Appendicitis Slide (2)

Published on November 2016 | Categories: Documents | Downloads: 52 | Comments: 0 | Views: 299
of 39
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

APPENDISITI
S
Pembimbing : dr. Nangti Komarudin, Sp.B
Disusun oleh : Deassy Surya Mariaisya
Mutiara Sartika Suhardi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSUD R Syamsuddin SH
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jkt
2015

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Umur 
Alamat 
Pekerjaan

:  An. F
:  Perempuan
:  15 tahun
:  Sukabumi
: Pelajar SMP

Masuk RS
No RM

:  11 Januari 2015
: A25xxxx

KU

ANAMNESI
S
Nyeri perut kanan
bawah

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
An. F, 15 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari
SMRS.
Nyeri timbul mendadak, terasa seperti ditusuktusuk, dimulai dari nyeri di diatas pusat kemudian
berpindah ke perut kanan bawah, dan semakin
nyeri jika sedang berjalan. Nyeri juga dirasakan di
ulu hati, pasien demam (+), pusing (+), mual
muntah (+). Pasien tidak nafsu makan, lemas,
dan malaise. Pasien tidak BAB sejak 3 hari yang
lalu. BAK normal.

18/12/2013
ANAMNESIS

Keada
an
Umum
Kesadar
an
Tanda
Vital

DAN PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
 Kepala Normochepal
 Mata
Diameter Pupil : 3 mm/3 mm
Refleks pupil
: +/+, isokor
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, edema palpebra -/-

 Hidung
Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)

 Telinga

: Normotia, sekret (+/+)

 Mulut

: Faring tidak hiperemis, T1T1

 Leher
Inspeksi : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)
Palpasi : Pembesaran KGB (-)

 Thorak
Inspeksi

: normochest, pergerakan dada simetris kanan kiri

Palpasi

: vocal fremitus sama kiri dan kanan, nyeri tekan -/-

Perkusi paru : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi
Paru

: vesikuler, wheezing (-) ronki (-)

Jantung : BJ I & II murni regular, murmur (-) , gallop (-)
 Abdomen

Inspeksi : Distensi abdomen (-), asites (-)
Auskultasi

: Bising usus (+) menurun

Palpasi

: Nyeri perut (+) a/r iliaca dextra

Perkusi

: Timpani

 Ekstremitas

akral dingin, edema -/-, RCT < 2 detik, sianosis -/-

Status
Lokalis
a/r abdomen
inspeksi : abdomen datar,
tidak cembung, asites (-), luka
bekas jahitan (-)
auskultasi : bising usus (+)
menurun
palpasi : supel, massa (-),
nyeri tekan mc burney (+),
rovsing sign (-), psoas sign (+),
obturator sign (+) blumberg
sign (+), Dunphy sign (+)
Perkusi : timpani seluruh
kuadran abdomen

RESUM
E nyeri perut
An. F, 15 tahun datang dengan keluhan
kanan bawah sejak 3 hari SMRS. Nyeri timbul
mendadak, terasa seperti ditusuk-tusuk, dimulai dari
nyeri di diatas pusat kemudian berpindah ke perut
kanan bawah, dan semakin nyeri jika sedang berjalan.
Nyeri juga dirasakan di ulu hati, pasien demam (+),
pusing (+), mual muntah (+). Pasien tidak nafsu
makan, lemas, dan malaise. Pasien tidak BAB sejak 3
hari yang lalu. BAK normal. Pemeriksaan fisik
didapatkan TD 100/60 mmHg, HR 90x/menit, RR
24x/menit, suhu 38o C. Status generalis dalam batas
normal. Status lokalis nyeri a/r iliaca dextra, bising
usus (+) menurun. Palpasi abdomen supel, supel,
massa (-), nyeri tekan mc burney (+), rovsing sign
(-), psoas sign (+), obturator sign (+) blumberg sign

DIAGNOSIS DIFFERENTIAL

Appendisitis akut
Gastroenteritis

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah lengkap
Urinalysis
USG abdomen

Penatalaksanaan
 Infus RL 20 tpm
 Cefriaxone 2 x 1 gr
 Ranitidine 2 x 1 amp
 Ketorolac 2 x 30 mg
 Paracetamol tab 3x 500mg
 Terapi bedah : Appendektomy

Tinjauan Pustaka
Appendiksitis

Anatomi Appendix



mid gut

Embriologi appendiks berasal dari
.
appendiks pertama muncul pada minggu ke-8 kehamilan
sebagai outpouching dari sekum dan secara bertahap
berputar ke lokasi yang lebih medial sebagai berputaran
usus dan sekum, kemudian appendiks menjadi tetap di
kuadran kanan bawah

 Appendiks berbentuk seperti tabung, panjang 3
– 15 cm, diameter 0,5-1 cm dan berpangkal di
sekum, pangkal lumen sempit, distal lebar.
 Struktur histologi apendiks mirip dengan usus
mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa,
submukosa, muskularis eksterna/propria (otot
longitudinal dan sirkuler) dan serosa. Lapisan
submukosa terdiri dari jaringan ikat kendor dan
jaringan elastic membentuk jaringan saraf,
pembuluh darah dan lymphe, antara mukosa
dan submukosa terdapat lymphonodes

 Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang
mengikuti a.mesenterika superior dan a.apendikularis,
sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X
 Pendarahan apendiks berasal dari a. apendikularis

Fisiology Appendix
 Appendiks dipandang sebagai organ sisa tanpa
fungsi yang tidak diketahui
 Appendiks merupakan organ imunologi yang
aktif mensekresi imunoglobulin
 Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari
 Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(Gut associated Lymphoid tissue) yang terdapat di
sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah

IgA
 IgA proteksi terhadap infeksi

Appendisitis

Epidemiologi
 Salah satu penyakit bedah terbanyak
 Insiden paling sering terjadi pada usia dekade
kedua dan ketiga. Insiden puncaknya pada awal
dewasa (pubertas) dan insiden juga banyak terjadi
pada orang lanjut usia.
 Frekuensi angka kejadian tertinggi pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan. Rasio wanita :
laki-laki sekitar 2:1 bertahap bergeser setelah
usia 25 tahun menuju rasio 1:1

 Appendektomi adalah prosedur bedah yang
paling sering dilakukan

Etiology Appendisitis

Patogenesis
Appendiks obstruksi
Obstruksi appendiks merupakan kejadian awal yang paling
sering pada appendisitis. Hiperplasia dari folikel limfoid
submukosa sekitar 60% penyebab obstruksi (paling sering
pada remaja). Pada orang dewasa yang lebih tua dan
anak-anak, fecalith adalah penyebab paling sering (35%).
Tekanan Intraluminal
Meningkatnya tekanan intraluminal akibat obstruksi lumen
appendiks menyebabkan sekresi mukosa meningkat,
pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dinding appendiks
menipis karna terjadi distensi dan terjadi obstruksi limfatik
dan vena.
Nekrosis dan Perforasi
Nekrosis dan perforasi terjadi ketika aliran arteri terganggu.

Patogenesis
Appendisitis

APENDISITIS AKUT
Symptoms :
- Nyeri visera di epigastrium, sekitar umbilicus
- Mungkin Kolik

Patogenesis
Appendisiti
s

APENDISITIS AKUT SUPURATIF / PURULENTA

Symptoms
- Nyeri sentral berpindah ke perut kanan bawah
- Nyeri somatik ( peritonitis lokal)
- Mual dan muntah

Patogenesis Appendisitis

Obstruk
si

Distensi appendix
Lymphatic obstruction

Venous congestion
Edema

Mucosal ulcers

Invasi bakteri
Inflamasi serosa melekat
di peritoneum parietal

perito
nitis

Bacterial diapedesis

Venous thrombosis

Escape of bacteria

Perforasi

Compramise of arterial

gangrene

Symptoms
Nyeri abdomen diffus di
epigastrium atas atau regio
umbilicalis kemudian terlokalisasi
di kuadran kanan bawah (RLQ)
Mual Muntah
Anoreksia
Sulit buang air besar atau diare

Signs

 Direct rebound tenderness (Mc.Burney’s point)
 Rovsing’s sign (+)
 Iliopsoas sign (+)
 Obturator sign (+)
 Dunphy sign (+)

Alvarado Scale for the Diagnosis of
Appendicitis
 

Manifestations
Symptoms

Signs

Laboratory values

Value

Migration of pain

1

Anorexia

1

Nausea and/or vomiting

1

Right lower quadrant
Tenderness

2

Rebound

1

Elevated temperature

1

Leukocytosis

2

Left shift in leukocyte
count

1
Total points 10

 Skor >8

: Berkemungkinan besar menderita

apendisitis. Pasien ini dapat langsung
diambil tindakan pembedahan tanpa pemeriksaan
lebih lanjut. Kemudian perlu dilakukan konfirmasi
dengan pemeriksaan patologi anatomi.
: Tingkat kemungkinan sedang untuk
terjadinya apendisitis. Pasien ini sebaiknya
dikerjakan pemeriksaan penunjang seperti foto
polos abdomen ataupun CT scan. 

 Skor 2-8

: Kecil kemungkinan pasien ini menderita
apendisitis. Pasien ini tidak perlu untuk di evaluasi
lebih lanjut dan pasien dapat dipulangkan dengan
catatan tetap dilakukan follow up pada pasien ini.

 Skor <2

Pemeriksaan Fisik
 Direct rebound tenderness (Mc.Burney’s point)
 Demam
 Rovsing’s sign
 Iliopsoas sign
 Obturator sign
 Dunphy sign

Diagnosis
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
 Diagnosis Laboratorium
 Urinalysis
 Abdominal X-Ray
 USG
 CT Scan

Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium
 Complete Blood Count (CBC)
 Leukocytosis (10.000-18.000/mm3) dengan
polymorphonuclear (PMN) predominan
 Jika white blood count (WBC) > 18.000/mm3
pikirkan adanya perforasi dengan atau tanpa
abses

Urinalysis
 WBCs atau RBCs mungkin ditemukan jika
adanya iritasi VU atau ureter karena inflamasi
appendiks
 Bakteriuria

Imaging
 Abdominal X Ray (AXR) terlihat
Appendicolith/fecalith
 CT scan abdominal
 (+) Bila ditemukan dilatasi appendix > 6 mm,
penebalan appendix
 (+) palsu jika terlihat inflamasi periappendix,
dilatasi tuba fallopi, insipissated stool, overlying fat
 (-) palsu jika inflamasi terbatas diatas appendix,
retrocecal ceacum, appendix besar, perforasi
(appendix compressible)

Terapi Appendisitis
 Preoperative – Resusitasi cairan
 Antibiotik
 Appendectomy
 Laparoskopi
 Operasi Cyto : untuk appendisitis akut, abses dan
perforasi
 Operasi Elektif : untuk appendisitis kronik

 Konservatif
 Bedrest total
 Diet cair, lunak, rendah serat
 Observasi

Komplikasi

Perforasi
Resiko infeksi luka post operasi
Abses intraabdominal
Abses panggul
Fistula Enterocutaneous

REFERENSI
 Brunicardi, F. Charles. Schwartz’s Principles of Surgery, ninth
edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States of
America. 2010
 Klingensmith, Mary E dkk. Washington Manual of Surgery,The,
5th Edition. 2008 Lippincott Williams & Wilkins
 
 Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. 2007. Saunders An

Imprint of Elsevier
 Stead, G. Latha. Firts Aid for the Surgery Clerkship. 2003.
McGraw-Hill Companies

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close