dapat menyebabkan fraktur pada
tengkorak dan trauma jaringan lunak /
otak atau kulit seperti kontusio / memar
otak, edema otak, perdarahan atau
laserasi, dengan derajat bervariasi
tergantung pada luas daerah trauma
Epidemiologi
• semua umur
• Pria : wanita = 3-4 : 1.
• Biasanya karena kecelakaan lalu
lintas.
Epidemiologi
Amerika: kematian paling besar
Etiologi
•
Penyebab cedera kepala :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kecelakaan lalu lintas
Jatuh
Trauma benda tumpul
Kecelakaan kerja
Kecelakaan rumah tangga
Kecelakaan olahraga
Trauma tembak dan pecahan bom
KLASIFIKASI
Mekanisme:
berdasarkan
adanya penetrasi
duramater
• Trauma tumpul:
- kecepatan tinggi: tabrakan mobil
- kecepatan rendah: terjatuh, dipukul
• Trauma tembus: luka tembus peluru dan cedera tembus
lainnya
• Komponen utama pem.neurologis pd
pasien cedera kepala :
– Bukti eksternal trauma laserasi
– Tanda fraktur basis kranii
– Tingkat kesadaran (GCS)
– Pem.neurologis menyeluruh (reflek
pupil)
Tipe trauma kepala
•
Trauma kepala terbuka
•
Trauma kepala tertutup (Komusio
serebri/Gegar otak, Kontusio serebri
/Memar otak, Perdarahan sub dural,
Perdarahan Intraserebral )
TRAUMA TERBUKA
Trauma kepala terbuka
• Trauma kepala ini menyebabkan fraktur
tulang tengkorak dan laserasi duramater.
• Fraktur longitudinal sering menyebabkan
kerusakan pada meatus akustikus interna,
foramen jugularis dan tuba eustachius.
•
Tanda-tanda klinik yang dapat membantu
mendiagnosa adalah :
–
–
–
–
• Kebanyakan sembuh dalam beberapa detik
atau menit.
• Biasanya ada retrograde dan anterograde
amnesia
• CT atau MRI kelihatan normal, tidak ada
perubahan struktural.
• Beratnya concussion dilihat dari durasi
hilang kesadaran dan amnesia.
KONTUSIO
(Memar Otak)
PERDARAHAN
INTRAKRANIAL
• Gejala klinis
– Nyeri kepala
– Mual dan muntah
– Onset bertahap bila dibandingkan
dengan infark iskemik atau pendarahan
– Perubahan tingkat kesadaran TIK ↑
– Tidak ada tanda neurologis lokal
DIAGNOSIS
• CT scan tanpa kontras
KOMPLIKASI
•
•
•
•
Herniasi
Hidrosefalus obstruktif
Kejang
aspirasi
TATA LAKSANA
•
•
•
•
•
•
Intubasi
Antikonvulsi
Diuretik
Kortikosteroid
Elevasi bagian kepala tempat tidur
Hiperventilasi
• Perdarahan yang terjadi di rongga
subarakhnoid
• Akibat pecahnya suatu aneurisma
pembuluh darah serebral atau
malformasi arterio-venosa yang
ruptur
Presentasi klinis
• Nyeri kepala hebat yang tibatiba (bisa disertai mual dan
muntah)
• Nyeri leher atau kaku kuduk
serta punggung
• Tanda iritasi meningeal
(Brudzinski dan Kernig) 624jam setelah onzet serangan
• Elevasi suhu tubuh (sedikit)
Hematoma epidural
SAH dan perdarahan intraventrikel
Kontusio dan perdarahan jar. Otak
Edema serebri
Obliterasi sisterna perimesensefalik
Pergeseran garis tengah
Fraktur kranium, cairan dalan sinus, dan
pneumosefalus
Pemeriksaan penunjang
• Radiografi kranium ada tdknya fraktur.
• CT scan kranial jk tjd penurunan tingkat
kesadaran/fraktur kranium yg disertai
kebingunan, kejang, tanda neurogis fokal.
• Angiografi
• Lumbal pungsi untuk menentukan ada
tidaknya darah pada LCS harus dilakukan
sebelum 6 jam dari saat terjadinya trauma
• EEG
Urutan Tindakan Menurut
Prioritas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
TIK meninggi
• Tjd akibat edema serebri/ hematoma
intrakranial.
• Di atas 20 mmHg sudah harus
diturunkan dgn cara:
– Hiperventilasi
– Terapi diuretik
• Diuretik osmotik (Manitol 20%)
• Loop diuretik (Furosemid)
– Posisi tidur
Bagian kepala ditinggikan 20-30
derajat dgn kepala & dada pd satu
bidang.
Keseimbangan cairan
elektrolit
• NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
• Pd saat awal (hari 1-2), pemasukan
cairan dikurangi u/ mencegah
bertambahnya edema serebri.
• Stlh hari 3-4 dpt dimulai makanan
peroral melalui pipa nasogastrik.
MENILAI JALAN NAPAS
(AIRWAY)
– Bersihkan jalan nafas dari debris,
muntahan, lepaskan gigi palsu,
pertahankan tulang cervical segaris
dengan badan (pasang collar
cervical), pasang guedel bila dapat
ditolerir.
– Jika cedera orofasial mengganggu
jalan nafas, lakukan intubasi
MENILAI PERNAPASAN
(BREATHING)
– Tentukan apakah pasien bernapas
spontan atau tidak
– Pasang oksimeter nadi jika tersedia
untuk menjaga saturasi O2
minimum 95%
– Jika jalan napas tidak terlindung
atau pasien muntah, maka lakukan
intubasi serta diventilasi
MENILAI SIRKULASI
(CIRCULATION)
- Hentikan semua perdarahan
menekan arterinya
- Perhatikan adanya cedera
intraabdomen atau dada
- HR dan BP, EKG bila tersedia
- Pasang jalur IV besar, pemeriksaan
darah perifer & ABG
- Berikan larutan koloid
OBATI KEJANG
- Diazepam 10 mg IV
- Bila tidak berhasil, fenitoin 15
mg/kgBB IV dengan kecepatan tidak
melebihi 50 mg/menit
MENILAI TINGKAT
KEPARAHAN
• Cedera kepala ringan (kelompok risiko
rendah)
- GCS: 15 (Sadar penuh, atentif, orientatif)
- Tidak ada kehilangan kesadaran (mis.
Konkusi)
- Tidak ada intoksikasi alkohol atau narkoba
- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan
pusing
- Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau
hematoma kulit kepala
- Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat
MENILAI TINGKAT
KEPARAHAN
• Cedera kepala sedang (kelompok risiko
sedang)
-
GCS: 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)
Konkusi
Amnesia pasca trauma
Muntah
Tanda kemungkinan fraktur kranium (Battle’s
sign, mata rakun, hemotimpanum, otorea
atau rinorea CSF)
- Kejang
MENILAI TINGKAT
KEPARAHAN
• Cedera kepala berat (kelompok risiko
berat)
- GCS: 3-8 (koma)
- Penurunan derajat kesadaran secara
progresif
- Tanda neurologis fokal
- Cedera kepala penetrasi atau teraba
fraktur depresi kranium
LAMPIRAN 1
ALGORITMA PENATALAKSANAAN TRAUMA KEPALA
Trauma Kepala
Saraf
Faktor Penyulit (-)
CKR (GCS 14-15)
Faktor Penyulit (+)
CKS (9-13)
CKB < 9
Konsultasi Bagian Terkait
Observasi
Defisit Neurologis (-) Defisit Neurologis (+)
Minimal 24 jam
Head CT Scan
BLPL
Intra Cerebral Hematom > 30 cc (+) dan atau
Sub Dural Hematom Luas (+) dan atau
Epidural Hematom (+) dan atau
Fraktur depressed (+) dan atau
Fraktur impressi (+)
Fraktur terbuka (+)
Intra Cerebral Hematom > 30 cc (-) dan
Sub Dural Hematom Luas (-) dan
Epidural Hematom (-) dan
Fraktur depressed (-) dan
Fraktur impressi (-)
Fraktur Terbuka (-)
Bedah Saraf
Saraf
Saraf
Pengawasan dan Penanganan Faktor Penyulit dan Komplikasi
Faktor penyulit : Cedera diluar kepala
56
LAMPIRAN 2
Trauma Kepala
GCS 14-15
Risiko tinggi
Risiko rendah
CT Scan kepala
Pulang dengan edukasi pada caregiver
Cedera Intrakranial
Fraktur Kalvaria
Mondok
Kemungkinan intervensi
Re-evaluasi
Tanpa cedera intrakranial dan fraktur kalvaria
Re-evaluasi
Fraktur Terbuka, basilar atau depressed
Fraktur simple
GCS = 14
Fraktur simple
dan GCS = 15
Konsultasi Bedah saraf
Antibiotik
Mondok
Mondok untuk observasi
Kemungkinan intervensi
Pulang dengan edukasi
pada caregiver
GCS = 14
GCS = 15
Observasi UGD
6-12 jam
Pulang dengan edukasi
pada caregiver
Deteriorasi
GCS <= 13
Membaik
GCS = 15
CT Scan Kepala ulang
Pulang dengan edukasi
pada caregiver
Mondok
Kemungkinan intervensi
57
LAMPIRAN 3
Trauma Kepala
GCS 9-13
Pasien Kooperatif
Pasien tidak kooperatif
CT Scan kepala
RSI with short acting agent
CT (+)
CT (-) dan GCS < 13
Kemungkinan intervensi
Mondok
Mondok
CT (-) dan GCS >= 13
CT Scan Kepala
Observasi 6-12 jam
(+) CT
GCS 13 atau 14
Atau defisit neurologis +
Mondok
GCS meningkat menjadi 15
Dan tanpa defisit neurologis
Pulang dengan edukasi
pada caregiver
GCS meningkat menjadi 15
Dan tanpa defisit neurologis
Memburuk
CT Scan ulang segera
(+) CT
(-) CT
Kemungkinan operatif
Intervensi
Mondok ICU
(-) CT
Pulang dengan edukasi
pada caregiver
Kemungkinan operasi Observasi di UGD
Intervensi
6-12 jam
Mondok
GCS tak berubah
GCS meningkat
ICU dg ulang CT scan
Ekstubasi segera
dgn observasi 24 jam
58
LAMPIRAN 4
Trauma Kepala
GCS < 9
Proteksi Jalan nafas
Stabilisasi vertebra cervical
Tanda herniasi (+)
Pencegahan kemungkinan peningkatan TIK
Tanpa tanda herniasi
Manitol
Tinggikan kepala
Hiperventilasi
Pemeriksaan lengkap I
Evaluasi dan pemeriksaan I
1. Pertahankan P02 > 60 mmHG, SBP > 120 mmHG, HCT > 30
Reevaluasi dan pemeriksaan II
CT Scan Kepala
Reevaluasi dan pemeriksaan II
(+)
Epidural
Subdural
SAH
Kontusio
Edema serebri berat yang disertai kenaikan TIK
Kemungkinan operatif
Intervensi
• Infeksi
Risiko tinggi infeksi: fraktur tulang terbuka,
luka luar, fraktur basis cranii.
Profilaksis: ampisilin 3 x1 gram/ hari IV slm
10 hari.
Bila curiga meningitis: ampisilin 4 x 3 gram IV
+ kloramfenikol 4 x 1 gram IV selama 10 hari.
TRAUMA ABDOMEN
Definisi & Etiologi
TIPE CEDERA
• Berdasarkan organ yang terkena dapat
dibagi dua:
– Pada organ padat gejala utama
perdarahan, seperti:
• Hepar
• Limpa
– Pada organ berongga gejala utama
peritonitis, seperti:
• Usus
• Saluran empedu
TRAUMA TEMBUS
ABDOMEN
GEJALA KLINIS
– Hipotensi berat atau peritonitis + takikardia.
– Takipnea atau stabilitas hemodinamik dengan
nyeri tekan pada abdomen minimal sampai
tidak ada.
– henti jantung.
• Usus merupakan organ yang paling sering
terkena pada luka tembus abdomen
DIAGNOSIS
• anamnesis dan pemeriksaan fisik,
• luas cedera
– CT scan
– Ultrasonografi abdomen
– Lavase peritoneal diagnostik
• Eksplorasi operatif adalah standar emas
untuk mendiagnosis cedera
intraperitoneal.
KOMPLIKASI KLINIS
• infeksi atau abses
• sindrom kompartemen abdomen
• perdarahan intra-abdomen atau
retroperitoneal
• edema viseral.
TATA LAKSANA
• Indikasi untuk tata laksana operatif meliputi:
– Kegagalan memperbaiki keadaan secara klinis
setelah resusitasi cairan.
– Ada tanda rangsang peritoneal yang menunjukkan
laserasi hati/limpa.
– Terlihat cairan peritoneal bebas pada CT scan /
ultrasonografi.
• Pasien yang stabil perlu dipantau secara ketat
perubahan tanda vital, tanda rangsang peritoneal dan
pemeriksaan abdomen serial.
• Semua pasien cedera tembus abdomen harus
menerima antibiotik dan profilaksis tetanus.
Whitehouse and Weigelt Scandinavian Journal of Trauma,
Resuscitation and Emergency Medicine 2009 17:13
doi:10.1186/1757-7241-17-13
TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN
TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN
• Mekanisme terjadinya :
– Deselerasi cepat
– Adanya organ-organ yang tidak
mempunyai kelenturan seperti:
•
•
•
•
Hati
Limpa
Pankreas
Ginjal
Manifestasi Klinis
• Adanya darah/cairan usus -> nyeri tekan,
nyeri ketok dan nyeri lepas
• Adanya darah dapat ditentukan dgn → shifting
dullness
• Adanya udara bebas dpt diketahui dgn →
hilang atau beranjaknya pekak hati
• Bising usus biasanya melemah atau
menghilang
• Rangsangan peritoneum dpt pula berupa nyeri
alih di daerah bahu terutama sebelah kiri
PATOFISIOLOGI
• Cedera intra-abdomen biasanya
disebabkan oleh kekuatan kompresif
atau deselerasi.
• Limpa merupakan organ yang paling
sering terkena cedera, diikuti hati
dan usus kecil dan besar.
DIAGNOSIS
•
•
•
•
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Ultrasonograf
CT dengan kontras oral dan intravena
Lavase peritoneal diagnostik
DIAGNOSIS
• Tanda-tanda adanya trauma tumpul:
– Nyeri tekan abdomen
– Abrasi
– Ekimosis
– Jejas setir atau sabuk pengaman
Inspeksi
• Tanda eksternal dari cidera → Note patterns of
abrasion and/or ecchymotic areas.
• Pola luka untuk (lap belt abrasions, steering
wheel–shaped contusions).
• Pola pernafasan karena pernafasan abdomen ->
spinal cord injury → Note abdominal distention
and any discoloration.
• Bradycardia -> darah bebas di intraperitoneal
• Cullen sign (periumbilical ecchymosis) ->
perdarahan retroperitoneal/intraabdominal
• Flank bruising dan pembengkakan -> cedera
retroperitoneal
Palpasi
• Meperhatikan respon dari pasien,
adanya masa abnormal , tenderness,
dan deformitas
• Fullness and doughy consistency ->
perdarahan intraabdominal.
• Krepitasi / instabilitas kubah thorak
bagian bawah cedera limpa dan
hati akibat cedera tulang rusuk
bawah
• Instabilitas pelviccedera sal kemih
bagian bawah serta hematoma pelvic
dan retroperitoneal.
• Lakukan pemeriksaan rectal and
bimanual vaginal pelvic untuk
mengidentifikasi kemungkinan
cedera dan perdarahan
• Tanda peritonitis (eg, involuntary
guarding, rigidity) akibat kebocoran
isi usus.
Auskultasi
Perkusi
• Abdominal bruit
mungkin ->
penyakit
vascular/traumatic
arteriovenous
fistula
Pem.radiogis : foto polos abdomen 3 posisi
IVP atau sistogram
ultrasonography (FAST)
CT scan
Lavase peritoneal diagnostik
Penatalaksanaan
ABC
Segera pasang pipa lambung → selain utk
diagnostik, u/ mencegah terjadinya aspirasi bila
terjd muntah
Kateter → u/ mengosongkan kandung kemih dan
menilai urin
Tindakan laparotomi → u/ mengetahui organ yg
mengalami kerusakan
Bila terdapat perdarahan → penghentian
perdarahan
Pd organ berongga, penanganan kerusakan berkisar
dr penutupan sederhana sampai reseksi sebagian
Whitehouse and Weigelt Scandinavian Journal of Trauma,
Resuscitation and Emergency Medicine 2009 17:13
KOMPLIKASI KLINIS
•
•
•
•
Perdarahan terus-menerus
Infeksi
Gagal organ
Kematian
Trauma Organ Spesifik
Trauma Diafragma
• Terjadi sekunder dari trauma
tumpul atau tembus.
• Ruptur terjadi pada sisi sebelah
kiri.
• Pemeriksaan : CT scan dan
laparoskopi.
• Keterlambatan dalam menentukan
diagnosis dapat menigkatkan
morbiditas dan mortalitas.
Trauma Pankreas
• Jarang, sering terlihat setelah
terjadi trauma tumpul.
• Pasien merasa nyeri pada
epigastric atau punggung.
• Serum enzim pancrease tidak
spesifik.
• Pemeriksaan : CT scan.
Trauma Kandung Kemih
• Terjadi pada pasien yang
mengalami fraktur pelvis.
• Hematuria.
• Pemeriksaan : retrograde
cystogram dan CT scan.
Trauma Panggul
• Bersamaan dengan trauma pada
ginjal.
• Pemeriksaan : CT scan
• Retroperitoneal hematoma
mungkin bisa false positif pada
DPL or USG.
TRAUMA GINJAL
– Trauma ginjal: tersering pada tr.
Urinarius
– 80% trauma penetran ginjal (+)
trauma intra-abd lain
– Trauma tumpul minor (85%) & mayor
– Minor: contusio, di th/ konservatif
– Mayor: laserasi korteks dalam dg extravasasi,
hematoma perinefrik besar, trauma thd
vaskularisasi
DERAJAT (AAST)
•
•
•
•
•
•
MANIFESTASI KLINIS &
PEMERIKSAAN
Riwayat + nyeri
+ jejas / luka pada area
kostovertebra
Palpasi nyeri tekan & ketegangan otot
Massa jarang teraba
– Jika teraba massa retroperitoneal ok
hematoma atau urinoma
Tanda iritasi peritoneum
Sering disertai: fraktur iga terbawah
Hematuria mikro / makroskopik
– Trauma tajam dg semua hematuria perlu
pencitraan
– Jika (-) hematuria kemungkinan cedera berat
tetap ada
DIAGNOSIS
– IVP: pilihan pertama. lain²: CT scan,
arteriografi
– Gambaran: eksresi kontras ↓, garis psoas /
kontur ginjal < jelas, skoliosis menjauhi sisi
terkena, (-) ada ekskresi (cth: avulsi/oklusi
p.d, cedera pedikel), ada bag. Ginjal (-)
terlihat (cth: laserasi dalam, avulsi)
– IVP N dapat ok trauma ringan
– Ginjal kontralateral perlu dinilai u/
pertimbangan nefrektomi
N observasi
Abn explorasi
(-) informatif
• (+) trauma lain:
explor
• (-) trauma lain: obs
(-)
stabil
Laparotom
i Explorasi
Hematoma
retroperitonea
l:
Luas explor
(-) luas obs
TRAUMA HATI
Sering baik ok trauma tumpul atau penetran
Hemostasis spontan sering (50% pada laserasi kecil
saat dilaparotomi)
Banyak trauma hati hanya perlu pengawasan, & (-) drainase
Prognosis:
Mortalitas: 8-10% tergantung derajat & penyakit penyerta
Grade 1-3: mortalitas biasanya ok penyakit penyerta
Gambaran klinis & pemeriksaan:
Nyeri & nyeri tekan kanan atas, dapat refer ke bahu kanan
Dapat datang dg keadaan shok hipovolemik (hipotensi, ↓urin
output, ↓CVP), kadang dg distensi abdominal
Lab: leukositosis (biasanya >15000) sering pada ok trauma
tumpul
TATALAKSANA
Tatalaksana umum:
Kontrol perdarahan, pengangkatan jar. Non vital, drainase
Laserasi dangkal simple suture, atau penggunaan
agen² hemostatic
Lesi > parah tindakan² tambahan (cth: deep mattress
sutures, packing, débridement, resection, mesh
hepatorrhaphy, dll)
Laserasi yg terus berdarah walau sudah dikontrol
scr lokal
Tractotomy membuka lesi u/ mencari sumber p.d
lalu diligasi
Setelah diligasi masih berdarah pringle’s maneuver*
• Pringle’s Maneuver u/ mengetahui sumber p.d
• Setelah diclamp darah berhenti sumber dari cabang a.hepatika
atau v.porta
• Setelah diclamp mx p’darahan sumber dari cabang v.hepatika atau
v.kava
• Maneuver ini jg dapat u/ visualisasi (saat melakukan suture)
• Hati2 efek oklusi p.d t.u pada ps hipotermi biasanya 15-20mnt, bbrp
• Tatalaksana lain² / alternatif:
– Temporary packing: t.u jika teknik²
diatas gagal mengontrol p’darahan
– Alternatif u/ laserasi dalam finger
fracture hepatotomy
– Reseksi hepar
– absorbable mesh
Biasanya ps ini dievaluasi dg USG jika
AbN (+) CTscan dg kontras extravasasi
(-) biasanya non-op
TRAUMA USUS KECIL
• Insiden:
– Bag. Yg paling sering terkena ok trauma penetran
– 5-20% pada trauma tumpul
• Gambaran Klinis & Pem. Fisik:
– “seat belt sign” curiga trauma enteric &
mesenteric
– Kebanyakan trauma tumpul tanda peritoneal
(+) , namun laserasi kecil dapat tanda peritoneal (-)
– Jika ps dg tanda peritoneal (+), atau hemodinamik
(-) stabil laparotomi, dx ditegakan intra-operative
– Hollow viscus injuries biasanya dx
sering telat t.u ok trauma tumpul
• Pemeriksaan Penunjang:
– Foto polos,
– DPL,
– CT
TATALAKSANA
• Laparotomi
– Perdarahan dikontrol dg clamp atau suture
– Trauma penetran(luka tembak) harus
didebridemen
– Jika laserasi luas (+), segmen devaskularisasi,
atau laserasi multipel direseksi &
direanastomosis
– Jika mesenteric hematoma (+) harus
diexplorasi
• Perawatan post operative:
– Istirahat, NGT(u/ dekompresi hingga peristaltis
kembali)
Komplikasi
• Komplikasi post operative:
– Abses intra-abd & sepsis, kebocoran
anastomosis, infeksi, enteric fistula,
intestinal obs
– Short bowel syndrome (diare persisten,
kehilangan protein & lemak, BB ↓)
TRAUMA COLON
Insiden:
Biasanya ok trauma penetrasi. Jarang ok trauma tumpul
(5%)
M.p trauma t’sering no 2 (luka tembak), no 3 (luka
tusuk)
Gambaran klinis & Pemeriksaan:
(+) peritoneal sign Indikasi u/ laparotomi, namun (-)
pada pem. Fis (-) menjamin bahwa (-) ada trauma kolon
Luka tembak biasanya sudah cukup u/ memulai
laparotomi
DPL, CTscan dg triple contrast (oral, IV, rectal)
Foto ro (free air – pneumoperitoneum), DRE ((+) darah)
– Vertical shear
• Shear force berkekuatan tinggi pd permukaan
vertikal 1
– Kombinasi
X
Physical Examination
• rotation of the iliac crests -> serious pelvic
fracture
• Leg length discrepancy -> hip injury or
cephalad migration of an unstable hemipelvis
• Ecchymosis in the periumbilical area (Cullen’s
sign) or flanks (Grey Turner’s sign)
• point tenderness (from the symphysis
anteriorly to the sacrum and SI joints
posteriorly)
• digital rectal examination (evaluate
sensation, sphincter tone, position
and consistency of the prostate)
• Neurologic
– Vertical sacral fractures or transverse
fractures above the S4 level.
– neurologic deficits
Diagnosis
• PXR
• CT provides detailed information
• Evaluation of Hemorrhage
– DPL
– FAST (shows free fluid is widely used as
a triage point to decide on laparotomy in
a hemodynamically unstable patient)
Terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume
darah dalam pembuluh darah yang berkurang.
(Ilmu Penyakit Dalam)
Patofisiologi
Volume intravaskuler ↓
Aliran darah yang balik ke jantung ↓
Pengisian ventrikel ↓
Stroke volume ↓
Cardiac output ↓
Hipoperfusi jaringan
Syok hipovolemik
GEJALA KLINIS
RINGAN
( < 20% vol.
Darah)
SEDANG
( 20-40% vol.
Darah)
BERAT
( > 40% vol.
Darah)
Ekstremitas dingin
Sama, di (+)
takikardia
Sama, di (+)
hemodinamik tak
stabil
CRT
Takipnea
Takikardi bergejala
Diaporesis
Oliguria
Hipotensi
Vena kolaps
Hipotensi ortostatik
Perubahan kesadaran
Cemas
Diagnosis
• Ketidakstabilan hemodinamik
• Ditemukan adanya sumber perdarahan
sulit jika perdarahan terjadi dalam GIT
/ hanya terjadi penurunan jumlah
plasma dalam darah
• Kehilangan plasma hemokonsentrasi
• Kehilangan cairan bebas
hipernatremia
Tatalaksana
• Posisi kaki ditempatkan lebih tinggi
• Menjaga jalur pernapasan
• Resusitasi cairan (IV)
– Cairan koloid: Garam isotonus, Ringer’s
laktat 2-4 L / 20-30mnt
• CVP (Central Venous Pressure)
• Jalur intraarterial
• Pemeriksaan tekanan baji paru dengan
kateter Swan-Ganz -> mengetahui
kebutuhan cairan untuk meningkatkan
tekanan pengisian ventrikel
• Hb ≤ 10g/dL :
– penggantian darah dengan tranfusi
( darah yang sudah diuji silang atau
packed red cell tipe darah yg sesuai / Onegatif )
• Pada hipovolemia berat :
– + inotropik dengan dopamin,
vasopressin, dobutamin u/ mendapatkan
kekuatan ventrikel yg cukup setelah
volume darah tercukupi
Prognosis & Komplikasi
• Kerusakan organ jarang terjadi
• Komplikasi: SSP, hati, ginjal (gagal
ginjal)