Head Injury

Published on May 2016 | Categories: Documents | Downloads: 40 | Comments: 0 | Views: 449
of 137
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

HEAD INJURY

dapat menyebabkan fraktur pada
tengkorak dan trauma jaringan lunak /
otak atau kulit seperti kontusio / memar
otak, edema otak, perdarahan atau
laserasi, dengan derajat bervariasi
tergantung pada luas daerah trauma

Epidemiologi
• semua umur
• Pria : wanita = 3-4 : 1.
• Biasanya karena kecelakaan lalu
lintas.

Epidemiologi
Amerika: kematian paling besar

Etiologi


Penyebab cedera kepala :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kecelakaan lalu lintas
Jatuh
Trauma benda tumpul
Kecelakaan kerja
Kecelakaan rumah tangga
Kecelakaan olahraga
Trauma tembak dan pecahan bom

KLASIFIKASI
• Berdasarkan patologi:
– Komosio serebri
– Kontusio serebri
– Laserasi serebri

• Berdasarkan lokasi lesi:
– Lesi difus jaringan otak
– Lesi kerusakan vaskular otak
– Lesi fokal:
• Kontusio dan laserasi serebri
• Hematoma intrakranial:






Hematoma
Hematoma
Hematoma
Hematoma
Hematoma

epidural
subdural
subaraknoid
intrasereberal
intrasebelar

KLASIFIKASI
Mekanisme:
berdasarkan
adanya penetrasi
duramater

• Trauma tumpul:
- kecepatan tinggi: tabrakan mobil
- kecepatan rendah: terjatuh, dipukul
• Trauma tembus: luka tembus peluru dan cedera tembus
lainnya

• Ringan: GCS 13-15
Keparahan cedera • Sedang: GCS 9-12
• Berat: GCS 3-8

Morfologi

• Fraktur tengkorak:
- Kranium: linear/stelatum, depresi/non, terbuka/tertutup,
- Basis: dengan/tanpa kebocoran CSF, dengan/tsnps
krlumpuhan N VII
• Lesi intrakranial
- Fokal: epidural, subdural, intraserebral
- Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus

Derajat kesadaran
Kategori

GCS

Gambaran Klinik

CT Scan otak

Minimal

15

Pingsan (-), defisit
neurologi (-)

Normal

Ringan

13-15

Pingsan <10 mnt,
Defisit neurologik (-)

Normal

Sedang

9-12

Pingsan >10 mnt s/d 6
jam
defisit neurologik (+)

Abnormal

Berat

3-8

Pingsan >6 jam,
Defisit neurologik (+)

Abnormal

Mekanisme Trauma

(Hoffman dkk., 1996)

1

Gejala Fisik/Somatik
Nyeri kepala
Dizzines
Nausea
Vomitus

3

2
Gejala kognitif

Gangguan memori
Gangguan perhatian,
Gangguan berfikir kompleks

Gejala emosional/kepribadian
Kecemasan
Iritabilitas

9

• Komponen utama pem.neurologis pd
pasien cedera kepala :
– Bukti eksternal trauma  laserasi
– Tanda fraktur basis kranii
– Tingkat kesadaran (GCS)
– Pem.neurologis menyeluruh (reflek
pupil)

Tipe trauma kepala


Trauma kepala terbuka



Trauma kepala tertutup (Komusio
serebri/Gegar otak, Kontusio serebri
/Memar otak, Perdarahan sub dural,
Perdarahan Intraserebral )

TRAUMA TERBUKA

Trauma kepala terbuka
• Trauma kepala ini menyebabkan fraktur
tulang tengkorak dan laserasi duramater.
• Fraktur longitudinal sering menyebabkan
kerusakan pada meatus akustikus interna,
foramen jugularis dan tuba eustachius.



Tanda-tanda klinik yang dapat membantu
mendiagnosa adalah :





Battle sign
Hemotipanum Periorbital ecchymosis
Rhinorrhoe
Otorrhoe

TRAUMA TERTUTUP

KOMUSIO/ KONKUSIO
(Gegar otak)

• Kebanyakan sembuh dalam beberapa detik
atau menit.
• Biasanya ada retrograde dan anterograde
amnesia
• CT atau MRI kelihatan normal, tidak ada
perubahan struktural.
• Beratnya concussion dilihat dari durasi
hilang kesadaran dan amnesia.

KONTUSIO
(Memar Otak)

PERDARAHAN
INTRAKRANIAL
• Gejala klinis
– Nyeri kepala
– Mual dan muntah
– Onset bertahap bila dibandingkan
dengan infark iskemik atau pendarahan
– Perubahan tingkat kesadaran  TIK ↑
– Tidak ada tanda neurologis lokal

DIAGNOSIS
• CT scan tanpa kontras

KOMPLIKASI





Herniasi
Hidrosefalus obstruktif
Kejang
aspirasi

TATA LAKSANA







Intubasi
Antikonvulsi
Diuretik
Kortikosteroid
Elevasi bagian kepala tempat tidur
Hiperventilasi

• Perdarahan yang terjadi di rongga
subarakhnoid
• Akibat pecahnya suatu aneurisma
pembuluh darah serebral atau
malformasi arterio-venosa yang
ruptur

Presentasi klinis
• Nyeri kepala hebat yang tibatiba (bisa disertai mual dan
muntah)
• Nyeri leher atau kaku kuduk
serta punggung
• Tanda iritasi meningeal
(Brudzinski dan Kernig)  624jam setelah onzet serangan
• Elevasi suhu tubuh (sedikit)








Fotofobia
Hipertensi
Pusing, Vertigo
Gangguan ingatan
Sindrom Korsakof
agitasi

DIAGNOSIS
• CT scan
• Pungsi lumbal
– Eritrosit dan xantokromia

KOMPLIKASI
• Hidrosefalus
• Kejang
• Perdarahan ulang  mortalitas 70%

SUBARACHNOID
HEMATOMA

TATA LAKSANA





Observasi
Analgesik
Profilaksis serangan kejang
Bloker kanal kalsium untuk
vasospasme

HEMATOM SUBDURAL
• Gejala klinis
– Perubahan kesadaran
– Nyeri kepala
– Muntah
– Letargi
– Hemiparesis
– Oregularitas papil ipsilateral hematome

TATA LAKSANA
• Intervensi bedah saraf dini (dalam 4
jam)
• Hiperventilasi bila pasien mengalami
perburukan
• Tekanan arterial rerata harus >90
mmHg

HEMATOMA EPIDURAL
• Gejala klinis
– Hilang kesadaran singkat setelah
trauma kepala

• Diagnosis
– CT scan memperlihatkan lesi lentikular,
sering di regio temporal atau
tomporoparietal

TATA LAKSANA
• Stabilisasi saluran napas,
pernapasan, sirkulasi dan vertebra
servikalis
• Evaluasi bedah saraf emergensi
• Evakuasi hematoma

BASILAR FRACTURE

http://www.emsmagazine.com/article/photos/1242402277713_46-3.jpg

DIAGNOSIS HEAD INJURY
• Disfungsi CNS unilateral
– Focal intracranial lession

• Pupil asimetris > 1 mm
– Intracranial injury
– Pupil yang lebih besar ipsilateral dengan
massa di otak

• CT scan untuk memastikan lokasi lesi

– Lakukan CT Scan, sensitif untuk
mendeteksi fraktur. Evaluasi adanya:








Hematoma epidural
SAH dan perdarahan intraventrikel
Kontusio dan perdarahan jar. Otak
Edema serebri
Obliterasi sisterna perimesensefalik
Pergeseran garis tengah
Fraktur kranium, cairan dalan sinus, dan
pneumosefalus

Pemeriksaan penunjang
• Radiografi kranium  ada tdknya fraktur.
• CT scan kranial  jk tjd penurunan tingkat
kesadaran/fraktur kranium yg disertai
kebingunan, kejang, tanda neurogis fokal.
• Angiografi
• Lumbal pungsi  untuk menentukan ada
tidaknya darah pada LCS harus dilakukan
sebelum 6 jam dari saat terjadinya trauma
• EEG

Urutan Tindakan Menurut
Prioritas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Resusitasi Jantung Paru  ABC
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan laboratorium
TIK meninggi
Keseimbangan cairan elektrolit
Nutrisi
Neurorestorasi/ rehabilitasi

TIK meninggi
• Tjd akibat edema serebri/ hematoma
intrakranial.
• Di atas 20 mmHg sudah harus
diturunkan dgn cara:
– Hiperventilasi
– Terapi diuretik
• Diuretik osmotik (Manitol 20%)

• Loop diuretik (Furosemid)

– Posisi tidur
Bagian kepala ditinggikan 20-30
derajat dgn kepala & dada pd satu
bidang.

Keseimbangan cairan
elektrolit
• NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
• Pd saat awal (hari 1-2), pemasukan
cairan dikurangi u/ mencegah
bertambahnya edema serebri.
• Stlh hari 3-4 dpt dimulai makanan
peroral melalui pipa nasogastrik.

MENILAI JALAN NAPAS
(AIRWAY)
– Bersihkan jalan nafas dari debris,
muntahan, lepaskan gigi palsu,
pertahankan tulang cervical segaris
dengan badan (pasang collar
cervical), pasang guedel bila dapat
ditolerir.
– Jika cedera orofasial mengganggu
jalan nafas, lakukan intubasi

MENILAI PERNAPASAN
(BREATHING)
– Tentukan apakah pasien bernapas
spontan atau tidak
– Pasang oksimeter nadi jika tersedia
untuk menjaga saturasi O2
minimum 95%
– Jika jalan napas tidak terlindung
atau pasien muntah, maka lakukan
intubasi serta diventilasi

MENILAI SIRKULASI
(CIRCULATION)
- Hentikan semua perdarahan 
menekan arterinya
- Perhatikan adanya cedera
intraabdomen atau dada
- HR dan BP, EKG bila tersedia
- Pasang jalur IV besar, pemeriksaan
darah perifer & ABG
- Berikan larutan koloid

OBATI KEJANG
- Diazepam 10 mg IV
- Bila tidak berhasil, fenitoin 15
mg/kgBB IV dengan kecepatan tidak
melebihi 50 mg/menit

MENILAI TINGKAT
KEPARAHAN
• Cedera kepala ringan (kelompok risiko
rendah)
- GCS: 15 (Sadar penuh, atentif, orientatif)
- Tidak ada kehilangan kesadaran (mis.
Konkusi)
- Tidak ada intoksikasi alkohol atau narkoba
- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan
pusing
- Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau
hematoma kulit kepala
- Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat

MENILAI TINGKAT
KEPARAHAN
• Cedera kepala sedang (kelompok risiko
sedang)
-

GCS: 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)
Konkusi
Amnesia pasca trauma
Muntah
Tanda kemungkinan fraktur kranium (Battle’s
sign, mata rakun, hemotimpanum, otorea
atau rinorea CSF)
- Kejang

MENILAI TINGKAT
KEPARAHAN
• Cedera kepala berat (kelompok risiko
berat)
- GCS: 3-8 (koma)
- Penurunan derajat kesadaran secara
progresif
- Tanda neurologis fokal
- Cedera kepala penetrasi atau teraba
fraktur depresi kranium

LAMPIRAN 1

ALGORITMA PENATALAKSANAAN TRAUMA KEPALA
Trauma Kepala
Saraf
Faktor Penyulit (-)

CKR (GCS 14-15)

Faktor Penyulit (+)

CKS (9-13)

CKB < 9

Konsultasi Bagian Terkait

Observasi
Defisit Neurologis (-) Defisit Neurologis (+)
Minimal 24 jam
Head CT Scan
BLPL
Intra Cerebral Hematom > 30 cc (+) dan atau
Sub Dural Hematom Luas (+) dan atau
Epidural Hematom (+) dan atau
Fraktur depressed (+) dan atau
Fraktur impressi (+)
Fraktur terbuka (+)

Intra Cerebral Hematom > 30 cc (-) dan
Sub Dural Hematom Luas (-) dan
Epidural Hematom (-) dan
Fraktur depressed (-) dan
Fraktur impressi (-)
Fraktur Terbuka (-)

Bedah Saraf
Saraf

Saraf

Pengawasan dan Penanganan Faktor Penyulit dan Komplikasi

Faktor penyulit : Cedera diluar kepala

56

LAMPIRAN 2

Trauma Kepala
GCS 14-15
Risiko tinggi

Risiko rendah

CT Scan kepala
Pulang dengan edukasi pada caregiver
Cedera Intrakranial

Fraktur Kalvaria

Mondok
Kemungkinan intervensi

Re-evaluasi

Tanpa cedera intrakranial dan fraktur kalvaria

Re-evaluasi

Fraktur Terbuka, basilar atau depressed

Fraktur simple
GCS = 14

Fraktur simple
dan GCS = 15

Konsultasi Bedah saraf
Antibiotik
Mondok

Mondok untuk observasi
Kemungkinan intervensi

Pulang dengan edukasi
pada caregiver

GCS = 14

GCS = 15

Observasi UGD
6-12 jam

Pulang dengan edukasi
pada caregiver

Deteriorasi
GCS <= 13

Membaik
GCS = 15

CT Scan Kepala ulang

Pulang dengan edukasi
pada caregiver

Mondok
Kemungkinan intervensi

57

LAMPIRAN 3

Trauma Kepala
GCS 9-13
Pasien Kooperatif

Pasien tidak kooperatif

CT Scan kepala

RSI with short acting agent

CT (+)

CT (-) dan GCS < 13

Kemungkinan intervensi
Mondok

Mondok

CT (-) dan GCS >= 13

CT Scan Kepala

Observasi 6-12 jam

(+) CT
GCS 13 atau 14
Atau defisit neurologis +
Mondok

GCS meningkat menjadi 15
Dan tanpa defisit neurologis
Pulang dengan edukasi
pada caregiver

GCS meningkat menjadi 15
Dan tanpa defisit neurologis

Memburuk
CT Scan ulang segera
(+) CT

(-) CT

Kemungkinan operatif
Intervensi

Mondok ICU

(-) CT

Pulang dengan edukasi
pada caregiver

Kemungkinan operasi Observasi di UGD
Intervensi
6-12 jam
Mondok

GCS tak berubah

GCS meningkat

ICU dg ulang CT scan

Ekstubasi segera
dgn observasi 24 jam
58

LAMPIRAN 4

Trauma Kepala
GCS < 9
Proteksi Jalan nafas
Stabilisasi vertebra cervical
Tanda herniasi (+)
Pencegahan kemungkinan peningkatan TIK
Tanpa tanda herniasi

Manitol
Tinggikan kepala
Hiperventilasi
Pemeriksaan lengkap I

Evaluasi dan pemeriksaan I
1. Pertahankan P02 > 60 mmHG, SBP > 120 mmHG, HCT > 30
Reevaluasi dan pemeriksaan II

Pertahankan P02 > 60 mmHG,
SBP > 120 mmHG, HCT > 30

CT Scan Kepala
Reevaluasi dan pemeriksaan II
(+)
Epidural
Subdural
SAH
Kontusio
Edema serebri berat yang disertai kenaikan TIK
Kemungkinan operatif
Intervensi

(-)
DAI

CT Scan Kepala

CT (+)

CT (-)

Kemungkinan operatif
Intervensi

Mondok ICU

Mondok ICU

59
NB: PO2: tekanan partial O2; SAH: sub arachnoid haemoraghe; SBP: systolic blood pressure; DAI: diffuse axonal injury; HCT: hematokrit

KOMPLIKASI
• Gejala sisa cedera kepala berat
– Ketidakmampuan fisik (disfasia,
hemiparesis, palsi saraf kranial)
– Ketidakmampuan mental (ggg
kognitif, perubahan kepribadian)
• Kebocoran cairan serebrospinal
• Epilepsi pascatrauma
– Profilaksis: diberikan fenitoin (dilantin) dgn
dosis 3-4 x 100 mg/ hari selama 7 hari.

• Sindrom pascakonkusi
– Nyeri kepala
– Vertigo
– Depresi
– Ggg konsentrasi

• Hematoma subdural kronik

• Infeksi
Risiko tinggi infeksi: fraktur tulang terbuka,
luka luar, fraktur basis cranii.
Profilaksis: ampisilin 3 x1 gram/ hari IV slm
10 hari.
Bila curiga meningitis: ampisilin 4 x 3 gram IV
+ kloramfenikol 4 x 1 gram IV selama 10 hari.

TRAUMA ABDOMEN

Definisi & Etiologi

TIPE CEDERA
• Berdasarkan organ yang terkena dapat
dibagi dua:
– Pada organ padat  gejala utama
perdarahan, seperti:
• Hepar
• Limpa

– Pada organ berongga  gejala utama
peritonitis, seperti:
• Usus
• Saluran empedu

TRAUMA TEMBUS
ABDOMEN

GEJALA KLINIS
– Hipotensi berat atau peritonitis + takikardia.
– Takipnea atau stabilitas hemodinamik dengan
nyeri tekan pada abdomen minimal sampai
tidak ada.
– henti jantung.

• Usus merupakan organ yang paling sering
terkena pada luka tembus abdomen

DIAGNOSIS
• anamnesis dan pemeriksaan fisik,
• luas cedera
– CT scan
– Ultrasonografi abdomen
– Lavase peritoneal diagnostik
• Eksplorasi operatif adalah standar emas
untuk mendiagnosis cedera
intraperitoneal.

KOMPLIKASI KLINIS
• infeksi atau abses
• sindrom kompartemen abdomen
• perdarahan intra-abdomen atau
retroperitoneal
• edema viseral.

TATA LAKSANA
• Indikasi untuk tata laksana operatif meliputi:
– Kegagalan memperbaiki keadaan secara klinis
setelah resusitasi cairan.
– Ada tanda rangsang peritoneal yang menunjukkan
laserasi hati/limpa.
– Terlihat cairan peritoneal bebas pada CT scan /
ultrasonografi.
• Pasien yang stabil perlu dipantau secara ketat
perubahan tanda vital, tanda rangsang peritoneal dan
pemeriksaan abdomen serial.
• Semua pasien cedera tembus abdomen harus
menerima antibiotik dan profilaksis tetanus.

Whitehouse and Weigelt Scandinavian Journal of Trauma,
Resuscitation and Emergency Medicine 2009 17:13  
doi:10.1186/1757-7241-17-13

TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN

TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN
• Mekanisme terjadinya :
– Deselerasi cepat
– Adanya organ-organ yang tidak
mempunyai kelenturan seperti:





Hati
Limpa
Pankreas
Ginjal

Manifestasi Klinis
• Adanya darah/cairan usus -> nyeri tekan,
nyeri ketok dan nyeri lepas
• Adanya darah dapat ditentukan dgn → shifting
dullness
• Adanya udara bebas dpt diketahui dgn →
hilang atau beranjaknya pekak hati
• Bising usus biasanya melemah atau
menghilang
• Rangsangan peritoneum dpt pula berupa nyeri
alih di daerah bahu terutama sebelah kiri

PATOFISIOLOGI
• Cedera intra-abdomen biasanya
disebabkan oleh kekuatan kompresif
atau deselerasi.
• Limpa merupakan organ yang paling
sering terkena cedera, diikuti hati
dan usus kecil dan besar.

DIAGNOSIS





Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Ultrasonograf
CT dengan kontras oral dan intravena
Lavase peritoneal diagnostik

DIAGNOSIS
• Tanda-tanda adanya trauma tumpul:

– Nyeri tekan abdomen
– Abrasi
– Ekimosis
– Jejas setir atau sabuk pengaman

Inspeksi
• Tanda eksternal dari cidera → Note patterns of
abrasion and/or ecchymotic areas.
• Pola luka untuk (lap belt abrasions, steering
wheel–shaped contusions).
• Pola pernafasan karena pernafasan abdomen ->
spinal cord injury → Note abdominal distention
and any discoloration.
• Bradycardia -> darah bebas di intraperitoneal
• Cullen sign (periumbilical ecchymosis) ->
perdarahan retroperitoneal/intraabdominal
• Flank bruising dan pembengkakan -> cedera
retroperitoneal

Palpasi
• Meperhatikan respon dari pasien,
adanya masa abnormal , tenderness,
dan deformitas
• Fullness and doughy consistency ->
perdarahan intraabdominal.
• Krepitasi / instabilitas kubah thorak
bagian bawah cedera limpa dan
hati akibat cedera tulang rusuk
bawah

• Instabilitas pelviccedera sal kemih
bagian bawah serta hematoma pelvic
dan retroperitoneal.
• Lakukan pemeriksaan rectal and
bimanual vaginal pelvic untuk
mengidentifikasi kemungkinan
cedera dan perdarahan
• Tanda peritonitis (eg, involuntary
guarding, rigidity) akibat kebocoran
isi usus.

Auskultasi

Perkusi

• Abdominal bruit
mungkin ->
penyakit
vascular/traumatic
arteriovenous
fistula

• Perkusi tenderness
merupakan tanda
peritoneal

Pemeriksaan Penunjang
• Pem.lab :

– Hemoglobin
– Hematokrit
– Leukosit
– Analisis urin






Pem.radiogis : foto polos abdomen 3 posisi
IVP atau sistogram
ultrasonography (FAST)
CT scan
Lavase peritoneal diagnostik

Penatalaksanaan
ABC
Segera pasang pipa lambung → selain utk
diagnostik, u/ mencegah terjadinya aspirasi bila
terjd muntah
Kateter → u/ mengosongkan kandung kemih dan
menilai urin
Tindakan laparotomi → u/ mengetahui organ yg
mengalami kerusakan
Bila terdapat perdarahan → penghentian
perdarahan
Pd organ berongga, penanganan kerusakan berkisar
dr penutupan sederhana sampai reseksi sebagian

Whitehouse and Weigelt Scandinavian Journal of Trauma,
Resuscitation and Emergency Medicine 2009 17:13  

KOMPLIKASI KLINIS





Perdarahan terus-menerus
Infeksi
Gagal organ
Kematian

Trauma Organ Spesifik

Trauma Diafragma
• Terjadi sekunder dari trauma
tumpul atau tembus.
• Ruptur terjadi pada sisi sebelah
kiri.
• Pemeriksaan : CT scan dan
laparoskopi.
• Keterlambatan dalam menentukan
diagnosis dapat menigkatkan
morbiditas dan mortalitas.

Trauma Pankreas
• Jarang, sering terlihat setelah
terjadi trauma tumpul.
• Pasien merasa nyeri pada
epigastric atau punggung.
• Serum enzim pancrease tidak
spesifik.
• Pemeriksaan : CT scan.

Trauma Kandung Kemih
• Terjadi pada pasien yang
mengalami fraktur pelvis.
• Hematuria.
• Pemeriksaan : retrograde
cystogram dan CT scan.

Trauma Panggul
• Bersamaan dengan trauma pada
ginjal.
• Pemeriksaan : CT scan
• Retroperitoneal hematoma
mungkin bisa false positif pada
DPL or USG.

TRAUMA GINJAL
– Trauma ginjal: tersering pada tr.
Urinarius
– 80% trauma penetran ginjal  (+)
trauma intra-abd lain
– Trauma tumpul  minor (85%) & mayor
– Minor: contusio, di th/ konservatif
– Mayor: laserasi korteks dalam dg extravasasi,
hematoma perinefrik besar, trauma thd
vaskularisasi

DERAJAT (AAST)









MANIFESTASI KLINIS &
PEMERIKSAAN
Riwayat + nyeri
+ jejas / luka pada area
kostovertebra
Palpasi  nyeri tekan & ketegangan otot
Massa jarang teraba
– Jika teraba massa retroperitoneal  ok
hematoma atau urinoma
Tanda iritasi peritoneum
Sering disertai: fraktur iga terbawah
Hematuria mikro / makroskopik
– Trauma tajam dg semua hematuria  perlu
pencitraan
– Jika (-) hematuria  kemungkinan cedera berat
tetap ada

DIAGNOSIS
– IVP: pilihan pertama. lain²: CT scan,
arteriografi
– Gambaran: eksresi kontras ↓, garis psoas /
kontur ginjal < jelas, skoliosis menjauhi sisi
terkena, (-) ada ekskresi (cth: avulsi/oklusi
p.d, cedera pedikel), ada bag. Ginjal (-)
terlihat (cth: laserasi dalam, avulsi)
– IVP N  dapat ok trauma ringan
– Ginjal kontralateral perlu dinilai u/
pertimbangan nefrektomi

KOMPLIKASI
• Komplikasi:
– Dini : perdarahan, extravasasi urin,
abses, sepsis, fistel urin & HT
– Lanjut: HT, fistel arteriovena,
hidronefrosis, urolitiasis, pielonefritis
kronik

TATALAKSANA
• Trauma tajam (cenderung agresif),
trauma tumpul (cenderung konservatif)
• Th konservatif (cth: u/ trauma tumpul
minor):
– Istirahat, analgesik, observasi status ginjal
(pem. Lokal, Hb, Ht, endapan urin)

• Trauma tumpul mayor (laserasi kortex
dg extravasasi, hematoma perinefrik
besar, trauma p.d)  explorasi

ALGORITMA (tanpa CT Scan)
Trauma
tembus
Hematuria
(>5/LPB)
Stabil

(-)
stabil

IVP

Laparotomi
Explorasi

Abnormal /
(-)
Informatif

Normal

Exploras
i

Observa
si

Hematoma
retroperitonea
l
luas/berdenyu
t Exploras
i

Hematoma (-)
luas

Observa
si

ALGORITMA (tanpa CT Scan)
Trauma tumpul
Hematuria
Mikoskopik
(-) perlu
pencitraan, kec:
(+) trauma
penyerta,
trauma
deselerasi cepat

Gross hematuria /
hematuria mikro
+syok
stabil
IVP

N  observasi
Abn  explorasi
(-) informatif 
• (+) trauma lain:
explor
• (-) trauma lain: obs

(-)
stabil
Laparotom
i Explorasi
Hematoma
retroperitonea
l:
Luas  explor
(-) luas  obs

TRAUMA HATI
Sering baik ok trauma tumpul atau penetran
Hemostasis spontan sering (50% pada laserasi kecil
saat dilaparotomi)
Banyak trauma hati hanya perlu pengawasan, & (-) drainase

Prognosis:
Mortalitas: 8-10% tergantung derajat & penyakit penyerta
Grade 1-3: mortalitas biasanya ok penyakit penyerta

Gambaran klinis & pemeriksaan:
Nyeri & nyeri tekan kanan atas, dapat refer ke bahu kanan
Dapat datang dg keadaan shok hipovolemik (hipotensi, ↓urin
output, ↓CVP), kadang dg distensi abdominal
Lab: leukositosis (biasanya >15000) sering pada ok trauma
tumpul

TATALAKSANA
Tatalaksana umum:
Kontrol perdarahan, pengangkatan jar. Non vital, drainase
Laserasi dangkal  simple suture, atau penggunaan
agen² hemostatic
Lesi > parah  tindakan² tambahan (cth: deep mattress
sutures, packing, débridement, resection, mesh
hepatorrhaphy, dll)

Laserasi yg terus berdarah walau sudah dikontrol
scr lokal 
Tractotomy  membuka lesi u/ mencari sumber p.d 
lalu diligasi
Setelah diligasi masih berdarah  pringle’s maneuver*

• Pringle’s Maneuver  u/ mengetahui sumber p.d
• Setelah diclamp  darah berhenti  sumber dari cabang a.hepatika
atau v.porta
• Setelah diclamp  mx p’darahan  sumber dari cabang v.hepatika atau
v.kava
• Maneuver ini jg dapat u/ visualisasi (saat melakukan suture)
• Hati2 efek oklusi p.d t.u pada ps hipotermi  biasanya 15-20mnt, bbrp

• Tatalaksana lain² / alternatif:
– Temporary packing: t.u jika teknik²
diatas gagal mengontrol p’darahan
– Alternatif u/ laserasi dalam  finger
fracture hepatotomy
– Reseksi hepar
– absorbable mesh

Th konservatif, non-op
Ps trauma hati tumpul dg hemodinamik stabil
tanpa indikasi u/ explorasi

Biasanya ps ini dievaluasi dg USG  jika
AbN (+) CTscan dg kontras  extravasasi
(-)  biasanya non-op

TRAUMA USUS KECIL
• Insiden:
– Bag. Yg paling sering terkena ok trauma penetran
– 5-20% pada trauma tumpul
• Gambaran Klinis & Pem. Fisik:
– “seat belt sign”  curiga trauma enteric &
mesenteric
– Kebanyakan trauma tumpul  tanda peritoneal
(+) , namun laserasi kecil dapat tanda peritoneal (-)
– Jika ps dg tanda peritoneal (+), atau hemodinamik
(-) stabil  laparotomi, dx ditegakan intra-operative

– Hollow viscus injuries  biasanya dx
sering telat t.u ok trauma tumpul
• Pemeriksaan Penunjang:
– Foto polos,
– DPL,
– CT

TATALAKSANA
• Laparotomi 
– Perdarahan dikontrol dg clamp atau suture
– Trauma penetran(luka tembak)  harus
didebridemen
– Jika laserasi luas (+), segmen devaskularisasi,
atau laserasi multipel  direseksi &
direanastomosis
– Jika mesenteric hematoma (+)  harus
diexplorasi
• Perawatan post operative:
– Istirahat, NGT(u/ dekompresi hingga peristaltis
kembali)

Komplikasi
• Komplikasi post operative:
– Abses intra-abd & sepsis, kebocoran
anastomosis, infeksi, enteric fistula,
intestinal obs
– Short bowel syndrome (diare persisten,
kehilangan protein & lemak, BB ↓)

TRAUMA COLON
Insiden:
Biasanya ok trauma penetrasi. Jarang ok trauma tumpul
(5%)
M.p trauma t’sering no 2 (luka tembak), no 3 (luka
tusuk)
Gambaran klinis & Pemeriksaan:
(+) peritoneal sign  Indikasi u/ laparotomi, namun (-)
pada pem. Fis (-) menjamin bahwa (-) ada trauma kolon
Luka tembak biasanya sudah cukup u/ memulai
laparotomi
DPL, CTscan dg triple contrast (oral, IV, rectal)
Foto ro (free air – pneumoperitoneum), DRE ((+) darah)

TATALAKSANA
• Tatalaksana op: primary repair, colostomy
• Kriteria umum u/ primary repair:
– Diagnosis dini (4-6jam), ps (-) shok lama /
hipotensi, peritoneal cavity (-) gross
contamination, (-) colonic vascular injury,
kebutuhan transfusi < 6unit
– ps dg low risk (+ dg kontaminasi min, &
hemodinamik stabil)  primary closure / resection
dg primary anastomosis
• Ps dg high risk  reseksi & colostomy

• Komplikasi post-operative:
– Abses, kebocoran anastomosis, peristomal
hernia, morbiditas & mortalitas terkait dg
penutupan colostomy

1st, 2nd
Survey

Keterangan

Airway

• Apabila perlu: berikan O2, intubasi, imobilisasi cervikal
hingga letak pasti trauma dik

Breathing

• Auskultasi: suara nafas, lihat asimetri dada, flail segment,
luka terbuka
• Palpasi dd dada  crepitus  cth: pneumothorax, fraktur
costae
• Apabila perlu: pulse oximetry, capnography

Circulation • Hentikan perdarahan luar yg terlihat
• Cek: nadi, CRT, TD
• Pasang IV line (dianjurkan 2)
• Resusitasi cairan segera  mx kontroversi  sebaiknya
FAST dl t.u ps yg (-) stabil scr hemodinamik
Disability

• Cek derajat kesadaran, pupil  idealnya sblm obat (c/
sedatif, analgesik, paralitik)

Exposure

• Lepaskan pakaian  lakukan 2ndary survey, hati²
hipotermia
• Jangan lgs melepaskan benda asing yg tertancap  butuh
konsultasi bag. Surgical & dilakukan ditempat yg terkontrol
• Cek: ekimosis, eritema, di area klavikula & abd, nyeri
tekan, distensi, rigidity, guarding
• “seat belt sign”  25% ps (+) intra-abd injury

1st & 2nd
Survey

Keterangan

Resusitasi
cairan

• Resusitasi cairan akut  kontroversi, ok:
• Studi: infus crystalloid yg cepat & banyak  dapat
meggg formasi & mencairkan fk pembekuan darah 
↑perdarahan
• Usaha u/ mencapai normotensive (-) dianjurkan
• Sebaiknya goal  80-90mmHg sistol, atau MAP
70mmHg  lakukan infus crystalloid, lalu dapat dg RBC
(disesuaikan dg kbthn)
• Kebanyakan trauma penetrans butuh laparotomi
• Ps yg (-) stabil scr hemodinamik, baik ok trauma
tumpul/penetran, dg screening test (FAST, DPL) (+)  I
u/ kontrol perdarahan & evaluasi trauma
• Ps trauma tumpul + stabil  obs  jika (-) stabil 
intervensi

Indikasi
Laparotomi

Konsultasi Bedah t.u pada ps yg (-) stabil scr hemodinamik
Lab: Hb, Ht, platelet, screen u/ transfusi, lactate lv (I shok), urin
(hematuria)

Pelvic Fractures
• Mekanisme
– Kompresi AP
• Terbukanya cincin pelvis, kemungkinan perdarahan
komplek posterior pelvis dan a. Iliaka interna

– Kompresi lateral
• Menyebankan rotasi interna hemipelvis, volume
pelvis dikompresi -> srg perdarahan yg mengancam

– Vertical shear
• Shear force berkekuatan tinggi pd permukaan
vertikal 1

– Kombinasi

X

Physical Examination
• rotation of the iliac crests -> serious pelvic
fracture
• Leg length discrepancy -> hip injury or
cephalad migration of an unstable hemipelvis
• Ecchymosis in the periumbilical area (Cullen’s
sign) or flanks (Grey Turner’s sign)
• point tenderness (from the symphysis
anteriorly to the sacrum and SI joints
posteriorly)

• digital rectal examination (evaluate
sensation, sphincter tone, position
and consistency of the prostate)

Associated Pelvic
Injuries
• Urologic
– gross hematuria

• Neurologic
– Vertical sacral fractures or transverse
fractures above the S4 level.
– neurologic deficits

Diagnosis
• PXR
• CT provides detailed information
• Evaluation of Hemorrhage
– DPL
– FAST (shows free fluid is widely used as
a triage point to decide on laparotomy in
a hemodynamically unstable patient)

Terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume
darah dalam pembuluh darah yang berkurang.
(Ilmu Penyakit Dalam)

HYPOVOLEMIC SHOCK

ETIOLOGI
Perdarahan

Hematom subkapsular hati
Aneurisma aorta pecah
Perdarahan gastrointestinal
Perlukaan berganda

Kehilangan
plasma

Luka bakar luas
Pankreatitis
Deskuamasi kulit
Sindrom dumping

Kehilangan
CES

Muntah (vomitus)
Dehidrasi
Diare
Terapi diuretik yg sgt agresif
Diabetes insipidus
Insufisiensi adrenal

Ilmu Penyakit Dalam

Patofisiologi
Volume intravaskuler ↓
Aliran darah yang balik ke jantung ↓
Pengisian ventrikel ↓
Stroke volume ↓
Cardiac output ↓
Hipoperfusi jaringan
Syok hipovolemik

GEJALA KLINIS
RINGAN
( < 20% vol.
Darah)

SEDANG
( 20-40% vol.
Darah)

BERAT
( > 40% vol.
Darah)

Ekstremitas dingin

Sama, di (+)
takikardia

Sama, di (+)
hemodinamik tak
stabil

CRT 

Takipnea

Takikardi bergejala

Diaporesis

Oliguria

Hipotensi

Vena kolaps

Hipotensi ortostatik

Perubahan kesadaran

Cemas

Diagnosis
• Ketidakstabilan hemodinamik
• Ditemukan adanya sumber perdarahan
sulit jika perdarahan terjadi dalam GIT
/ hanya terjadi penurunan jumlah
plasma dalam darah
• Kehilangan plasma  hemokonsentrasi
• Kehilangan cairan bebas 
hipernatremia

Tatalaksana
• Posisi kaki ditempatkan lebih tinggi
• Menjaga jalur pernapasan
• Resusitasi cairan (IV)
– Cairan koloid: Garam isotonus, Ringer’s
laktat 2-4 L / 20-30mnt

• CVP (Central Venous Pressure)
• Jalur intraarterial

• Pemeriksaan tekanan baji paru dengan
kateter Swan-Ganz -> mengetahui
kebutuhan cairan untuk meningkatkan
tekanan pengisian ventrikel
• Hb ≤ 10g/dL :
– penggantian darah dengan tranfusi
( darah yang sudah diuji silang atau
packed red cell tipe darah yg sesuai / Onegatif )

• Meningkatkan MAP :
– nalokson bolus 30 mcg/kg dlm 3-5mnt
dilanjutkan 60mcg/kg dlm 1jam dlm
dextrose 5%

• Pada hipovolemia berat :
– + inotropik dengan dopamin,
vasopressin, dobutamin u/ mendapatkan
kekuatan ventrikel yg cukup setelah
volume darah tercukupi

Prognosis & Komplikasi
• Kerusakan organ jarang terjadi
• Komplikasi: SSP, hati, ginjal (gagal
ginjal)

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close