Objek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2006. Agar hasil
penelitian tidak bias, peneliti telah memastikan bahwa seluruh perusahaan yang
dijadikan sampel setidaknya telah menerapkan good corporate governance selama satu
tahun sebelum periode pengamatan. Sampel diambil sebanyak 20 dari 30 perusahaan
yang berada dalam populasi menggunakan purposive sampling dengan kriteria:
1. perusahaan bergerak dalam industri perbankan dan telah mendaftarkan sahamnya
per 31 Desember 2004; dan
2. perusahaan tidak mengalami kerugian operasional selama periode Laporan
Keuangan 2003-2006.
Data yang diperlukan untuk pengujian hipotesis antara lain company profile dan
Annual Report (Laporan Tahunan) untuk periode tahun 2004-2006 ditambah Laporan
Laba Rugi tahun 2003. Ada pun informasi yang diambil dari annual report adalah
informasi mengenai komponen-komponen good corporate governance (variabelvariabel independen dalam penelitian ini), serta informasi pendapatan operasional dan
laba operasional emiten dalam setiap tahun pengamatan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah field research untuk data
dalam pengujian hipotesis, serta library research untuk metode penelitian dan landasan
teori. Data-data yang digunakan untuk pengujian hipotesis tersebut merupakan data
36
sekunder (data yang diperoleh dari pihak ke tiga), di mana annual report diperoleh
melalui Perpustakaan Bank Indonesia, Galeri Bursa Efek Indonesia, dan www.idx.co.id,
sedangkan informasi umum mengenai emiten diperoleh melalui Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) serta website dari masing-masing emiten.
III.2
Variabel dan Pengukuran
Terdapat lima variabel penelitian dalam skripsi ini. Berikut ini adalah kelima
variabel penelitian tersebut beserta pengukuran yang digunakan untuk masing-masing
variabel.
1. Praktek Perataan Laba
Variabel ini terdiri dari perusahaan yang melakukan perataan laba dan
perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Proksi perataan laba yang
digunakan untuk membedakan perata dengan bukan perata dalam penelitian ini
adalah indeks Eckel dengan formula sebagai berikut:
Indeks Perataan Laba = CV Δ I
CV Δ S
Di mana:
ΔI
: Perubahan laba operasional dalam satu periode
ΔS
: Perubahan pendapatan operasional dalam satu periode
CV
: Koefisien variasi dari variabel; yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai
yang diharapkan (ukuran rata-rata dari variabel)
Dasar pengambilan keputusan:
1. apabila Indeks Eckel ≥ 1 maka perusahaan adalah perata, dan
2. apabila Indeks Eckel < 1 maka perusahaan bukanlah perata laba.
37
Perhitungan indeks Eckel dalam penelitian ini menggunakan alat bantu Microsoft
Excel dengan memanfaatkan fungsi Standar Deviasi (stdev), Mean (average),
dan fungsi hitung pembagian.
Dalam penelitian ini, perataan laba adalah variabel dummy di mana nilai 1
diberikan untuk perata dan nilai 0 diberikan untuk bukan perata.
2. Keberadaan Sekretaris Perusahaan
Variabel ini merupakan variabel dummy. Nilai 1 diberikan untuk emiten yang
memiliki Sekretaris Perusahaan dan nilai 0 diberikan untuk emiten yang tidak
memiliki Sekretaris Perusahaan.
Emiten dianggap memiliki Sekretaris Perusahaan apabila terdapat pejabat yang
memenuhi definisi Sekretaris Perusahaan (lihat definisi operasional variabel
penelitian), dan fungsi tersebut bertanggung jawab langsung kepada Direksi.
3. Keberadaan Komite Audit
Variabel ini merupakan variabel dummy. Nilai 1 diberikan untuk emiten yang
memiliki Komite Audit dan nilai 0 diberikan untuk emiten yang tidak memiliki
Komite Audit.
Nilai 1 hanya diberikan apabila terdapat Komite Audit yang memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
1. Komite Audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang; dan
2. Komite Audit diketuai oleh seorang Komisaris Independen.
4. Ukuran Dewan Direksi
Variabel ini diukur berdasarkan jumlah Dewan Direksi yang diungkapkan dalam
annual report emiten. Direksi yang masuk perhitungan dalam penelitian ini
hanya direksi yang masih aktif per 31 Desember tahun yang bersangkutan.
38
5. Komposisi Dewan Komisaris Independen
Variabel ini merupakan komposisi jumlah Dewan Komisaris Independen
terhadap jumlah keseluruhan Dewan Komisaris yang dimiliki oleh emiten
(persentase komposisi dinyatakan dalam dua digit di belakang koma). Komisaris
yang masuk perhitungan dalam penelitian ini hanya komisaris yang masih aktif
per 31 Desember tahun yang bersangkutan.
III.3
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Di bawah ini adalah variabel-variabel penelitian dalam skripsi ini beserta definisi
dari masing-masing variabel.
Variabel Dependen (Y) = Praktek Perataan Laba
Perataan laba adalah tindakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan.
Variabel Independen (X1, X2, X3, X4)
X1
Keberadaan Sekretaris Perusahaan
Sekretaris perusahaan adalah petugas penghubung dengan investor, serta petugas
yang
mematuhi
ketentuan-ketentuan
undang-undang
dan
penyelenggara
dokumen perusahaan.
X2
Keberadaan Komite Audit
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka
membantu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam melakukan pengawasan.
39
X3
Ukuran Dewan Direksi
Dewan Direksi adalah organ perusahaan yang bertugas secara kolegial dalam
mengelola perusahaan.
X4
Komposisi Dewan Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah komisaris yang berasal dari luar perusahaan yang
tidak memiliki hubungan dalam hal kepemilikan, afiliasi, dan kegiatan usaha.
III.4
Hipotesis Penelitian
Sebagaimana telah diuraikan dalam Landasan Teori, berikut ini adalah hipotesis
penelitian dalam skripsi ini:
Ha.1
Terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara keberadaan Sekretaris
Perusahaan dengan praktek perataan laba
Ha.2
Terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara keberadaan Komite
Audit dengan praktek perataan laba
Ha.3
Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara ukuran Dewan Direksi
terhadap praktek perataan laba.
Ha.4
Terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara komposisi Dewan
Komisaris Independen terhadap praktek perataan laba.
III.5
Teknik Pengujian Model Regresi
Pada dasarnya, kelayakan model regresi logistik dalam memprediksikan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen cukup dilakukan dengan uji
40
model fit yang berdasarkan pada fungsi likelihood (probabilitas bahwa model yang
dihipotesakan mampu menggambarkan data input).
Meskipun uji model fit sudah cukup untuk menguji kelayakan model regresi
logistik, peneliti tetap akan melakukan uji normalitas terhadap variabel X3 (ukuran
Dewan Direksi) dan variabel X4 (komposisi Dewan Komisaris Independen). Kemudian
dalam hal uji asumsi klasik, uji penyimpangan heteroskedastisitas dan autokorelasi tidak
diperlukan karena tidak relevan dengan model regresi logistik. Namun demikian, uji
penyimpangan multikolinearitas masih relevan dengan model regresi logistik, karena uji
multikolinearitas ini dilakukan hanya untuk menguji keberadaan hubungan linear antar
variabel independen tanpa melibatkan variabel dependennya.
Uji model fit, uji normalitas, dan uji multikolinearitas akan disajikan dalam
masing-masing subbab berikut ini.
III.5.1 Uji Model Fit
Suatu model regresi logistik dapat dikatakan layak apabila model yang
dihipotesakan tersebut fit dengan datanya. Pengujian model ini dilakukan dengan
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dengan hipotesis:
H0:
Model yang dihipotesakan fit dengan data. Artinya, tidak terdapat
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya, sehingga
model dapat diterima karena mampu memprediksikan nilai observasinya.
H1 :
Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data. Artinya, terdapat
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga
41
goodness fit model tidak dapat diterima karena tidak mampu
memprediksikan nilai observasinya.
Ada pun dasar pengambilan keputusan atas hipotesis tersebut di atas
adalah:
1. jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test > 0,05 maka H0
diterima; dan
2. jika Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ≤ 0,05 maka H0
ditolak.
III.5.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data
berskala ordinal, internal, dan rasio. Artinya, variabel Y (perataan laba), variabel
X1 (keberadaan Sekretaris Perusahaan), dan variabel X2 (keberadaan Komite
Audit) yang merupakan variabel-variabel berskala nominal tidak perlu diuji
normalitasnya.
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov menggunakan menu SPSS Analyze – Nonparametric Tests
– 1 Sample KS dengan hipotesis:
H0 :
Distribusi normal
H1:
Distribusi tidak normal
Pengambilan keputusan didasarkan kepada nilai probabilitas (Asymp.
Sig. (2-tailed)) di mana:
42
1. jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima; dan
2. jika probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
III.5.3 Uji Multikolinearitas
Hubungan yang linear antara satu variabel independen dengan satu
variabel independen lain dalam suatu model regresi dapat mengakibatkan
pengujian terhadap variabel independen secara individual (terpisah) menjadi
tidak signifikan. Oleh karena itu, uji multikolinearitas perlu dilakukan sebelum
uji regresi. Hipotesisnya adalah:
H0 :
Tidak ada gejala multikolinearitas
H1:
Ada gejala multikolinearitas
Multikolinearitas dideteksi melalui nilai variance inflation factor (VIF)
dengan dasar pengambilan keputusan:
1. jika VIF ≤ 5 maka H0 diterima; dan
2. VIF > 5 maka H0 ditolak.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan memanfaatkan menu SPSS
Analyze – Regression – Linear dengan pilihan Statistics: Collinearity
Diagnostics.
III.6
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini terdiri dari frekuensi data, mean, nilai
minimun, nilai maksimum, dan standar deviasi. Melalui statistik deskriptif, dapat ditarik
suatu kesimpulan mengenai apakah emiten dalam populasi telah memenuhi komponenkomponen good corporate governance yang diuji dalam penelitian ini.
43
Statistik deskriptif dilakukan dengan memanfaatkan menu SPSS analyze –
descriptive – descriptive statistics dan analyze – descriptive – frequencies,
III.7
Teknik Pengujian Hipotesis
Melalui regresi logistik, dapat diketahui tingkat signifikansi pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen, serta persamaan regresi logistik
yang menunjukkan nilai koefisien regresi masing-masing variabel independen. Regresi
logistik dalam skripsi ini dilakukan dengan memanfaatkan menu Analyze – Regression –
Binary Logistic pada SPSS.
Hipotesis untuk signifikansi variabel independen secara parsial adalah:
H0 :
Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen
H1:
Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen
Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% dan 10%,
dengan tingkat signifikansi 10% sebagai dasar pengambilan keputusan. Artinya, dasar
pengambilan keputusan dalam regresi logistik penelitian ini adalah:
1. jika signifikansi (dinyatakan dalam Sig.) < 0,1 maka H0 ditolak; dan
2. jika signfikansi > 0,1 maka H0 diterima.