Case Report

Published on July 2016 | Categories: Documents | Downloads: 32 | Comments: 0 | Views: 305
of 7
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

Terapi Rehabilitasi Untuk Meningkatkan Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa
Pasca Penyalahgunaan Zat Terlarang
Abstrak
Terapi pada pasien gangguan jiwa pasca penyalahguanaan zat terlarang tidak
hanya didasarkan pada pengobatan psikofarmaka, yang tak kalah penting adalah
terapi rehabilitasi yang berguna untuk meningkatkan kemandirian pasien saat
dikembalikan pada keluarga dan lingkunganya. Terapi rehabilitasi ini berorientasi
pada bidang kepeminatan dan bakat yang dimiliki oleh penderita. berbagai kegiatan
rehabilitasi yang pasien jalani antara lain : bidang seni seperti melukis dan bermain
musik, kegiatan kerohanian, tata boga, pertukangan dan lain – lain. Dukungan dan
kerjasama dari berbagai pihak seperti keluarga dan petugas rehabilitasi yang terkait
dalam program ini sangat diperlukan guna tercapainya sebuah tujuan yaitu
mengurangi stigma pada pasien gangguan jiwa dan meningkatkan kemandirian pasien
secara ekonomi.
Latar Belakang
Salah satu kendala dalam upaya penyembuhan penderita gangguan jiwa adalah
stigma dalam keluarga dan masyarakat karena masih banyak anggapan bahwa
gangguan jiwa adalah suatu aib atau penyakit yang memalukan sehingga biasanya
penderita dikucilkan. Program rehabilitasi sangat diperlukan sebagai persiapan
penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat. Pada program ini pasien dimotivasi
untuk berkarya pada bidang yang mereka minati.
Persentasi Kasus
Tuan S seorang laki – laki berusia 29 tahun seorang penderita gangguan jiwa
akibat efeksamping dari penyalahguanaan zat terlarang jenis ganja. Pasien berasal dari
keluarga sederhana yang agamis. Ayahnya mempunyai pekerjaan yang tidak tetap
sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Pasien merupakan anak ke 2 dari 6
bersaudara ini adalah lulusan sekolah menengah kejuruan negeri jurusan manajemen
bisnis.
Dengan latar belakang keluarga pasien yang agamis mendorong orang tua
pasien untuk memproteksi pasien sedemikian rupa, yang timbul adalah saat pasien
ingin memutuskan sesuatu harus berdasarkan atas izin orang tua sehingga pasien
sangat tergantung sekali dengan orang tua dalam setiap pengambilan keputusannya.

Seiring berjalannya waktu, hal tersebut membuat pasien tidak percaya diri,
mempunyai konsep diri yang kurang baik, harga diri rendah, dan perasaan bersalah.
Sejak bersekolah di sekolah menengah kejuruan pasien sudah terjerumus
dalam penyalahgunaan zat terlarang, dalam kasus ini adalah ganja. Pasien memakai
ganja sudah 5 tahun. Gangguan jiwa yang diderita pasien kira – kira sekitar 12 tahun
yang lalu dan baru ditangani di rumah sakit jiwa sekitar 2 tahun yang lalu.
Sebelumnya pasien dibwa berobat oleh orang tuanya ke “orang pintar”, kyai/ustadz,
dan dibwa ke pengajian – pengajian dan pesantren berdasarkan informasi yang
didapat dari kerabat, saudara atau teman yang berbaik hati memberi saran untuk
tempat berobat pasien serta beberapa yayasan kesehatan jiwa. Berdasarkan cerita yang
didapat dari pasien, bahwasannya pasien mulai merasakan halusinansi dan bisikan –
bisikan setelah dirinya memakai narkoba.
Dalam 2 tahun selama pengobatannya di rumah sakit, pasien sudah mengalami
kambuh selama 10 kali karena emosinya yang labil. Sebelum mengalami kambuh
yang terakhir, sehari – harinya pasien menjalani terapi rehabilitasi melalui kegiatan
day care. Dalam kegiatan tersebut pasien menjalani serangkaian program rehabilitasi
pada bidang yang pasien minati seperti pengajian, bermain musik, dan kegiatan
berdagang dalam hal ini pembuatan sirup. Kegiatan tersebut dijalani pasien setiap
hari, berangkat dari rumah pagi dan kembali lagi ke rumah pada sore hari. Pihak
keluarga belum berani melepas pasien untuk pergi terlalu jauh sehingga untuk
menjalani kegiatan tersebut pasien masih diantar jemput oleh pihak keluarga (dalam
hal ini ayahnya) karena ada kekhawatiran dari pihak keluarga apabila dilepas akan
mudah dijebak atau dijerumuskan oleh orang lain (baik rekan atau orang yang tidak
dikenal).
Obat – obatan yang dikonsumsi pasien rutin diberikan oleh keluarga, bahkan
jika keluarga belum memberikan, maka pasien yang memintanya secara langsung
kepada keluarga untuk disiapkan obatnya. Menurut keluarga, pasien sudah bisa
membedakan obat yang cocok dengan dirinya yang bisa membuat diri pasien tersebut
tenang dan membuat badannya enak.
Sedikit gambaran dari hasil pemeriksaan psikologis didapatkan bahwa
intelegensi pasien berada pada taraf rata – rata sehingga pasein cukup mampu
menyelesaikan permasalahannya sehari – hari. Namun pasien memiliki pola pikir
yang kompleks karena adanya respon terhadap suatu kegagalan (frustasi) sehingga
daya juang kurang. Pasien memiliki kepribadian yang dependen (ketidakmatangan)

hal ini disebabkan karena pola asuh keluarga yang overprotective yang menyebabkan
konsep diri negatif, perasaan tidak nyaman dan timbul paranoid. Hal tersebut
didukung oleh pola kerja yang sistematis, tanggung jawab dan inisiatif serta konyak
sosial yang cukup baik. Pasien juga memiliki orientasi masa depan yang baik. Dari
hasil pemeriksaan psikologis tersebut didapatkan kesimpulan bahwa adanya
ketidakseimbangan dalam diri pasein sehingga kurang dapat berpikir realistis.
Diskusi
Rehabilitasi adalah suatu proses yang kompleks yang meliputi berbagai
disiplin dan merupakan gabungan dari usaha medik, sosial, edukasional dan
vokasional yang terpadu untuk mempersiapkan, menyalurkan/menempatkan dan
membina seseorang agar dapat mencapai kembali taraf kemapuan fungsional setinggi
mungkin. (WHO, 1980 dan DitKesWa, dalam Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental
Rumah Sakit di Indonesia 1983)
Program rehabilitasi ini biasanya dilakukan dilembaga rahabilitasi misalnya
dibahagian lain di Rumah Sakit Jiwa khusus untuk untuk penderita yang kronis. Di
lembaga itu penderita tidak hanya diberi terapi psikofarmaka tetapi juga
menintegrasikan dengan jenis – jenis terapi yang lainnya termasuk keterampilan.
Dalam lembaga rehabilitasi ini para penderita merupakan kelompok atau komunitas
dimana terjadi interaksi antar sesama penderita dengan para pelatih. Program
rehabilitasi ini tidak hanya diikuti oleh penderita yang dirawat jalan.
Program rehabilitasi sebagai persiapan kembali ke keluarga dan masyarakat
meliputi berbagai macam kegiatan, antara lain :
1.

Terapi kelompok

2.

Menjalankan ibadah keagamaan bersama – sama (jamaah)

3.

Kegiatan kesenian (menyanyi, musik, tari – tarian, seni lukis

4.

Terapi fisik berupa olah raga

5.

Keterampilan (membuat kerajinan tangan)

6.

Berbagai macam kursus

7.

Bercocok tanam (bila tersedia lahan)

8.

Rekreasi (darmawisata)

9.

Dan lain sebagainya.

Lembaga rehabilitasi yang ideal seyogyanya memiliki sarana dan prasarana
yang memadai serta para pengasuh/pelatih/pembimbing (instruktur) yang profesional,

terdiri dari psikiater, pekerja sosial, psikolog, guru agama, guru kesenian, guru
olahraga, guru keterampilan, guru bimbingan belajar/les, guru pertania dan lain – lain
yang terkait.
Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3 – 6 bulan. Secara
berkala dilakukan evaluasi paling sedikit 2 kali, yaitu evaluasi sebelum mengikuti
program rehabilitasi dan evaluasi saat penderita akan diekmbalikan ke keluarga dan
masyarakat. Bila program rehabilitasi dapat diikuti dengan baik, maka diharapakan
bila penderita kembali ke keluarga dan masyarakat sudah mempunyai keterampilan
dan penyesuaian diri yang lebih baik sehingga produktivitas kerjanya dapat
dipulihkan.
Tujuan dari rehabilitasi pasien adalah mengurangi stigma pada pasien
gangguan jiwa dengan cara meningkatkan kemandirian secara ekonomi. Intervensi
rehabilitasi pada pasien tersebut didasari pada motivasi dan kegiatan prakarya
dibidang yang pasien minati. Berikut ini adalah tabel mengenai proses dan hasil dari
berbagai macam kegiatan rehabilitasi yang pasien jalani di unit rehabilitasi rumah
sakit jiwa.
Kegiatan
A. Melukis

B. Tata Boga

C. Pertukangan

D. Pertamanan

Proses
Mula

mula
dengan
pensil
diatas kertas, jika
baik, dengan cat
minyak
diatas
kanvas
- Persiapan (tutup
kepala, celemek)
- Klien mencatat
bahan dan cara
pembuatan
Pembuatan tugas
- Praktek
- Persiapan bahan
dan alat
- Penjelasan
- Pelaksanaan

Hasil
Keterangan
Emosi dan bakat Lukisan
klien tersalurkan
dijual/dipajang
- Untuk pasien
yang
berbakat
melukis
- Mengekspresikan
kemapuan
Penerapan
di
rumah

- Motivasi kerja
- Produk pembersih
-

- Selasa dan Jumat
- 100 butir telor
asin
Dijual
pada
karyawan RS

Dalam
proses
untuk
konsumsi
laundry
dan
karyawan
Menyalurkan Dalam
proses
hobi
untuk digunakan
Motivasi
pada
taman

kerja
taman RS
Daur ulang
sampah dapu
dan taman

Bidang kepemintan yang pasien minati pada kasus ini antara lain : bidang seni
seperti bermain musik dan melukis, pengajian, dan pasien ingin mempunyai
penghasilan sendiri. Dengan didasari pada bidang kepeminatan tersebut maka
dibuatlah suatu rencana pemulihan pasien (RPI). Rencana pemulihan individu tersebut
berisi :
1. Goal 1
-

Isu bidang kehidupan
o Pengenalan diri (agama)

-

Keadaan saya sekarang
o Alhamdulillah keimanan dan ibadah saya semakin ada peningkatan
o Saya bisa membaca Al-Quran, solat 5 waktu dan dzikir

-

Strategi saya
o Mengikuti pengajian dan diskusi rutin di rehab dan mushola dekat
rumah
o Bertanya pada Ustadz bila tidak tahu
o Membaca buku – buku agama

-

Kekuatan saya
o Dapat membaca Al-Quran, salat 5 waktu dan dzikir
o Ada sarana pengajian tiap hari senin dan kamis di rehab

-

Gol/harapan saya ingin seperti apa
o Saya ingin lebih jauh lagi mengenal siapa Tuhan saya dan bagaimana
agama saya

-

Langkah – langkah yang harus saya ambil
o Ikut pengajian di rehab tiap senin dan kamis
o Bertanya pada Ustadz/guru ngaji yang tidak saya tahu
o Belajar sungguh – sungguh

-

Bagaimana orang lain bisa membantu saya
o Tersedianya pengajian rutin
o Dukungan dari suster atau mantri serta keluarga

-

Hasil apa yang kemudian terjadi
o Klien mendapat informasi dan pengetahuan agama

o Klien rajin mengikuti pengajian, bahkan sekali waktu dapat mengisi
acara pengajian
2. Goal 2
-

Isu bidang kehidupan
o Mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang

-

Keadaan saya sekarang
o Saya masih bergantung sama orang tua
o Belum mendapat pekerjaan yang menghasilkan

-

Strategi saya
o Meyakinkan keluarga bahwa saya benar - benar mau mandiri dan tidak
bergantung kepada orang lain
o Ikut latihan keterampilan di rehab

-

Kekuatan saya
o Klien yakin kalau tekun dan ikhlas karena Alloh SWT pasti akan
tercapai
o Selama ini klien ikut kegiatan berjualan di dapur rehabilitasi dan es
sirup

-

Gol/harapan yang saya ingin seperti apa
o Saya ingin mempunyai penghasilan sendiri
o Saya ingin bisa hidup mandiri
o Saya ingin menabung jika ada penghasilan

-

Strategi/langkah – langkah yang harus saya ambil
o Ikut membantu berjualan di dapur rehab
o Belajar berjualan es sirup di RS
o Saya akan bekerja bersungguh – sungguh

-

Bagaimana orang lain bisa membantu saya
o Adanya dukungan dari dokter atau perawat
o Ada fasilitas untuk berjualan es sirup
o Dukungan keluarga

-

Hasil yang kemudian tercapai
o Klien berjualan es sirup di depan instalasi rehabilitasi
o Mendapat keuntungan dari berjualan es sirup

Dengan adanya rencana pemulihan individu tersebut pasien disediakan wadah
untuk bisa menyalurkan bakat dan kepeminatannya. Di tempat rehab, saat pengajian
pasien mampu membaca Al-Quran, mengajarkan teman – temannya mengaji dan
menjawab pertanyaan yang menyangkut agama. Dalam kegiatan bermusik pun pasien
mampu memainkan berbagai macam alat musik terutama gitar, pasien menguasai
berbagai macam lagu dari sholawat sampai lagu rock.
Dukungan dari pihak keluarga untuk membuat pasien mandiri pun tidak kalah
pentingnya. Hal tersebut ditunjukkan keluarganya dengan cara menyediakan kolam
ikan lele. Diharapkan dengan kolam ikan lele ini, pasien dapat menjadi mandiri dan
belajar berwirausaha. Kolam lele tersebut dimaksudkan untuk menampung ikan lele
yang didapatkan dari seorang kenalan pihak keluarga dan pasien diharapkan dapat
memasarkan ikan lele ke rumah makan yang menyediakan menu ikan lele di
pinggiran jalan sekitar rumahnya.
Proses rehabilitasi sangat berguna untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam
keluarga dan masyarakat. Hal ini didasari karena masih adanya stigma dalam keluarga
dan masyarakat mengenai pasien dengan gangguan jiwa. Pada dasarnya mereka sama
seperti kita yang hidup pada keadaan yang umumnya terjadi, mereka pun mempunyai
cita – cita, mereka pun mampu hidup layak dan mempunyai suatu keahlian yang
minimal bisa berguna untuk diri pasien tersebut.
Simpulan
Program rehabilitasi yang dijalani pasien dengan gangguan kejiwaan didasari pada
kepemintanan dan bakat yang pasien miliki. Dukungan dari berbagai pihak terutama
keluarga dan petugas pada tempat rehabilitasi sangat diperlukan guna tercapainya
suatu keberhasilan yang ingin dicapai yaitu kemandirian pasien.
Acknowledgement
Pada bagian ini penulis ingin mengucapakan terimakasih banyak pada berbagai
pihak yang telah membantu dalam proses dan hasil penyelesaian laporan ini.
Daftar pustaka

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close