Cardiac Arrest

Published on March 2017 | Categories: Documents | Downloads: 70 | Comments: 0 | Views: 752
of 6
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

Cardiac Arrest
1. Pengertian
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa
terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun
tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi segera setelah gejala nampak
(American Heart Association,2010).
Cardiac arrest adalah serangan jantung yang dipicu oleh kerusakan fungsi listrik
dijantung yang menyebabkan irama jantung tidak teratur (aritmia), sehingga fungsi
jantung untuk memompakan darak ke otak, paru-paru dan organ lainya terganggu.
Aritmia jantung adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan
oleh konduksi elektrikal abnormal atau otomatis (Mallapasi, 2008).
2. Sistem Konduksi Jantung
Sistem pembentukan dan penghantaran rangsangan dari jantung yaitu :
a. Nodus Sinoatrial (SA), antara vena cava superior dengan atrium kanan, bekerja
secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls denga frekuensi 60-90x/menit.
b. Nodus Atrioventrikuler (AV), diatas katup trikuspidalis dekat muara sinus
koronarius pada dinding posterior atrium kanan. Mengeluarkan impuls dengan
frekuensi 40-60x/menit.
c. Berkas His dan serabut purkinje, menembus jaringan pemisah miokardium atrium
dan ventrikel, berjalan pada septum ventrikel dan bercabang 2 yaitu left bundle
branch dan righ bundle branch dan diterukan kecabang-cabang yang lebih kecil
yaitu serabut purkinje. mengeluarkan impuls < 40x/menit.

Beberapa sifat konduksi jantung yaitu :
a. Otomatis adalah kemempuan untuk menimbulkan impuls spontan
b. Irama pembentukan impuls teratur
c. Daya konduksi adalah kemempuan menyalurkan impuls
d. Daya rangsang adalah kemampuan bereaksi terhadap rangsangan.

3. Penyebab Cardiac Arrest
Penyebab utama terjadinya Cardiac arrest karena aritmia, Menurut American Heart
Association (2010), seseorang dikatakan mempunyai risiko tinggi untuk terkena
cardiac arrest dengan kondisi:
a. Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab lain;
jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab tertentu cenderung
untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam jiwa. Enam bulan pertama
setelah seseorang mengalami serangan jantung adalah periode risiko tinggi untuk
terjadinya cardiac arrest pada pasien dengan penyakit jantung atherosclerotic.
b. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab (umumnya
karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat seseorang
cenderung untuk terkena cardiac arrest.
c. Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena beberapa
kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti aritmia) justru
merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat cardiac arrest. Kondisi
seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian obat-obatan yang bisa
mempengaruhi perubahan kadar potasium dan magnesium dalam darah (misalnya
penggunaan diuretik) juga dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan
cardiac arrest.
d. Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak normal
seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma gelombang QT yang
memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada anak dan dewasa muda.
e. Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di arter koronari
dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa muda. Pelepasan
adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas fisik yang berat, bisa
menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila dijumpai kelainan tadi.
f. Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya
cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan pada
organ jantung.
4. Klasifikasi Aritmia Jantung
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu:
a. Gangguan dalam pembentukan impuls
1) Gangguan pembentukan impuls di sinus
 Takikardi sinus
 Bradikardia sinus
 Aritmia sinus
 Henti sinus
2) Gangguan pembentukan impuls di atrial (aritmia atrial)

 Eksrasistol atrial
 Takikardi atrial
 Fibrilasi atrial
 Pemacu kelana atrial
3) Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung)
 Ekstrasistole penghubung AV
 Takikardi penghubung AV
 Irama lolos penghubung AV
4) Pembentukan impuls di ventricular (aritmia ventricular)
 Ekstrasistole ventricular
 Takikardi ventricular
 Takikardi ventricular
 Gelepar ventricular
 Fibrilasi ventricular
 Henti ventricular
 Irama lolos ventrikular
b. Gangguan penghantaran impuls
 Blok sino atrial
 Blok atrio-ventrikular
 Blok intraventrikular
5. Aritmia yang mengancam kehidupan (menyebabkan cardiac arrest)
a. Ventrikel Takikardi
Irama tidak teratur, frekuensi
b. Ventrikel fibrilasi
c. Ventrikulasr Asistole
d. Pulseless Electrical Activity (PEA)/ aktivitas listrik tanpa nadi
e. Torsade de Pointer (bentuk VT yang berubah aksis)
6. Proses terjadinya Cardiac arrest
Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia: fibrilasi
ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA), dan asistol
(Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
a. Fibrilasi ventrikel
Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak, pada
keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya, jantung hanya
mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah
CPR dan DC shock atau defibrilasi.
b. Takhikardi ventrikel
Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel biasanya karena adanya
gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanya gangguan
konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel
kiri akan memendek, akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga berkurang
sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan hemodinamik stabil,

pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih diutamakan. Pada kasus VTdengan
gangguan hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi), pemberian
terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.
c. Pulseless Electrical Activity (PEA)
Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan
kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga
tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah
tindakan yang harus segera dilakukan.
d. Asistole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan
pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini
tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.
7. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala Cardiac arrest muncul secara tiba-tiba dan mengalami penurunan
yang drastis yaitu :
a. Pasien tiba-tiba tidak berespon baik terhadap rangsangan suara, tepukan pundak
maupun cubitan
b. Tidak teraba nadi diarteri besar (karotis, femuralis dan radialis)
c. Tidak ada pernafasan normal ketika jalan nafas dibuka.
Gejala-gejala yang kadang mungkin sebelum mengalami serangan jantung mendadak
(cardiac arrest) seperti kelelahan, pingsan, pusing, nyeri dada, sesak nafas,
kelemahan, palpitasi atau muntah, tetapi serangan jantung mendadak sering terjadi
tanpa peringatan.
8. Penatalaksanaan
Cardiac arrest atau adalah keadaan darurat medis. Jika tidak segera diobati, hal ini
dapat menyebabkan kematian jantung mendadak. Dibutuhkan penanganan dengan
cepat dan tepat agar penderita dapat bertahan hidup. ketika jantung berhenti hipoksia
dapat menyebabkan kerusakan otak hanya dalam beberapa menit. kematian atau
kerusakan otak permanen dapat terjadi dalam 4-6 menit.
a. Cardio Pulmonary resuscitation (CPR)
Cardio Pulmonary Resusitation (CPR) adalah suatu teknik bantuan hidup dasar
yang bertujuan untuk memberikan oksigen ke otak dan jantung sampai ke kondisi
layak, dan mengembalikan fungsi jantung dan pernafasan ke kondisi normal.
Segera lakukan CPR untuk mempertahankan aliran darah ke organ-organ vital
tubuh. Pada penanganan korban cardiac arrest dikenal istilah rantai untuk
bertahan hidup (chin of survival); cara untuk menggambarkan penanganan ideal

yang harus diberikan ketika ada kejadian cardiac arrest. Jika salah satu dari
rangkaian ini terputus, maka kesempatan korban untuk bertahan hidup menjadi
berkurang, sebaliknya jika rangkaian ini kuat maka korban mempunyai
kesempatan besar untuk bisa bertahan hidup. Chin of survival terdiri dari 4
rangkaian: early acces, early CPR, early defibrillator,dan early advance care.
 Early acces: kemampuan untuk mengenali/mengidentifikasi gejala dan tanda


awal serta segera memanggil pertolongan untuk mengaktifasi EMS.
Early CPR: CPR akan mensuplai sejumlah minimal darah ke jantung dan otak,



sampai defibrilator dan petugas yang terlatih tersedia/datang.
Early defibrillator: pada beberapa korban, pemberian defibrilasi segera ke



jantung korban bisa mengembalikan denyut jantung.
Early advance care: pemberian terapi IV, obat-obatan, dan ketersediaan
peralatan bantuan pernafasan.

Sebelum Melakukan CPR penolong cepat memeriksa apakah pasien sadar atau
tidak. Jika tidak sadar cepat periksa pernapasan jika tidak bernapas secara normal
mulai lakukan CPR dan meminta bantuan. Jika penolong tidak terlatih CPR
dilakukan dengan cara mendorong keras dan cepat di dada pasien sekitar 100
kompresi/menit lakukan ini sampai defibrillator portable tersedia dan personil
bantuan datang.. Jika telah terlatih periksa jalan napas pasien dan berikan napas
buatan setelah 30 kompresi.
b.

Defribillator
Merupakan alat yang digunakan untuk memberikan sengatan listrik melalui
dinding dada ke jantung. Digunakan untuk aritmia jenis fibrilasi ventrikel.
Defribillator telah banyak disediakan ditempat-tempat umum seperti bandara dan

mall.
c. Penanganan di Unit Gawat Darurat
 Pemberian obat-obatan.
pemberian obat anti-aritmia untuk pengobatan darurat atau jangka panjang.
Jenis obat yang digunakan adalah jenis obat beta blocker, angiotensinconverting enzyme (ACE) inhibitor, calcium channel blockers atau obat


Amiodarone (Cordarone)
Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)
ICD adalah alat yang menggunakan tenaga baterei yang ditanamkan di dekat
tulang selangkang kiri dan disambungkan lewat pembuluh darah sampai ke
jantung. Setelah kondisi pasien stabil direkomendasikan untuk implantasi ICD.

ICD terus memonitor irama jantung jika terdeteksi irama jantung terlalu
lambat


maka

ICD

berfungsi

sebagai

alat

pacu

jantung

untuk

menormalkanirama jantung.
Coronary Angioplasty
Prosedur ini dilakukan jika ada penyempitan aliran darah ke jantung.
Bertujuan untuk membuka blokir arteri korener sehingga aliran darah ke



jantung lebih lancar
Coronary Baypass Surgery
Prosedur lain untuk memulihkan aliran darah ke jantung. Hal ini
meningkatkan suplai darah ke jantung dan mengurangi peningkatan frekuensi



denyut jantung.
Radiofrequency catheter ablation
Prosedur ini dapat digunakan untuk memblokir jalur listrik abnormal. Prosedur



ini di gunakan untuk mengobati aritmia.
Corrective Heart Surgery
Dilakukan jika pasien memiliki kelainan jantung bawaan, kerusakan katup
jantung, atau karena jaringa otot jantung yang sakit karena kardimiopati.
Operasi dilakukan untuk memperbaiki kelainan dan mengurangi resiko aritmia
fatal.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close