
0
,
-
/
k
g
,

h
a
r
g
a

b
a
n
d
e
n
g

R
p

9
.
0
0
0
,
-

R
p

1
5
.
0
0
0
,
-
/
k
g
,

d
a
n

r
u
m
p
u
t

l
a
u
t

R
p

2
.
0
0
0
,
-

R
p

3
.
0
0
0
,
-
/
k
g

u
d
a
n
g

+

b
a
n
d
e
n
g
,

b
a
n
d
e
n
g

+

r
u
m
p
u
t

l
a
u
t
S
e
k
i
t
a
r

b
u
l
a
n

M
a
r
e
t

m
u
s
i
m

t
e
b
a
r

I

d
a
n

N
o
p
e
m
b
e
r

m
u
s
i
m

t
e
b
a
r

I
I
R
a
t
a
-
r
a
t
a

p
e
t
a
n
i

m
e
m
i
l
i
k
i

m
a
s
i
n
g
-
m
a
s
i
n
g

1

b
u
a
h
S
u
m
b
e
r

a
i
r

t
a
m
b
a
k
D
e
s
k
r
i
p
s
i
A
i
r

l
a
u
t

m
a
s
u
k

k
e
l
u
a
r

d
e
n
g
a
n

g
r
a
v
i
t
s
i

m
e
l
a
l
u
i

s
a
t
u

p
i
n
t
u

a
i
r

d
a
r
i

S
u
n
g
a
i

P
a
n
g
a
s
a
A
i
r

h
u
j
a
n

p
a
d
a

b
u
l
a
n

b
a
s
a
h
P
o
l
a

b
u
d
i
d
a
y
a
M
u
s
i
m

t
a
n
a
m
K
e
t
e
r
a
n
g
a
n
P
e
r
a
l
a
t
a
n

t
a
m
b
a
k
197 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka)
♦ Penambahan air secara bertahap, hari ke-1 setinggi 10 cm, hari ke-2 setingggi 20 cm, hari ketiga
30–40 cm, dan dibiarkan selama 1 minggu sampai klekap tumbuh subur.
♦ Selanjutnya air ditambah lagi hingga 40–50 cm dan tambak siap ditebari benih ikan bandeng.
- Penebaran Benih Ikan
♦ Benih yang ditebar ukuran “lincip” (5 cm)
♦ Padat penebaran yang digunakan sekitar 2.000 ekor/ha.
♦ Penebaran benih dilakukan pada saat suhu rendah
♦ Untuk menjaga benih agar tidak stress, perlu perlakuan aklimatisasi terhadap kondisi suhu dan
salinitas air tambak. Tahapan pelaksanaannya:
(i) memasukkan kantong berisi benih ikan ke dalam tambak dan biarkan selama 10–15 menit,
(ii) membuka kantong plastik, dan memasukkan air tambak kedalamnya sedikit demi sedikit
sampai suhu dan salinitas air dalam kantong plastik sama dengan air tambak,
(iii) melepaskan benih perlahan-lahan ke tambak dengan cara mengangkat kantong bagian bawah.
- Pemeliharaan
Pengelolaan air:
♦ Kedalaman air dipertahankan sekitar 30-40 cm di atas pelataran.
♦ Penggantian air dilakukan secara gravitasi (pasang surut air laut).
Pemupukan susulan:
♦ Pemupukan susulan mulai dilakukan pada saat persediaan dan pertumbuhan kelekap berkurang
(sekitar 1 bulan setelah penebaran).
♦ Pemupukan dilakukan dengan Urea sekitar 15 kg/ha dan SP 36 10 kg/ha (sekitar 10% dari pupuk
awal). Mula-mula air tambak disurutkan hingga sekitar 5 cm di pelataran, selanjutnya pupuk
ditebarkan merata di pelataran tambak. Dua hari kemudian air tambak ditambah hingga kedalaman
sekitar 40–50 cm.
Pakan tambahan:
♦ Pakan tambahan diberikan pada saat menjelang panen untuk memacu laju pertumbuhan bobot.
Pengendalian hama dan penyakit
♦ Pengendalian dini dilakukan bersamaan dengan persiapan tambak (pengeringan, pengapuran,
dan pemberian saponin). Selain itu, pemasangan saringan pada pintu air tambak sangat berguna
mencegah masuknya predator atau penyaing ikan bandeng ke dalam tambak.
♦ Pengendalian selanjutnya dilakukan dengan monitoring terhadap gangguan ular, kepiting, dan
jenis ikan lain sebagai penyaing.
- Panen
♦ Lama pemeliharaan sekitar 4–5 bulan.
♦ Tujuan pemeliharaan untuk mendapatkan ikan bandeng konsumsi (4-5 ekor/kg).
♦ Panen dilakukan dengan menggunakan alat jaring/waring.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 198
ANALISIS USAHA
Analisis usaha produksi budidaya bandeng di tambak dihitung dari berbagai aspek skala usaha
budidaya per siklus pemeliharaan. Dalam satu tahun, untuk produksi bandeng umpan, dapat
dilaksanakan 3 kali penebaran dan 3 kali panen.
Produksi Bandeng Umpan di Lahan Tambak 1 ha
Keterangan:
- Penebaran 50.000 ekor/ha
- Sintasan 80%
- Sewa pompa Rp 225.000,-/siklus
- Sewa kincir Rp 250.000,-/siklus
- 1 tahun 3 siklus pemeliharaan
- Umur ekonomis peralatan diasumsikan 5 tahun
I. Analisis biaya manfaat
1. Cash flow = earning after tax + depresiasi
= Rp 42.957.000,- + 2.825.000,-
= Rp 45.782.000,-
I.
- 1.000.000
- 675.000 675.000
- 750.000 750.000
- 1.920.000 348.000
- 80.000 16.000
4.425.000 2.285.000
II.
II.1
- Nener 60.000 ekor @ Rp 75,- 4.500.000
- Pakan 3,5 ton @ Rp 3.000,- 10.500.000
- Pupuk kandang 1 ton Rp 125,- 125.000
- Pupuk urea 100 kg @ Rp 1.100,- 110.000
- Pupuk TSP 105 kg @ Rp 1.800,- 189.000
- Saponin 20 kg @ Rp 3.000,- 60.000
- Upah jaga 2 orang 1.200.000
- Upah panen 10 orang @ Rp 17.500,- + sewa jaring 175.000
- Biaya pemeliharaan tambak 250.000
- Eksploitasi pompa + kincir 250.000
17.359.000
II.2
- Penyusutan tambak + alat per siklus pemeliharaan 942.000
- Bunga Modal 19% 1.380.000
2.322.000
III.
34.000.000
IV. 19.681.000
V. 16.641.000
VI. 14.319.000
VII. 42.957.000
Laba bersih sebelum pajak (III–IV)
Laba bersih dalam 1 tahun (3 Periode)
Biaya tetap
Produksi 40.000 ekor @ Rp 850,-
Total
Penerimaan
Total Biaya (II.1+II.2)
Laba operasional (III–I.1)
Total
Investasi
Sewa lahan/ha/tahun Rp 1.000.000,- penyusutan/tahun
Sewa pompa
Sewa kincir
Pipa
Saringan
Total
Operasional
Biaya
199 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka)
2. Rentabilitas ekonomi
3. Rasio perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C)
4. Pay back periode
5. BEP
Keterangan:
FC = biaya tetap
VC = biaya operasional
S = penerimaan dari hasil penjualan
usaha) (layak 19% 76,4%
100% x
21.784.000
16.641.000

100% x
asset operating Net
income operating Net

> =
=
=
usaha) (layak 1 1,7
19.681.000
34.000.000
> = =
bulan) (5,6 tahun 0,47
000 . 782 . 45
000 . 784 . 21
flow Cash
asset operating Net

= =
=
4.672.800
34.000.000
17.359.000
- 1
2.285.000


S
VC
- 1
FC
BEP
= =
=
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 200
B1. Produksi bandeng komsumsi di tambak 1 ha
Analisis laba rugi
Keterangan:
- Penebaran 50.000 ekor/ha
- Sintasan 80%
- Sewa pompa/siklus Rp 375.000,-
- Sewa kincir/sklus Rp 250.000,-
- Panen = 60%
- Dipindahkan = 40%
- 1 tahun 2 kali musim tanam (2 periode)
I.
- 1.000.000
- 750.000 750.000
- 500.000 500.000
- 1.920.000 348.000
- 80.000 16.000
4.250.000 2.650.000
II.
II.1
- Nener 60.000 ekor @ Rp 75,- 4.500.000
- Pakan 3,5 ton @ Rp 3.000,-/kg 13.800.000
- Pupuk kandang 1 ton Rp 125,-/kg 125.000
- Pupuk urea 100 kg @ Rp 1.100,- 110.000
- Pupuk TSP 150 kg @ Rp 1.800,- 270.000
- Saponin 20 kg @ Rp 3.000,- 60.000
- Upah jaga 2 orang 2.400.000
- Upah panen 10 orang @ Rp 17.500,- 175.000
- Biaya pemeliharaan tambak 350.000
- Eksploitasi pompa + kincir 250.000
22.040.000
II.2
- Penyusutan tambak/siklus pemeliharaan 1.325.000
- Bunga Modal 19% 2.497.550
3.822.550
III.
52.500.000
8.640.000
61.140.000
IV. 25.862.550
V. 39.100.000
VI. 35.277.450
VII. 70.554.900
Pipa 24 batang
Saringan
Total
Investasi
Sewa lahan/ha/tahun
Sewa pompa
Sewa kincir
Penerimaan
Biaya
Laba operasional (III–I.1)
Total
Total Biaya (II.1+II.2)
Operasional
Laba bersih sebelum pajak (III–IV)
Laba bersih dalam 1 tahun (3 Periode)
Biaya tetap
Produksi
Total
Ukuran konsumsi 5.000 kg @ Rp 10.500,-
Ukuran kecil 1.200 kg @ Rp 7.200,-
Total
201 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka)
I. Analisis biaya manfaat
1. Cash flow = Earning after tax + depresiasi
= 70.554.900 + 2.650.000
= 73.204.900
2. Rentabilitas ekonomi
3. Rasio perbandinngan antara penerimaan dan biaya (R/C)
4. Pay back periode
5. BEP
Keterangan:
FC = Biaya tetap
VC = Biaya operasional
S = Penerimaan dan hasil penjualan
usaha) (layak 19% 148,7%
100% x
26.290.000
39.100.000

100% x
asset operation Net
income operation Net

> =
=
=
usaha) (layak 1 2,4
25.862.550
61.140.000
> = =
bulan) (4,3 tahun 0,36
73.204.900
26.290.000

flow Cash
asset operation Net

= =
=
6.128.985
61.140.000
22.040.000
- 1
3.922.550

S
VC
- 1
FC
BEP
= =
=
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 202
Hasil bandeng yang dipindahkan ke tambak 0,5 ha (16.000 ekor, masa pemeliharaan 2 bulan)
Keterangan :
- Penebaran 50.000 ekor/ha
- Sintasan 80%
- Sewa pompa per periode Rp 375.000
- Sewa kincir per periode Rp 250.000
- Panen = 60%
- Dipindahkan = 40%
- 1 Tahun 2 kali musim tanam (periode).
KESIMPULAN
Teknologi budidaya ikan bandeng telah dikuasai mulai dari tingkat tradisional hingga intensif
dengan diversifikasi lokasi di Keramba Jaring Apung dan di tambak air Payau. Teknologi budidaya
ikan bandeng di tambak secara umum diawali dengan proses pemilihan lokasi tambak dengan
mempertimbangkan aspek teknis yang meliputi: elevasi, jenis tanah dan kualitas air. Sedangkan
aspek non teknis adalah pemodalan, infrastuktur, pasar. Aktivitas yang dilakukan setelah pemilihan
lokasi tambak adalah persiapan tambak budidaya ikan bandeng meliputi perbaikan komponen tambak,
yaitu: Konstruksi, pematang, pintu air, caren, dan saluran, serta pengelolaan tanah dasar tambak.
Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan benih, pemeliharaan, dan panen. Studi kasus di tiga
Kabupaten di Sulawesi Selatan secara umum menunjukkan adanya persamaan dalam kegiatan
budidaya, namun terdapat perbedaan pada target komoditas. Budidaya bandeng di Kabupaten
Pangkep umumnya dilakukan dengan sistem monokultur yaitu ikan bandeng yang digelondongkan
pada tambak dengan area yang lebih luas daripada area pembesaran. Budidaya di Kabupaten Pinrang
didominasi dengan sistem polikultur antara ikan bandeng dan udang windu serta beberapa dengan
rumput laut jenis Gracilaria. Sistem budidaya di Kabupaten Sinjai adalah polikultur dengan udang
dan rumput laut. Estimasi ekonomi usaha budidaya bandeng konsumsi di tambak selama satu tahun
per hektar diperoleh sekitar Rp 100.526.850,-.
DAFTAR ACUAN
Kordi, G.M. 2008. Umpan Tuna Harapan Pasar Bandeng. Artikel Agrina dalam http://www.agrina-
online.com. Disitir dari http://www.agrina-online.com (Mei 2009).
Cholik, F., Ateng Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P., & Jauzi, A. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan
Masa Depan Bangsa. PT Victoria Kreasi Mandiri, Jakarta, 415 hlm.
I.
2.125.000
II.
II.1
- Pakan 3,6 ton @ Rp 3.000,- 10.800.000
- Upah jaga 1 orang 400.000
- Upah panen 175.000
- Eksploitasi pompa + kincir 150.000
Total 11.525.000
Penerimaan
- Produksi 4.000 Kg @ Rp 10.500,- 42.000.000
Total biaya (II.1 + 11.2) 12.028.050
Laba operasional (III–II.1) 30.475.000
Laba bersih sebelum pajak (III–IV) 29.971.450
Total laba bersih bandeng konsumsi dalam setahun
Rp 70.554.900,- + Rp 29.971.950,- = Rp 100.526.850,-
Investasi
Tambak dan peralatan
Biaya
Biaya operasional
203 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka)
Taufik., A., Ratnawati, E., Jamil, M., & Yakob, R. 2007. Budidaya Bandeng Secara Intensif. Penebar
Swadaya Cetakan 9. Jakarta, 96 hlm.
Anonim. 1997. Sinjai Dalam Angka 1998. Kantor Statistik Kabupaten Sinjai.
————. 1998. Laporan Monografi Kelurahan Samataring Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.
Hanafi, A. & Mustafa, A. 1993. Pengaruh Berbagai Dosis Kapur Pertanian Terhadap Kualitas Tanah. J.
Pen. Budidaya Pantai, 9(4).
Hanafi, A. 1990. Socio Economic and managerial Profiles of Brackishwater Aquaculture In South
Sulawesi . J. Pen. Budidaya Pantai, 6(2).
Madeali, M.I., Atmomarsono, M., & Tompo, A. 1993. Studi Kasus Penyebab Kematian Udang Windu di
Tambak Intensif, J. Pen. Budidaya Pantai, 9(4).
Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta.
Taufik, A., Mangampa, M., & Tjaronge, M. 1997. Tambak bandeng, tiram dan rumput laut sebagai bio
filter pada budidaya udang, Balitkanta Maros. J. Pen. Budidaya Pantai, 6(2).
Rangka, N.A., Hanafi, A., & Ratnawati, E. 1995 Dampak Pengembangan Budidaya Udang Intensif
Terhadap Masyarakat Sekitarnya. Seri Prosiding Seminar Perikanan I. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan, Jakarta.
Taufik, A., Ratnawati, E., & Jacob, M.J.R, 1998. Budidaya Bandeng Secara Intensif, PT Penebar Swadaya,
Jakarta.

Sponsor Documents

Recommended

No recommend documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close