exit exam

Published on January 2017 | Categories: Documents | Downloads: 76 | Comments: 0 | Views: 244
of 6
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content



Badan Eksekutif Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas



@kastratfkunand


Jl. PerintisKemerdekaan
Padang 25127
Sumatera Barat, Indonesia

www.bemfkunand.com
KAJIAN EXIT EXAM


Oleh:

SMALL WORKING GROUP EXIT EXAM


1. Teda Faadhila
2. Rayhan Abi Mayzan
3. Fetri Svetri Linasari
4. Fajar Satria Pratama
5. Firdaini
6. Putri Zeahan
7. Zulherman


Departemen Kajian Strategis, Departemen Kesejahteraan Mahasiswa, Departemen
Pendidikan Dan Profesi

Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
2014









Badan Eksekutif Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas



@kastratfkunand


Jl. PerintisKemerdekaan
Padang 25127
Sumatera Barat, Indonesia

www.bemfkunand.com
Latar Belakang
Pelaksanaan Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) sejak Februari 2014 telah menjadi
polemik dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Unand. Pelaksanaan UKDI yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) menjadi
tidak jelas semenjak turunnya UU No 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Dokter dan
Permendikbud No 30 tahun 2014 yang menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan Uji
Kompetensi mahasiswa program profesi dokter atau dokter gigi. Dalam Permendikbud
tersebut, dijelaskan bahwa panitia pelaksanaan Uji Kompetensi adalah AIPKI yang
bekerjasama dengan Organisasi Profesi, yakni Ikatan Dokter Indonesia (IDI), agar mahasiswa
mendapat Surat Kompetensi dan Surat Tanda Registrasi (STR). Sayangnya, IDI tidak
mengakui pelaksanaan UKDI yang diselenggarakan oleh AIPKI yang diadakan pada bulan
Februari dan Mei 2014 lalu serta mengadakan ujian mandiri yang disebut entry exam, yang
seharusnya sudah termasuk dalam exit exam, agar para dokter yang telah lulus bisa
mendapatkan STR. Hal ini mengakibatkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Unand,
khususnya angkatan 2007 dan 2008 yang telah menyelesaikan program studi di klinik
menjadi tidak jelas nasibnya. Sebagian masih mengikuti UKDI yang dilaksanakan pada
bulan Februari dan Mei 2014, sebagian lagi merasa tidak perlu mengikuti UKDI tersebut
karena mereka telah mendapat Surat Kompetensi pada saat wisuda dokter dari universitas.
Munculnya Exit Exam
Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2007, Ujian Kompetensi Dokter Indonesia terus
mengalami perbaikan dan menuai permasalahan. Dua tahun pelaksanaan UKDI (2007-2009),
permasalah mulai muncul karena banyaknya peserta UKDI yang belum lulus (retaker). Di
satu sisi, mereka sudah lulus dan bergelar dokter, akan tetapi belum bisa melaksanakan
praktik karena belum berhak menerima sertifikat kompetensi yang menjadi salah satu syarat
dalam registrasi dokter. Di lain pihak, program penanganan terhadap retaker juga sulit untuk
dapat dikoordinasi secara nasional karena status retaker yang tidak memiliki institusi induk
(home base). Singkatnya, nasib retaker ini digantung tidak jelas kemana arahnya. Retaker
bukan mahasiswa lagi, yang menjadi tanggung jawab kampus, karena sudah di wisuda dan
bukan juga pekerja karena belum berhak menjalankan praktik.


Badan Eksekutif Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas



@kastratfkunand


Jl. PerintisKemerdekaan
Padang 25127
Sumatera Barat, Indonesia

www.bemfkunand.com
Persoalan penanganan retaker ini kemudian menjadi isu sentral yang dibahas dalam Rapat
Dekan Fakultas Kedokteran yang dilaksanakan pada tanggal 26-27 Mei 2010. Dalam forum
ini kemudian disepakati bahwa terhitung sejak bulan Agustus 2010, UKDI dilaksanakan
sebelum Sumpah Dokter. Kesepakatan forum ini diperkuat dengan Surat Edaran Ketua
AIPKI Nomor 85/AIPKI/VIII/2010 kepada seluruh Dekan Fakultas/ Ketua Prodi Kedokteran
yang menghimbau agar pelaksanaan Sumpah Dokter dilakukan kepada peserta UKDI yang
telah lulus.

Ikatan Dokter Indonesia mendorong uji kompetensi dilaksanakan pada tahap akhir
pendidikan sebelum dilakukan sumpah dokter ( exit exam) sebagai solusi jangka panjang,
sedangkan solusi jangka pendek dengan penyelengaran ujian kompetensi untuk seluruh
reteker pada bulan September 2013 yang diselengarakan IDI.
Implementasi uji kompetensi sebagai exit exam akan mengurangi dampak negatif dari
banyaknya jumlah retaker saat ini, karena persiapan uji kompetensi serta pembinaan retaker
akan dilakukan langsung di bawah tanggungjawab fakultas kedokteran atau program studi
pendidikan dokter.
Implementasi ujian kompetensi sebagai exit exam di topang lahirnya UU. Nomor 20 Tahun
2013 Tentang Pendidikan Kedokteran pada pasal 36 ayat 3 dan 4;

(3) Uji kompetensi Dokter atau Dokter Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi bekerja sama dengan
asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi dan berkoordinasi dengan
Organisasi Profesi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

Exit exam berdasarkan UU tersebut harus dilaksanakan pada tahun 2014 in terhitung 1
januari kemarin. Namun, usaha untuk mengimplementasikan exit exam ini juga menuai
permasalahan. UKDI pada tahun in harusnya dilaksanakan 4 periode yaitu bulan februari,
mei, agustus dan november. Permasalahan timbul pada pelaksanaan UKDI batch Februari
dan Mei karena UKDI dilaksanakan sebelum turunyya Peraturan Menteri.

Badan Eksekutif Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas



@kastratfkunand


Jl. PerintisKemerdekaan
Padang 25127
Sumatera Barat, Indonesia

www.bemfkunand.com

Exit Exam Batch Agustus

Setelah muncul Permendikbud nomor 30 tahun 2014 tentang tata cara pelaksanaan uji
kompetensi yang diundangkan di jakarta tanggal 28 April kemarin, maka Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas pada bulan Agustus 2014 mengeluarkan Surat Keputusan
Dekan yang menyatakan bahwa sejak Agustus 2014, pelaksanaan UKDI ditiadakan dan
diganti dengan exit exam yang dipergunakan sebagai syarat untuk mendapatkan Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Kompetensi. Exit exam dilaksanakan setelah mahasiswa Sarjana
Kedokteran menyelesaikan 13 siklus rotasi satu dan satu siklus rotasi dua sebagai
pemantapan dokter layanan primer serta sebelum wisuda dokter.

Biaya Pelaksanaan Exit Exam

Biaya pelaksanaan ujian exit exam menurut Permendikbud tersebut juga terintegrasi dengan
biaya pendidikan kedokteran, yakni diambil dari uang kuliah yang dibebankan pada
mahasiswa. Hal ini tercantum dalam pasal 9.
“biaya penyelenggaraan uji kompetensi terintegrasi pada biaya pendidikan profesi dokter
atau dokter gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Sayangnya, hal ini tidak dapat diterapkan di Universitas Andalas. Sistem Uang Kuliah
Tunggal (UKT) yang diterapkan pada angkatan 2013 ternyata meleset dari rencana semula.
UKT yang telah ditetapkan oleh DIKTI yakni sebesar 11 juta rupiah persemester untuk
wilayah 1, dari total biaya yang seharusnya dibayarkan mahasiswa sebesar 30 juta rupiah
persemester. Sisanya, yakni 19 juta perorang persemester rencananya akan ditanggung oleh
DIKTI dari dana Badan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Namun ternyata,
realisasinya Universitas Andalas hanya mendapat 150 juta rupiah pertahun dari BOPTN,
yang tentu saja sangat jauh dari nominal yang seharusnya. Selain itu, upaya banding UKT
yang dinilai tidak tepat sasaran dan terlalu rendah memperparah kondisi yang ada di FK
Unand. Hal inilah yang membuat keuangan Unand cukup bermasalah sejak 2 tahun lalu,
yang akhirnya berimbas pada kegiatan perkuliahan dalam pengadaan alat-alat skill’s lab dan

Badan Eksekutif Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas



@kastratfkunand


Jl. PerintisKemerdekaan
Padang 25127
Sumatera Barat, Indonesia

www.bemfkunand.com
dana kegiatan kemahasiswaan yang diturunkan. Oleh karena itu, pembiayaan exit exam juga
akan dipungut dari mahasiswa sebesar tiga juta lima ratus ribu rupiah setiap peserta, di luar
dari biaya program pendidikan dokter.
Peserta Exit Exam
Lebih jauh, dalam upaya memperbaiki sistem pendidikan, DIKTI juga memperketat peserta
yang dapat mengikuti ujian exit exam, yakni dengan diberlakukannya sistem kuota setiap
lokal universitas negeri yang memiliki fakultas kedokteran. Banyaknya kuota ditentukan oleh
akreditasi Universitas, jumlah lulusan yang telah lulus UKDI setahun sebelumnya dan rasio
antara staf pengajar dan mahasiswa. Universitas Andalas mendapat kuota 50 orang untuk
ujian CBT dalam sekali putaran. Namun bulan Agustus ini, Universitas Andalas tidak dapat
melaksanaan ujian CBT karena hanya 17 orang yang terdaftar dalam Pangkalan Data
Perguruan Tinggi (PDPT), sehingga tidak memenuhi kuota yang diharuskan dan harus
mengikuti CBT di universitas lain. Sedangkan ujian OSCE dapat dilakukan oleh universitas
masing-masing.
PDPT adalah pusat data mahasiswa yang dapat mengikuti exit exam yang dimasukkan oleh
universitas yang bersangkutan. Apabila tidak terdaftar dalam PDPT maka mahasiswa tersebut
tidak dapat mengikuti exit exam.
Terkait dengan exit exam, pada tanggal 11 Agustus 2014 lalu, Bapak Dr. dr. Masrul, Sp. GK,
dalam pidato singkat saat upacara pembukaan semester baru di Kampus FK Unand Jati
mengatakan bahwa mahasiswa akan di Drop Out (DO) bila pada tahun ketujuh belum juga
menyelesaikan pendidikannya dan belum lulus exit exam. Hal ini membuat mahasiswa
bertanya-tanya, dalam kesempatan wawancara antara Bapak Dekan dengan perwakilan
kastrat dan kesma BEM KM FK UNAND didapatkan kejelasan bahwa waktu kegiatan
pembelajaran yang dapat ditolerir adalah dua kali dari waktu tempuh pendidikan normal.
Bagi mahasiswa preklinik yang waktu normalnya adalah 3,5 tahun, maka mendapat waktu 7
tahun untuk menyelesaikan pendidikan preklinik, bila tidak dapat menyelesaikan studinya
dalam jangka waktu tersebut maka akan di DO. Bagi program klinik yang normalnya 1,5
tahun, diberi waktu 3 tahun termasuk pelaksanaan exit exam. Bila tidak dapat memenuhinya,
maka akan di DO. Mahasiswa diberi kesempatan mengikuti ujian exit exam sebanyak empat

Badan Eksekutif Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas



@kastratfkunand


Jl. PerintisKemerdekaan
Padang 25127
Sumatera Barat, Indonesia

www.bemfkunand.com
kali, yakni pelaksanaan pertama kali dan mengulang tiga kali. Bila pada ujian pertama kali
mahasiswa tidak lulus, maka akan mendapatkan program bimbingan dari di dalam kelas
termasuk pelatihan skill oleh dosen pengajar FK Unand. Selama masa bimbingan, mahasiswa
masih harus membayar biaya pendidikan, karena masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Penutup
Nelson Mandela pernah berkata, “Education is the most powerful weapon which you can use
to change the world.” Dalam perjalanan panjang dunia pendidikan kedokteran di Indonesia
pasti akan selalu ada perubahan-perubahan yang tidak akan mudah dilaksanakan dan menuai
masalah disana-sini. Tapi itulah proses yang harus kita lewati, itulah proses yang harus kita
amati, itulah proses yang harus kita kritisi, demi masa depan yang lebih baik. Untuk Andalas
dan Indonesia!


Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close