Fighting Fraud & Preventing Fraud

Published on January 2017 | Categories: Documents | Downloads: 45 | Comments: 0 | Views: 258
of 19
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

MEMERANGI KECURANGAN (FIGHTING FRAUD) PENCEGAHAN KECURANGAN (PREVENTING FRAUD)

Oleh:

Mila Susanti Dewi Nur Zanirah Olivia Vanandi Azza

115020300111096 115020300111101 115020307111074

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI Maret 2014

MEMERANGI KECURANGAN (FIGHTING FRAUD) Pencegahan Kecurangan Pencegahan kecurangan adalah cara paling efektif biaya untuk mengurangi kerugian dari kecurangan. Ketika kecurangan telah dilakukan, maka tidak ada pemenang. Pelaku kalah – mereka akan mengalami konsekuensi legal dan hinaan. Mereka harus melakukan pembayaran ganti rugi dan pajak, dan mereka menghadapi pinalti keuangan dan konsekuensi lainnya. Korban kalah – asetnya dicuri dan mereka sekarang harus membayar fee legal, kehilangan waktu, publisitas negatif, dan konsekuensi berlawanan lainnya. Organisasi dan individual yang memasang tindakan pencegahan kecurangan proaktif menemukan bahwa tindakan tersebut menghasilkan deviden besar. Karena investigasi kecurangan mungkin sangat mahal, maka pencegahan adalah hal penting. Seperti dicatat dalam bab 2, orang-orang melakukan kecurangan karena tiga faktor : (1) tekanan yang dirasakan, (2) kesempatan yang dirasakan dan (3) beberapa cara untuk merasionalkan kecurangan sebagai sesuatu yang dapat diterima. Kami kemudian menyampaikan skala yang menunjukkan bahwa faktor-faktor ini berbeda dalam intensitasnya dari contoh ke contoh. Ketika tekanan dan kesempatan yang dirasakan adalah tinggi, maka orang tersebut membutuhkan sedikit rasionalisasi untuk melakukan kecurangan. Ketika tekanan dan kesempatan yang dirasakan adalah rendah, seseorang membutuhkan lebih banyak rasionalisasi. Sayangnya, kadang-kadang tekanan dan/atau kemampuan rasionalisasi sangat tinggi sehingga tidak masalah seberapa keras perusahaan mencegah kecurangan, pencurian masih terjadi. Sesungguhnya kecurangan seringkali tidak mungkin untuk dicegah, khususnya secara efektif biaya. Yang dapat diharapkan perusahaan adalah meminimkan biaya kecurangan. Organisasi tertentu mempunyai level kecurangan pegawai secara signifikan lebih tinggi dan lebih rentan terhadap pelaporan keuangan curang. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa hampir seluruh organisasi mempunyai satu tipe kecurangan ataupun tipe lainnya. Hanya organisasi yang secara hati-hati mengkaji resiko kecurangan dan melakukan langkah-langkah proaktif untuk menciptakan bentuk lingkungan yang benar akan mampu mencegah kecurangan. Pencegahan kecurangan meliputi dua aktivitas fundamental: (1) menciptakan dan mempertahankan budaya kejujuran dan integritas, dan (2) menilai resiko kecurangan dan mengembangkan respon kongkrit untuk meminimkan resiko dan mengeliminasi kesempatan.

Menciptakan Budaya Kejujuran Dan Integritas Terdapat beberapa cara untuk menciptakan sebuah budaya : (1) menegaskan bahwa manajemen puncak menjadi model perilaku yang tepat.(2) Mengangkat bentuk pegawai yang benar. (3) mengkomunikasikan pengharapan di seluruh organisasi dan meminta konfirmasi tertulis periodik tentang penerimaan pengharapan tersebut. (4) Menciptakan lingkungan kerja positif. Dan (5) mengembangkan dan mempertahankan kebijakan-kebijakan efektif untuk menghukum pelaku ketika terjadi kecurangan. Penelitian dalam pengembangan moral secara kuat menunjukkan bahwa kejujuran diperkuat ketika contoh yang benar diberikan – kadang-kadang disebut sebagai „nana di puncak‟. Manajemen tidak dapat bertindak dalam satu cara dan mengharapkan lainnya dalam organisasi untuk berperilaku secara berbeda. manajemen harus memperkuat aksinya di mana perilaku tidak jujur, dipertanyakan atau tidak etis tidak akan ditoleransi. Elemen kedua adalah mengangkat pegawai yang benar. Orang-orang tidak sama-sama jujur atau mereka tidak menggunakan kode etik pribadi yang sama-sama berkembang dengan baik. Sesungguhnya, penelitian menunjukkan bahwa banyak orang-orang, ketika dihadapkan dengan tekanan dan kesempatan signifikan, akan berperilaku secara tidak jujur daripada menghadapi konsekuensi negatif dari perilaku jujur (contohnya kehilangan reputasi atau penghargaan diri, kegagalan untuk memenuhi kuota atau pengharapan, exposure kinerja yang tidak memadai, ketidakmampuan untuk membayar hutang dan sebagainya). Jika sebuah organisasi berhasil dalam mencegah kecurangan, seharusnya mempunyai kebijakan-kebijakan pengangkatan efektif yang membedakan antara individual sangat etis dan tidak terlalu etis, khususnya ketika mereka direkrut untuk posisi resiko tinggi. Prosedur pengangkatan proaktif meliputi sesuatu seperti melakukan investigasi latar belakang tentang pegawai prospektif, melalui pemeriksaan referensi dan mempelajari bagaimana untuk menginterpretasikan respon untuk menyelidiki tentang kandidat, dan menguji atribut kejujuran dan lainnya. Elemen penting ketiga – mengkomunikasikan pengharapan – meliputi (1) mengidentifikasi nilai dan etika yang tepat, (2) pelatihan kesadaran kecurangan yang membantu pegawai memahami problem potensial yang mereka hadapi dan bagaimana memecahkan atau melaporkannya, dan (3) mengkomunikasikan hukuman konsisten kepada pelanggar. Agar kode perilaku efektif, mereka harus ditulis dan dikomunikasikan kepada pegawai, vendor, dan konsumen. Mereka juga harus dikembangkan berdasarkan kebutuhan pegawai dan manajemen mereka sendiri. Meminta pegawai untuk mengkonfirmasi dalam tulisan bahwa mereka memahami pengharapan organisasi akan menciptakan budaya

kejujuran. Sesungguhnya, banyak organisasi menemukan bahwa konfirmasi tertulis tahunan sangat efektif dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan sebelum mereka menjadi besar. Hukuman terhadap kecurangan harus dikomunikasikan secara jelas oleh manajemen puncak ke seluruh organisasi. Contoh, pernyataan kuat dari tindakan tidak jujur tidak akan ditoleransi dan pelanggar akan dipecat dan dituntut berdasarkan hukum yang berlaku akan membantu mencegah kecurangan. Elemen keempat dalam menciptakan budaya yang mengendalikan kejujuran melibatkan mengembangkan lingkungan kerja yang positif. Penelitian menunjukkan bahwa kecurangan terjadi tidak terlalu sering ketika pegawai mempunyai rasa memiliki organisasi dibandingkan ketika mereka melakukan disalahgunakan, diancam, atau diabaikan. Faktorfaktor yang berhubungan dengan level kecurangan tinggi karena kurangnya lingkungan kerja positif adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Manajemen puncak tidak peduli atau perhatian terhadap perilaku yang tepat umpan balik negatif dan kurangnya pengakuan terhadap kinerja kerja ketidakadilan yang dirasakan dalam organisasi manajemen otokratis bukannya partisipatif loyalitas organisasional rendah pengharapan anggaran tidak masuk akal bayaran sangat rendah kesempatan pelatihan dan promosi buruk absenteeism atau turnover tinggi

10. kurangnya tanggung jawab organisasional yang jelas 11. Praktek komunikasi buruk di dalam organisasi. Elemen penting terakhir adalah kebijakan-kebijakan organisasi untuk menangani kecurangan ketika terjadi. Tidak masalah seberapa baik mengembangkan budaya kejujuran dan integritas dalam organisasi, masih memungkinkan terjadi beberapa kecurangan. Bagaimanakah organisasi bereaksi terhadap kecurangan mengirim sinyal kuat yang mempengaruhi tingkat kecurangan terjadi di masa yang akan datang. Sebuah kebijakan efektif untuk menangani kecurangan memastikan bahwa fakta diselidiki secara mendalam, perusahaan dan tindakan

konsisten diberikan kepada pelaku, resiko dan kontrol dinilai dan diperbaiki, dan komunikasi dan pelatihan dilakukan secara berkesinambungan.

Menilai Dan Mengurangi Resiko Kecurangan Tidak ada kecurangan yang dilakukan oleh manajemen puncak demi kepentingan organisasi atau kecurangan yang dilakukan terhadap organisasi akan terjadi tanpa adanya kesempatan, sebagaimana ditunjukkan oleh bab 2. Organisasi dapat mengeliminasi kesempatan dengan (1) secara akurat mengidentifikasi sumber-sumber dan mengukur resiko (2) mengimplementasikan kontrol Detektif dan prefentif yang tepat, (3) menciptakan penyebaran pemantauan oleh pegawai, dan (4) memasang pemeriksaan independen, termasuk fungsi-fungsi audit efektif. Mengidentifikasi sumber-sumber dan mengukur resiko berarti bahwa organisasi membutuhkan sebuah proses di mana mendefinisikan area dengan resiko terbesar dan mengevaluasi dan menguji kontrol yang meminimkan resiko tersebut. Dalam

mengidentifikasi resiko, organisasi harus mempertimbangkan karakteristik organisasional, industri dan negara spesifik yang mendorong dan menghalangi kecurangan. Resiko yang melekat dalam lingkungan organisasi dapat dialamatkan dengan sistem kontrol yang tepat. Ketika resiko telah dinilai, maka organisasi dapat mengidentifikasi proses, kontrol dan prosedur lainnya yang dapat meminimkan resiko. Sistem internal yang tepat meliputi lingkungan kontrol yang berkembang dengan baik, sistem akuntansi yang efektif dan prosedur kontrol yang tepat. Penelitian telah menunjukkan bahwa pegawai dan manajer – bukan auditor – mendeteksi sebagian besar kecurangan. Oleh karena itu, pegawai dan manajer harus diajarkan bagaimana untuk mengawasi dan mengenali kecurangan. Untuk melibatkan pegawai dalam seluruh proses pemantauan penting, sediakan protocol untuk komunikasi. Protocol tersebut menjelaskan detail siapa pegawai yang harus melaporkan kecurigaan kecurangan dan apakah bentuk komunikasi yang harus dilakukan. Protocol tersebut harus rahasia dan menekankan bahwa retribusi tidak akan ditoleransi. Organisasi yang serius terhadap Pencegahan kecurangan harus mempermudah pegawai dan manajer untuk maju dan harus mengganjar (tidak menghukum) untuk melakukan itu.

Pendeteksian Kecurangan Ketika kecurangan dilakukan oleh pemilik organisasi kecil, yang melakukan akuntansi sendiri, seperti pada kasus ini, maka kecurangan tidak dapat dicegah. Jika pemilik melakukan kecurangan, tidak ada orang lain yang dapat menghentikannya. Tetapi, penekanan dalam situasi ini pada pendeteksian kecurangan. Karena sebagian besar kecurangan naik secara dramatis seiring waktu, sangat penting bahwa kecurangan, ketika terjadi, dideteksi lebih awal. Pendeteksian melibatkan langkahlangkah dan aksi yang digunakan untuk mengungkap kecurangan. Ini tidak memasukkan investigasi yang dilakukan untuk menentukan motif, seberapa besar, metode penggelapan, atau elemen-elemen pencurian lainnya. Seperti yang akan anda temukan dalam bab selanjutnya, kecurangan berbeda dengan kejahatan lain di mana kejadian kejahatan dapat dikenali secara mudah. Karena kecurangan jarang jelas, satu tugas yang paling sulit adalah menentukan apakah ini benar-benar terjadi. Pendeteksian biasanya dimulai ketika pegawai, manajer atau korban melihat „bendera merah‟, symptom seperti gangguan dalam trend angka, atau aset hilang yang menunjukkan sesuatu mencurigakan. Sayangnya, bendera merah tidak selalu berarti kecurangan telah terjadi. Terdapat dua cara utama untuk mendeteksi kecurangan : (1) menurut kesempatan dan (2) secara proaktif mencari dan mendorong pengenalian symptom awal. Di masa lalu,

sebagian besar kecurangan dideteksi karena kecelakaan. Sayangnya, pada saat pendeteksian kecurangan terjadi, kecurangan sudah terjadi ketika um kerugian cukup besar. Dalam sebagian besar kasus, individual dalam organisasi korban kecurangan curiga bahwa kecurangan terjadi tetapi tidak sampai diangkat karena mereka tidak yakin, tidak ingin secara salah menuduh seseorang, tidak tahu bagaimana melaporkan kecurangan, dan ketakutan dijuluki whistleblower (pengadu). Baru-baru ini, organisasi telah mengimplementasikan sejumlah inisiatif untuk lebih baik dalam mendeteksi kecurangan. Barangkali inisiatif pendeteksian paling umum adalah mengetahui hotline di mana pegawai, rekan kerja, dan orang lain dapat menelepon secara anonim. Beberapa hotline dipertahankan di dalam perusahaan, dan lainnya outsoured kepada organisasi independen. (Asosiasi pemeriksa kecurangan bersertifikat misalnya, memberikan pelayanan hotline berbasis fee). Organisasi yang memasang hotline sekarang mendeteksi banyak kecurangan yang sebelumnya tidak terdeteksi, tetapi juga membayar harga dalam melakukan itu. Tidak mengejutkan, banyak panggilan tidak melibatkan kecurangan. Beberapa

adalah olok-olok, beberapa dimotivasi oleh dendam, marah, atau keinginan untuk membahayakan organisasi atau individual; dan beberapa bendera merah masuk akal yang disebabkan oleh faktor-faktor selain kecurangan. Kecuali untuk hotline, organisasi baru-baru ini telah melakukan usaha pendeteksian proaktif serius. Kemajuan dalam teknologi sekarang memungkinkan organisasi menganalisis dan menggali database untuk mencari bendera merah. Bank misalnya, menggunakan software yang mengidentifikasi kecurigaan kiting. Program ini mengarahkan perhatian bank terhadap konsumen yang mempunyai volume transaksi tinggi dalam periode waktu pendek. Perusahaan asuransi menggunakan program ini untuk mengkaji klaim di dalam periode singkat setelah pembelian asuransi. Beberapa program secara sistematis mengidentifikasi bentuk kecurangan yang mungkin terjadi dengan mengkatalogkan bermacam-macam symptom yang dihasilkan kecurangan, dan kemudian membangun query real time ke dalam sistem komputer untuk mencari symptom ini. Penelitian pendeteksian kecurangan, sebagian besar teknik pencarian dengan menggunakan komputer, sekarang dilakukan oleh akademisi dan penyelidik lain. Seseorang yang benar-benar serius tertarik dalam memahami dan melawan kecurangan harus mengikuti penelitian ini.

Investigasi Kecurangan Setidaknya ada tiga alasan mengapa auditor harus menentukan apakah klien overstate revenue. Pertama, pemegang saham perusahaan akan menghadapi kerugian signifikan. Kedua kegagalan auditor untuk mengungkap overstatement dapat mengarahkan mereka kepada aksi legal (dan konsekuensi menghasilkan kerugian). Terakhir, dan barangkali yang terpenting, sebuah overstatement terhadap revenue mengekspos integritas manajemen kepada keraguan serius bahwa perusahaan menjadi „tidak dapat diaudit‟. Kedua situasi tersebut menciptakan „predikasi kecurangan‟. Predikasi merujuk pada lingkungan yang, bila digunakan secara keseluruhan, akan menghasilkan profesional hatihati, profesional, percaya sebuah kecurangan sudah terjadi, sedang terjadi atau akan terjadi. Investigasi kecurangan harus tidak dilakukan tanpa predikasi. Sebuah dugaan kecurangan terhadap pihak lain tidak perlu, tetapi harus ada dasar yang memadai memperhatikan bahwa kecurangan sedang terjadi. Ketika predikasi muncul, dalam kasus ini, investigasi biasanya dilakukan untuk menentukan apakah kecurangan terjadi ataukah tidak, sebagaimana halnya siapa, mengapa, bagaimana, kapan dan di mana elemen-elemen kecurangan terjadi. Tujuan

dari investigasi adalah menemukan kebenaran – menentukan apakah symptom benar-benar menampilkan kecurangan atau apakah mereka menampilkan kesalahan tidak disengaja atau faktor-faktor lain. Investigasi kecurangan adalah sebuah masalah yang kompleks dan sangat sensitif. Jika investigasi awal dilakukan, reputasi individual tidak bersalah bisa tercoreng, pihak-pihak yang salah tidak terdeteksi dan bebas mengulangi aksinya, dan entitas yang dilanggar mungkin tidak mempunyai informasi untuk digunakan dalam mencegah dan mendeteksi insiden serupa atau memulihkan kerugian.

Pendekatan Terhadap Investigasi Kecurangan Investigasi harus dengan persetujuan manajemen. Karena mereka mungkin agak mahal, investigasi harus dilakukan hanya ketika tidak alasan untuk percaya bahwa kecurangan sudah terjadi (ketika predikasi muncul). Pendekatan investigasi berbeda-beda, walaupun sebagian besar penyelidik menggunakan wawancara. Investigasi kecurangan dapat diklasifikasikan menurut tipe bukti yang dihasilkan atau elemen-elemen kecurangan. Empat tipe bukti yang dikumpulkan dalam investigasi kecurangan adalah sebagai berikut: 1. Bukti Testimonial, di mana dikumpulkan dari individual. Teknik investigasi khusus yang digunakan untuk mengumpulkan bukti testimoni adalah wawancara, interogasi, dan pengujian kejujuran. 2. Bukti dokumenter, di mana dikumpulkan dari paper, komputer, dan sumber tertulis atau tercetak lainnya. Beberapa ekonomi yang paling umum untuk mengumpulkan bukti ii meliputi pengkajian dokumen, pencarian catatan publik, audit, pencarian komputer, perhitungan kekayaan bersih, dan analisis pernyataan keuangan. 3. Bukti fisik meliputi sidik jari, bekas ban, senjata, kekayaan yang dicuri, identifikasi angka atau tanda dari obyek yang dicuri, dan bukti nampak lain yang dapat dihubungkan dengan aksi. Pengumpulan bukti fisik seringkali melibatkan analisis forensik oleh ahli. 4. Observasi pribadi melibatkan bukti yang dikumpulkan oleh penyelidik itu sendiri, termasuk invigilasi, pengawasan, operasi terbuka, dan lain-lain.

Banyak profesional lain merujuk kepada mengklasifikasikan pendekatan penyelidikan yang tepat didasarkan pada tiga elemen kecurangan, sebagaimana ditunjukkan oleh segitiga pada halaman selanjutnya. Investigasi pencurian melibatkan usaha untuk menangkap pelaku dalam aksinya dan usaha pengumpulan informasi. Investigasi penyembunyian berfokus kepada pencatatan, dokumen, program komputer dan server, dan tempat lain di mana pelaku mungkin mencoba menyembunyikan kekurangannya. Investigasi konversi melibatkan pencarian cara di mana pelaku telah membelanjakan aset yang dicuri. Sebuah teknik investigasi keempat melibatkan teknik investigative, metode penyelidikan, memperhatikan seluruh pendekatan ketika diaplikasikan pada seluruh elemen-elemen ini. demikian, pendekatan untuk

mengklasifikasikan teknik penyelidikan disebut dengan segitiga kecurangan plus pendekatan penyelidikan.

Melakukan Investigasi Kecurangan Anda harus mengingat bahwa investigasi kecurangan adalah pengalaman traumatis bagi setiap orang yang terlibat, termasuk pelaku. Seperti disampaikan sebelumnya, sebagian besar pelaku adalah pelaku pertama kali yang mempunyai reputasi bagus di tempat kerja, dalam masyarakat, keluarga dan gereja. Kadang-kadang, mengakui bahwa mereka diselidiki untuk kecurangan atau melakukan kecurangan lebih menakutkan bagi mereka. Perhatikan berita kematian berikut. Mempertahankan etika tinggi dalam melakukan investigasi juga penting. setidaknya, investigasi kecurangan harus dilakukan sebagai berikut: 1. Mereka harus dilakukan hanya untuk „membangun kebenaran terhadap masalah yang dipertanyakan. 2. Individual yang melakukan investigasi harus berpengalaman dan obyektif. Jika individual tersebut tidak bekerja secara hati-hati untuk memilih kata-kata guna menjelaskan insiden atau tidak mempertahankan perspektif netral, obyektivitas mereka segera menjadi kecurigaan di mata manajemen dan pegawai. Investigator harus tidak pernah langsung melompat ke kesimpulan. 3. Beberapa hipotesis investigator tentang apakah seseorang melakukan kecurangan atau tidak harus dilindungi secara tepat ketika membahas kemajuan investigasi d

orang lain. Walaupun investigator bagus seringkali membentuk opini awal atau kesan, mereka harus secara obyektif menilai setiap bagian informasi didasarkan pada fakta yang diketahui dan bukti harus selalu dirahasiakan dalam investigasi. 4. investigator harus memastikan bahwa mereka yang perlu tahu (contohnya manajemen) diberitahukan aktivitas-aktivitas investigasi dan setuju terhadap teknik dan investigasi yang dilakukan. 5. investigator yang baik harus memastikan bahwa seluruh informasi yang dikumpulkan selama penyelidikan diperkuat secara independen dan ditentukan secara faktual benar. Kegagalan untuk memperkuat bukti adalah kesalahan umum dari investigasi tidak berpengalaman. 6. investigasi harus berhati-hati untuk menghindari teknik penyelidikan yang meragukan. Investigator berpengalaman memastikan bahwa teknik yang digunakan secara ilmiah dan legal kuat dan wajar. Kedalaman dan keuletan adalah teknik yang tidak diragukan lagi untuk menghasilkan kesimpulan sukses. 7. investigator harus melaporkan seluruh fakta secara adil dan obyektif. Komunikasi melalui bentuk investigasi, dari tahap awal sampai laporan akhir, harus dikontrol secara hati-hati untuk menghindari opini dan fakta tak jelas. komunikasi, termasuk laporan penyelidikan, harus tidak hanya memasukkan informasi yang diperoleh untuk menunjukkan kesalahan, tetapi juga memasukkan fakta dan informasi yang mungkin membebaskan dari tuduhan. Kelalaian dan kegagalan untuk

mendokumentasikan informasi adalah cacat investigative yang serius, dengan potensial konsekuensi serius. Aksi Legal Satu keputusan utama dari perusahaan, stakeholder dan lainnya harus ditentukan ketika kecurangan sudah diketahui dan apa tindakan selanjutnya yang harus diambil.

mengapa kecurangan terjadi harus selalu ditentukan, dan kontrol atau tindakan lainnya untuk mencegah atau menghalangi kejadian ulang harus diimplementasikan. Pertanyaan yang seringkali menyulitkan dan lebih besar yang harus dialamatkan adalah apakah tindakan legal yang harus dilakukan dengan melihat pada pelakunya. Sebagian besar organisasi dan korban kecurangan lainnya biasanya membuat satu dari tiga pilihan berikut : (1) tidak melakukan tindakan legal, (2) melakukan pemulihan perdata dan/atau (3) melakukan tindakan pidana terhadap pelaku, di mana kadang-kadang dilakukan

untuk mereka oleh agensi-agensi penegak hukum. walaupun kita mengalamatkan hukum perdata dan pidana di bab 1, dan akan berfokus pada aksi legal dalam bab mendatang, tepat menjelaskan secara singkat di sini review pro dan kontra masing-masing dari alternatif tersebut. Aksi Perdata Sebagaimana ditunjukkan oleh bab 1, tujuan dari aksi perdata adalah mengembalikan uang atau aset lainnya dari pelaku dan lainnya yang berhubungan dengan kecurangan. Aksi perdata jarang dalam kasus kecurangan pegawai (karena pelaku biasanya sudah menggunakan uang), tetapi lebih umum ketika kecurangan melibatkan organisasi lain. vendor yang menyuap pegawai perusahaan seringkali menjadi target aksi perdata oleh perusahaan korban, khususnya jika kerugian tinggi. Dengan cara yang sama, stakeholder dan kreditor yang menderita kerugian dari kecurangan manajemen hampir selalu menuntut bukan saja pelaku, tetapi biasanya auditor dan lainnya yang berhubungan dengan perusahaan. pengacara penuntut biasanya lebih dari sekedar mau untuk mewakili pemegang saham dalam class action, tuntutan hukum dengan fee kontingen. Aksi Pidana Aksi pidana hanya dapat dilakukan oleh agensi-agensi perundang-undangan atau penegakan hukum. organisasi yang memutuskan untuk melakukan aksi pidana terhadap pelaku harus bekerja dengan agensi-agensi federal negara bagian atau lokal untuk membuang pegawai mereka atau pelaku lainnya dituntut. Pelaku mungkin diminta untuk masuk e dalam perjanjian restitusi untuk membayar kembali uang yang dicuri untuk periode waktu tertentu. Pinalti pidana yang dilakukan untuk kecurangan menjadi semakin umum. Eksekutif corporate yang melakukan kecurangan seringkali diberi vonis 10 tahun dan diperintahkan untuk membayar denda sama dengan jumlah yang digelapkan. Namun demikian jauh lebih sulit melakukan dakwaan pidana daripada mendapatkan keputusan dalam kasus perdata. Sementara hanya jumlah bukti lebih besar (lebih dari 50%) dibutuhkan untuk memenangkan kasus perdata, dakwaan hanya akan sukses jika terdapat bukti „di luar keraguan yang masuk akal; bahwa pelaku „secara sengaja‟ mencuri uang atau aset lain.

PENCEGAHAN KECURANGAN (PREVENTING FRAUD) Pendahuluan Margaret bekerja di suatu bank, selama hampir 30 tahun Margaret telah menjadi pegawai yang jujur dan terpercaya. Selama 3 tahun sebelum masuk masa pensiun Margaret melakukan penggelapan (fraud) uang perusahaan dengan jumlah lebih dari $600.000. Tindakan penggelapan ini baru diketahui setelah Margaret pensiun. Ketika kasus ini diketahui publik perusahaan atau bank tempat Margaret dulu bekerja menerima dampak dari penggelapan yang dilakukan Margaret. Banyak nasabah bank tersebut pindah ke bank lain dan hilang rasa kepercayaan nasabah ke bank tersebut, kepercayaan pegawai terhadap perusahaan juga mulai menurun, dan akibat kasus ini perusahaan harus diperiksa oleh pihak yang berwajib. Dan untuk Margaret, rumah dan aset yang dimiliki olehnya disita, bahkan dana pensiunan yang dimiliki oleh suaminya yang tidak ikut terlibat disita untuk menutupi kerugian yang disebabkan oleh Margaret. Margaret disidang atas tuduhan penggelapan dan dihukum selama satu tahun. Margaret juga diwajibkan untuk mengganti semua kerugian yang diakibatkan oleh tindakannya. Seluruh keluarga dan teman Margaret kini menjauhi Margaret tidak ada yang mau menolong Margaret. Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada pemenang ketika suatu fraud itu terjadi, baik pelaku dan korban akan sama-sama rugi. Rugi yang diderita oleh pelaku dan korban fraud akan lebih besar daripada uang yang digelapkan. Jadi jelas ketika fraud terjadi maka akan timbul biaya atau kerugian yang lebih besar dibandingkan jumlah uang yang digelapkan. Agar fraud tidak terjadi maka perusahaan harus melakukan pencegahan fraud (preventing fraud). Hampir semua orang dapat melakukan fraud. Orang yang berada pada suatu lingkungan yang memiliki integritas yang jelek, kontrol yang kurang, dan tekanan sangat tinggi, orang cenderung akan melakukan fraud. Untuk dapat mengurangi resiko fraud di lingkungan pekerjaan atau di suatu organisasi atau perusahaan ada beberapa cara yaitu dengan, menciptakan budaya jujur, terbuka dan pendampingan dan menciptakan sistem yang mengeliminasi kesempatan fraud dan menciptakan ekseptasi bahwa perbuatan fraud akan dihukum.

Menciptakan Budaya Jujur, Terbuka, dan Pendampingan Untuk menciptakan budaya jujur, terbuka, dan pendampingan diperlukan 3 faktor pendukung utama:

1. Mempekerjakan orang yang jujur dan memberikan pelatihan kewaspadaan terhadap fraud Untuk menilai seseorang jujur atau tidak memang sangat sulit. Hal yang bisa dilakukan antara lain dengan menyeleksi latar belakang para pelamar. Para pelamar dengan masalah judi, ketergantungan alkohol, ketergantungan narkotika, dan masalah keuangan akan menjadi tolak ukur yang cukup membantu. Sekalipun akhirnya diterima, setidaknya perusahaan telah mempunyai data yang cukup untuk melakukan tindakan antisipatif. Memastikan apa yang ditulis para palamar dalam CV mereka adalah hal mutlak yang harus dilakukan saat perekrutan, mungkin akan menambah waktu dan biaya, namun impliaski jangka panjang jika hal ini tidak dilakukan justru lebih merugikan. Selain itu proses wawancara yang baik juga penting dalam hal menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat, bisa saja karena faktor lingkungan kerja yang tidak pas atau bidang pekerjaan tidak sesuai kompetensi mambuat karyawan tidak betah dan tertekan dan meningkatkan peluang kecurangan. Jika hal ini tidak mampu dilakukan oleh staf perusahaan, maka perusahaan dapat menunjuk konsultan untuk menyeleksi karyawan baru. Bahkan terdapat perusahaan yang memberikan karyawan barunya pelatihan tentang penyalahgunaan dan kecurangan dan membekali merak dengan kartu kecil yang dapat disimpan di saku dengan tujuan jika menemukan ketikberesan atau kecurangan dengan melakukan 4 hal : Berbicara dengan supevisor atau manajemen, menghubungi keamanan perusahaan, menghubungi internal audit, dan Menghubungi call center / hotline number. 2. Menciptakan lingkungan kerja yang positif. Lingkungan kerja yang positif bukan terjadi secara instan, namun membutuhkan proses yang panjang dengan pembentukan budaya organisasi secara turun temurun. Meskipun ada organisasi yang sejak berdirinya mempunyai komitmen yang kuat untuk membentuk budaya organisasi yang baik sehingga tercipta lingkungan kerja yang baik pula. Terdapat 3 elemen penting dalam lingkungan kerja yang positif antara lain:  Menciptakan ekspektasi tentang kejujuran dan mempunyai pengelolaan yang baik (good governance) atas organisasi. Dalam hal ini bisa diterapkan dengan menciptakan aturan etik dalam organisasi dan berlaku baik bagi manajemen tingkat atas hingga bawah.

 

Keterbukaan akses atas kebijakan, melibatkan seluruh pihak dan dengan kolektifitas diharapkan adanya konsensus Mempunyai personel yang baik dan prosedur operasi yang baik Peneltian menunjukkan kombinasi personel yang baik dengan prosedur yang baik akan menentukan tinggi rendahnya tingkat kecurangan. Ketidakpastian keberlangsungan kerja misalnya, akan meningkatkan risiko perbuatan Fraud.

3. Menyediakan program pendampingan karyawan untuk membantu karyawan mengatasi tekanan yang dialaminya. Hal ini dilakukan dengan mengimplementasikan Employee Assitance Programs (EAPs). Dengan implementasi ini diharapkan akan membantu karyawan mengatasi tekanan kerja. Dimana dalam segitiga Fraud disebutkan salah satu faktor yang menyebabkan Fraud adalah adanya tekanan. Di program ini juga diberikan konseling, team building, pemecahan konflik, assesment, bagaimana menaggapi kritik, dan banyak hal lain terkait masalah psikologi pekerja.

Menghilangkan Kesempatan Terjadinya Kecurangan Seperti yang dijelaskan di bab sebelumnya, kecurangan terjadi karena adanya 3 hal dalam “fraud triangle” yaitu kesempatan, tekanan dan rasionalisasi. Jika ketiga hal tersebut dikombinasikan maka kecurangan dapat dengan mudah terjadi. Oleh karena itu, jika salah satu aspek tersebut dihilangkan, maka kecurangan akan bisa berkurang. Pada subbab ini, kita akan membahas mengenai pencegahan kecurangan dengan cara menghilangkan kesempatan terjadinya kecurangan. Ada lima metode untun menghilangkan kesempatan kecurangan yaitu mempunyai pengendalian internal yang baik, mengurangi adanya kolusi dalam organisasi maupun pihak terkait lainnya, memonitoring pegawai dan menyediakan sistem whistle blower, Menciptakan ekspekatsi atas hukuman terhadap tindakan Fraud dan adanya audit yang proaktif.

Pengendalian Intern yang Baik dan Memadai Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugas manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan menjadi semakin berat. Agar tujuan yang telah

ditetapkan top manajemen dapat dicapai, keamanan harta perusahaan terjamin dan kegiatan operasi bisa dijalankan secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan struktur pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah kecurangan. Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan September 1992 memperkenalkan suatu rerangka pengendalian yang lebih luas daripada model pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup menejemen risiko, yaitu pengendalian intern terdiri atas 5 ( lima ) komponen yang saling terkait yaitu : 1. Lingkungan pengendalian ( control environment ) menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup : a. Integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Filosofi dan gaya operasi manajemen e. Struktur organisasi f. Pemberian wewenang dan tanggungjawab g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia 2. Penaksiran risiko ( risk assessment ) adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menenetukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut: a. Perubahan dalam lingkungan operasi b. Personel baru c. Sistem informasi yang baru atau diperbaiki d. Teknologi baru e. Lini produk, produk atau aktivitas baru

f. Operasi luar negeri g. Standar akuntansi baru 3. Standar Pengedalian ( control activities ) adalah kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan degan: a. Penelaahan terhadap kinerja b. Pengolahan informasi c. Pengendalian fisik d. Pemisahan tugas 4. Informasi dan komunikasi ( information and communication ) adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggungjawab mereka. Sistem imformasi mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabiltas bagi aktiva, utang dan ekuitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan. Pemantauan ( monitoring ) adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

Mengurangi adanya Kolusi dalam Organisasi Maupun dengan Pihak yang Terkait Penelitian menunjukkan bahwa 29% kecurangan dilakukan secara kolusi, dan jenis inilah yang paling sulit dideteksi karena ada unsur saling melindungi masing-masing pihak. Kolusi bisa terjadi dengan klien, pemasok maupun pihak lain. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kolusi: 1. Kompleksitas bisnis yang makin meningkat, sehingga semakin membutuhkan spesialisasi

2. Frekuensi pertemuan dengan klien dan pemasok yang sangat sering

Menciptakan Whistle Blowing System Ada beberapa sistem ini tidak efektif antara lain: 1. Tidak dilindunginya rahasia pelapor 2. Kultur organisasi 3. Kebijakan perusahaan 4. Kewaspadaan yang rendah Sistem whistle blowing tetap penting untuk diterapkan, karena 80% Fraud sebenarnya diketemukan oelh karyawan sendiri, namun mereka terkadang ragu melaporkan dengan berbagai alasan. Yang perlu dibangun sendiri adalah sistem wistle blowing yang baik yang ditandai dengan : 1. Dilindunginya privasi pelapor 2. Dapat melaporkan ke lembaga independen di luar perusahaan 3. Akses yang mudah, misalnya call center, sms center, hotline dll 4. Adanya tindak lanjut

Menciptakan ekspektasi atas hukuman terhadap tindakan Fraud Bukan bermaksud menakut-nakuti, namun hal ini perlu dilakukan karena secara sadar maupun tidak secara alamiah manusia akan berfikir lebih ketika akan melakukan sesuatu yang dia mengetahui risikonya

Adanya audit yang proaktif Meskipun dalam penelitian kegiatan audit hanya dapat mendeteksi sedikit kecurangan dibandingkan sistem wistle blowing, namun audit mempunyai beberapa keunggulan antara lain:

1. Audit mempunyai akses yang lebih luas terhadap laporan manejemen, sehingga meskipun secra kuantitas kasus kecurangan yang ditemukan lebih kecil, namun mempunyai nilai nominal yang besar. 2. Audit dilakukan lembaga dan orang independen yang mempunyai kompetensi Beberapa hal terkait audit yang perlu diperhatikan adalah: 1. Mengidentifikasi kemungkinan risiko fraud 2. Mengidentifikasi setiap gejala fraud dari kasus yang ditemukan 3. Mendesain program audit untuk setiap gejala fraud 4. Menginvestigasi setiap fraud yang dapat diidentifikasi

Simpulan dari Pencegahan Fraud Pada bab ini kita telah mengkondisikan bahwa kecurangan dapat dicegah dan dikurangi dengan cara menciptakan kultur yang jujur, terbuka dan pendampingan serta menghilangkan kesempatan kecurangan. Aktivitas kedua cara pencegahan fraud tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

Pendekatan Komprehensif untuk Melawan Kecurangan Selama ini kita hanya membahas mengenai pencegahan fraud saja, namun disini kita mencoba mengkombinasikan pencegahan fraud dengan deteksi, investigasi dan tindak lanjut dari pertimbangan pendekatan yang komprehensif dalam melawan kecurangan.

Model yang biasa digunakan oleh banyak organisasi dalam melawan fraud adalah sebagai berikut. Dalam model ini terdiri dari empat tahap yaitu: 1. Kecurangan terjadi dalam suatu organisasi. Kejadian fraud ini tidak didahului oleh pelatihan awareness yang formal ataupun pengukuran pencegahan lainnya.

2. Tahap kedua yaitu investigasi. Di sini bagian keamanan dan internal auditor biasanya terlibat untuk mengusut kasus kecurangan tersebut. 3. Setelah investigasi telah lengkap dilaksanakan, perusahaan akan memutuskan tindakan yang harus dilakukan terkait dengan tindakan pelaku 4. Tahap keempat ini menyangkut mengenai ditutupnya kasus, mengganti pegawai yang terlibat fraud, berharap adanya implementasi suatu pengendalian yang baru dan selesailah masalahnya. Namun, dengan model yang biasa digunakan tersebut, fraud tidak akan pernah dapat berkurang. Model yang selanjutnya adalah model yang lebih baik pendekatannya untuk memerangi fraud, yaitu.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close