Lapkas Rehab - OA Chiko

Published on June 2016 | Categories: Documents | Downloads: 106 | Comments: 0 | Views: 784
of 26
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

BAB I PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) adalah jenis artritis yang disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih sendi. Sendi lutut menduduki urutan kedua tersering yang mengalami OA.1 Sendi lutut dapat mengalami keterbatasan gerak apabila tidak digerakkan akibat nyeri. Otot sekitar sendi lutut terutama otot quadriceps mengalami atrofi dan menjadi lemah. Menurunnya fungsi otot akan mengurangi stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat badan sehingga dapat memperburuk keadaan penyakit dan menimbulkan deformitas. 2,3 Osteoartritis ditemukan oleh American College of Rheumatology sebagai sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif dan progresif yang mengenai dua per tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia < 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun. Osteoartritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Sebelum usia 50 tahun pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita, namun setelah usia 50 tahun wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria.1 Seiring bertambahnya jumlah kelahiran yang mencapai usia pertengahan dan obesitas serta peningkatannya dalam populasi masyarakat osteoartritis akan berdampak lebih buruk di kemudian hari. Karena sifatnya yang kronik progresif, osteoartritis berdampak sosio-ekonomi yang besar di negara maju dan di negara berkembang.1,2,3
1

Osteoartritis (OA) ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang mengalami osteoartritis. Rasa nyeri terutama setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri dapat diringankan dengan istirahat. Trauma dan obesitas dapat meningkatkan resiko osteoartritis.4 Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan pengendalian faktor resiko, latihan, intervensi fisioterapi, dan terapi farmakologis, pada OA fase lanjut sering diperlukan pembedahan.4

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan. Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, dan ditandai dengan adanya kerusakan dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi.1,2,5 Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing) misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki. Terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko yaitu umur (proses penuaan), genetik, kegemukan, cedera sendi, pekerjaan, olah raga, anomali anatomi, penyakit metabolik, dan penyakit inflamasi sendi.5

B.

EPIDEMIOLOGI Osteoartritis adalah bentuk penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai

sekitar 7% populasi di Amerika Serikat; mengenai 60% sampai 70% orang berusia lebih dari 65 tahun. Resiko untuk OA sendi lutut sekitar 45% dan untuk OA sendi hip sekitar 25%. 1 Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia < 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun. Osteoartritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Sebelum usia 50 tahun pria
3

memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita, namun setelah usia 50 tahun wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria.3,4

C. ETIOLOGI Seringkali penyebab OA tidak diketahui. Hal ini terutama berkaitan dengan penuaan, tetapi faktor lain juga dapat menyebabkan OA :6 1. 2. 3. 4. Osteoartritis cenderung untuk menurun dalam keluarga. Osteoartritis banyak terjadi pada wanita. Kelebihan berat badan meningkatkan resiko. Fraktur atau cedera sendi lainnya bias menyebabkan osteoartritis di kemudian hari. 5. Pemakaian sendi berlebihan jangka panjang di tempat kerja atau dalam olahraga dapat menyebabkan osteoartritis. Kondisi medis yang dapat menyebabkan osteoartritis meliputi:6 1. Gangguan pendarahan yang menyebabkan pendarahan pada sendi, seperti hemophilia. 2. Gangguan yang menghambat pasokan darah dekat persendian, seperti nekrosis avaskular. 3. Jenis lain arthritis, seperti gout kronis, atau rheumatoid.

D.

PATOFISIOLOGI Komponen kartilago mengalami disorganisasi dan degradasi pada OA.6,7,8 1. Faktor mekanis yang menyebabkan pelepasan enzim (kolagenase dan stromelysin) menyebabkan pemecahan proteoglikan dan gangguan kolagen tipe II.
4

2. Terdapat kehilangan matriks kartilago, terutama pada permukaan medial kartilago. Sejumlah kecil kartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi kemudian kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. 3. Sitokin inflamasi (interleukin-1 [IL-1], prostaglandin E2 [PGE 2], faktor nekrosis tumor α [TNF α], Interleukin-6 [IL-6], oksida nitrat) meningkatkan inflamasi sendi dan degenerasi kartilago. 4. Kondrosit menjadi tidak responsif terhadap faktor pertumbuhan, seperti transforming growth factor-β dan insulin-like growth factor, dan tidak mampu sepenuhnya mengkompensasi kehilangan matriks.

Ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi kartilago terjadi dengan abrasi, cekungan dan fisura pada permukaan artikular. 5. Kartilago artikular menjadi overhidrasi dan membengkak. 6. Degradasi matriks dan overhidrasi mengakibatkan kehilangan kekakuan dan elastisitas kompresif pada tranmisi yang memberikan tekanan mekanis besar ke tulang subkondral. 7. Tulang trabekular subkondral rusak dan kehilangan “shock absorber” hidraulik normalnya; kista tulang dapat terbentuk akibat tekanan tulang subkondral yang berlebihan ini. Mekanisme perbaikan pada tepi permukaan artikular menyebabkan terbentuknya osteofit. Beberapa pasien ditemukan memiliki berbagai bentuk kristal kalsium yang terkonsentrasi dalam kartilago artikular yang rusak. Patogenesis deposisi kristal belum jelas, tetapi berhubungan dengan lebih cepatnya progresi penyakit pada
5

pasien tersebut. Kartilago artikular memerlukan beban berat fisiologis dan gerakan untuk memungkinkan penetrasi nutrien yang memadai dari cairan sinovial ke dalam kartilago, beban non-fisiologis (baik berlebihan maupun kurang) mengakibatkan buruknya nutrisi kartilago.6,8 Sendi manusia memerlukan mobilitas maksimal saat menghindari cedera jaringan artikular. Terdapat hipotesis bahwa terdapat “refleks muskular protektif” yang mencegah sendi mendapat beban yang lebih besar dari kisaran normalnya. Dipostulasikan bahwa gangguan aktivitas muskular mungkin berperan dalam patogenesis OA.9,10 Instabilitas sendi berhubungan dengan resio tinggi OA. Meningkatkan kekuatan otot “yang menjembatani” melintasi sebuah sendi dapat memperbaiki stabilitas sendi, mengurangi beban sendi, dan mengurangi tekanan mekanis. Jadi, olah raga dapat mengurangi gejala dan memperbaiki fungsi sendi, meskipun hanya terjadi sedikit perbaikan dari pemeriksaan radiologis. Nyeri OA sangat dipercaya diakibatkan oleh tiga penyebab mayor : nyeri akibat gerakan dari faktor mekanis, nyeri saat istirahat akibat inflamasi sinovial, dan nyeri malam hari akibat hipertensi intraoseus.11,12

E. MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinis ialah nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, pembengkakan sendi dan perubahan gaya berjalan.13 Berikut akan dijelaskan tentang manifestasi klinik OA;

6

1. Nyeri Nyeri OA tersembunyi pada saat onset tetapi muncul secara progresif. Nyeri ini merupakan campuran berbagai macam nyeri / penyakit dari beberapa struktur (tulang, sinovial, ligamen dan kapsul, otot) pasien sering sulit menjelaskan nyerinya (seperti sakit gigi) timbul pada saat istirahat dan nyeri bertambah dengan aktivitas terutama pada penumpu berat badan. Malam hari nyeri bertambah (berkaitan dengan suhu tubuh  peningkatan aliran darah  meningkatkan stimulasi pada reseptor nyeri).13,14 2. Kekakuan Kaku sendi setelah imobilisasi khas dan menonjol pada sendi penumpu berat badan setelah duduk lama. Pada pasien dengan kombinasi kaku sendi setelah imobilisasi dan kaku sendi pagi hari yang menonjol, dipikirkan suatu diagnosis ganda, seperti OA oleh karena komplikasi polimialgia rematika atau rematoid artritis.13,14 3. Pembengkakan Pembengkakan sendi pada OA biasanya keras dan menonjol tulangnya. Hal ini disebabkan adanya penebalan kapsul dan osteofit yang besar. Efusi synovial menambah pembengkakan sendi, dimana mungkin lebih jelas (menonjol) oleh disuse artrofi otot di sekitarnya. Pembengkakan sedikit aktif pada stadium awal (misalnya nodus Heberden) dan sedikit eritema. Ciri pada inflamasi yang berlebihan menunjukkan adanya gout atau sepsis artritis.13,14

7

4. Krepitasi Krepitasi biasanya terasa pada gerakan sendi pada OA, krepitasi jelas terdengar pada stadium yang lanjut pada OA. Krepitasi ini berhubungan dengan tidak ratanya/ kasarnya permukaan sendi.13,14 5. Kehilangan fungsi Gangguan pada kekuatan dan mobilitas sendi mungkin berhubungan satu atau beberapa faktor : Permukaan sendi yang tidak rata (dengan palpasi terdengar krepitasi), kontraktur kapsul, hambatan (blok) mekanik (disebabkan osteofit), spasme otot dan / kelemahan, ketidakstabilan.13,14 6. Deformitas Secara kosmetik, pasien mengeluh tungkainya membentuk O atau deformitas varus dan berbentuk X atau deformitas valgus pada lutut. 13,14

Tempat

predileksi

osteoartritis

adalah

sendi

karpometakarpal

I,

metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan kemerahan.14

F.

DIAGNOSIS

Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Diagnosis OA lutut ditetapkan berdasarkan kriteria Subcommittee American College of Rheumatology (ACR). Kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 9,15

8

Tabel 1. Kriteria diagnosis osteoarthritis lutut menurut The American College of Rheumatology (ACR) 1986 Klinis dan laboratoris Klinis dan radiologis Klinis Nyeri lutut ditambah sedikitnya tiga dari enam hal berikut ini: - Usia > 50 tahun - Kekakuan <30 menit - Krepitasi - Nyeri tulang - Pembengkakan tulang - Perabaan tidak hangat

-

Nyeri lutut ditambah Nyeri lutut ditambah sedikitnya lima dari sedikitnya satu dari tiga sembilan hal berikut ini: hal berikut ini: - Usia >50 tahun - - Usia >50 tahun - Kekakuan <30 menit - - Kekakuan <30 menit - Krepitasi - - Krepitasi + osteofit - Nyeri tulang - Pembengkakan tulang - Perabaan tidak hangat - LED <40 mm/jam - RF < 1:40 - Tanda cairan sinovia OA

Tes-tes provokasi yang dilakukan untuk memeriksa sendi lutut antara lain:16,17 a. Anterior Drawer Test Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum lutut. Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚. Lutut fleksi dan kedua kaki sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka akan terjadi gerakan hiperekstensi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes drawer positif.

Gambar 1 : Anterior drawer test

9

b. Posterior Drawer Test Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja menggenggam tibia kemudian di dorong ke arah belakang.

Gambar 2. Posterior Drawer Test.

c. Appley Compresion Test Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri dilutut yang disebabkan oleh robeknya meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien. Lanjutkan penekanan itu sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat mungkin ada. d. Appley Distraction Test Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada persendian lutut. Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah keluar dan ke dalam dan lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi sambil

10

ekso dan endo rotasi itu terdapat nyeri maka itu disebabkan oleh lesi di ligamen.

(a)

(b)

Gambar 3. (a) Appley Comppresion Test; (b) Appley Distraction Test

e.

Tes McMurray Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi „klek‟ atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang mungkin terobek.

Gambar 4 : McMurray

11

f. Tes Lachman Pada tes ini penderita berbaring terlentang dengan lutut pada posisifleksi kira-kira dalam sudut 10º – 20º dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari pemeriksaan mestabilkan tungkai bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia, kemudian usahakan untuk digerakkan ke arah anterior.

Gambar 5. Tes Lachman

Pemeriksaan penunjang:18 a. Pemeriksaan radiologi foto polos lutut Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren & Lawrence : 18 Derajat 0 Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 : radiologi normal. : penyempitan celah sendi meragukan. : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas. : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis tulang.
12

sedang dan kemungkinan deformitas kontur

Derajat 4

: osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.

b.

Pemeriksaan laboratorium darah : LED dan darah rutin lainnya normal, faktor rematoid (-).

c.

Analisis cairan sendi : viskositas baik, kekentalan musin normal.

G.

REHABILITASI MEDIK PADA OSTEOARTRITIS Dari segi rehabilitasi medik, penanganan OA genu ditekankan pada problem dan dampak yang ditimbulkannya. Perlu diperhatikan problem rehabilitasi seperti impairment, disability, atau handicap (pasien tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya akibat hambatan psikologis, sosial, vokasional dan lingkungan fisik di sekeliling pasien yang tidak memungkinkannya melakukan aktivitas dengan baik). Tujuan:19 1. Mengurangi nyeri dan spasme 2. Memperbaiki lingkup gerak sendi 3. Meningkatkan kekuatan otot 4. Memperbaiki fungsi 5. Meningkatkan kualitas hidup 6. Istirahat Terapi panas, dingin, listrik, masase 7. Latihan (exercise) khusus 8. Ortosis/ assistive device 9. Proteksi/ pemeliharaan sendi 10. Penurunan berat badan (diet) 11. Konseling/ psikologi
13

Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoarttritis antara lain:13,17,19 1. Fisioterapi a. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yang dikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupa cryotherapy, kompres es dan masase es. b. Terapi panas superficial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot, tulang, dan sendi [(MWD), (SWD), (USD)]. Pada kasus OA digunakan SWD (short wave diathermi) dan USD (ultra sound diathermi). c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan alat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri, melancarkan aliran darah ke sendi dan mengurangi nyeri melalui peningkatan ambang rangsang nyeri. d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah digerakan. Suhu air yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman. e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan pergerakan sendi, menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang menyeluruh.
14

Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, perenggangan dan rekreasi. Olahraga yang memperberat kerja sendi sebaiknya dihindari. 2. Terapi okupasi untuk latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Untuk latihan, bisa dilakukan dengan bantuan peralatan di ruang okupasi. 3. Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan mengoreksi kecacatan, mengontrol gerakan bawah sadar, menyangga berat badan dan menambah kekuatan. Pada penderita OA biasa dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support. 4. Sosial Medis. Tujuannya adalah untuk sosialisasi dan pengembangan, penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi dan perlindungan sosial, pemberian informasi dan nasehat.

15

BAB III LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Agama Suku Tanggal Periksa : Ny. E.M : 66 tahun : Perempuan : Kalasey I Jaga ll : Pensiunan Pegawai Negeri Sipil : Kristen Protestan : Minahasa : 09 Desember 2013

2. ANAMNESIS Keluhan Utama : Nyeri pada lutut kiri

Riwayat Peyakit Sekarang : Nyeri lutut kiri dialami penderita sejak ± 5 tahun yang lalu dan memberat sejak 1 tahun terakhir. Nyeri terasa seperti kesetrum, tidak menjalar dan bersifat hilang timbul. Penderita juga mengeluh nyeri saat berubah posisi dari duduk ke posisi berdiri, saat berjalan jauh dan saat udara dingin. Nyeri dirasakan berkurang saat beristirahat dan mengkonsumsi obat anti nyeri. Penderita juga mengeluh lutut berbunyi “klik” saat berjalan. Kekakuan dirasakan saat penderita bangun tidur, dengan durasi ± 5-10 menit. Riwayat trauma disangkal. Buang air besar/buang air kecil tidak ada keluhan.
16

Riwayat Kebiasaan : Penderita dahulu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan lokasi tempat kerja agak menanjak. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat hipertensi dan asam urat 1 tahun yang lalu dan terkontrol dengan obat (Ambixal dan Allopurinol) Penyakit jantung, diabetes melitus, hati, ginjal dan kolesterol disangkal. Riwayat Penyakit dalam Keluarga : Hanya penderita yang sakit seperti ini. Riwayat Sosial Ekonomi : Penderita tinggal dengan suami di rumah permanen 1 lantai, beratap seng,

berdinding beton, berlantai keramik. Penderita mempunyai 3 orang anak dan ketiganya sudah menikah dan tinggal terpisah dari penderita. Sumber penerangan dari PLN, sumber air dari PDAM, kamar mandi 1 buah terletak di dalam rumah dan menggunakan kloset duduk. Biaya pengobatan ditanggung oleh PT. Asuransi Kesehatan dan biaya kehidupan sehari-hari dari pensiunan PNS. Riwayat Psikologis : Penderita berkepribadian terbuka (ekstrovert) sehingga dapat berkomunikasi dengan baik dengan penderita.

3. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Respirasi : Baik : ComposMentis GCS : E4M6V5

: 120/80 mmHg Nadi: 72 x/mnt : 20 x/mnt Suhu: 36,40c
17

Tinggi badan Berat badan IMT

: 165 cm : 75 kg : 27,54 Kg/m2 (Overweight)

Pemeriksaan fisik umum Kepala Mata : Normocephal : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pupil bulat isokor 3 mm/3 mm, refleks cahaya kiri dan kanan ada. Leher Thoraks : Trakea letak tengah, pembesaran kelanjar getah bening tidak ada. : Simetris kiri = kanan Cor dan Pulmo dalam batas normal Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan ( - ), hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Visual Analog Scale (VAS) Lutut kiri (09/12/2013)

5 VAS = 5 (nyeri sedang)

Status Lokalis Regio Genu dextra dan sinistra : Inspeksi Palpasi : Rubor (-/-), edema (-/-), deformitas (-/-) : kalor (-/-), edema (-), nyeri tekan (-/-), Ballotemen (-), krepitasi (-/+)
18

Test Provokasi Jenis tes Anterior Drawer Posterior Drawer McMurray Appley Grinding Test Dextra Sinistra + -

ROM genu Dekstra Fleksi Ekstensi 00-135º 0-00 Sinistra 00 - 130o 0 - 0o Normal 135º 0º

Status Motorik : Ekstremitas Inferior Dekstra Gerakan Kekuatan otot Tonus otot Refleks fisiologis Refleks patologis Sensibilitas Normal 5/5/5/5 Normal Normal Normal Sinistra Normal 5/5/5/5 Normal Normal Normal

19

RESUME Perempuan 66 tahun dengan keluhan utama nyeri seperti kesetrum sejak ± 5 tahun yang lalu dan menghebat ± 1 tahun terakhir. Penderita juga mengeluh nyeri saat berubah posisi dari duduk ke posisi berdiri, saat berdiri lama dan berjalan jauh serta saat udara dingin. . VAS 5, morning stiffness (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/80, N : 72x/mnt, R : 20 x/mnt, S : 36,4ºC, IMT 27,54 , pemeriksaan status lokalis adanya krepitasi dan tes profokasi Mc. Murray (+) dan pemeriksaan radiologi kesan Osteoartritis genu sinistra.

4.

DIAGNOSIS Diagnosa Klinis Diagnosis Etiologis Diagnosis Topis Diagnosis fungsional : : : : Osteoartritis Degeneratif Regio genu sinistra Gangaguan Aktifitas Kehidupan Sehari-hari dalam hal berdiri lama dan berjalan jauh.
20

5.

PROBLEM REHABILITASI MEDIK a. Nyeri lutut kiri (VAS 5) b. Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti berjalan dan naik tangga c. Overweight (IMT 27,54). d. Kecemasan akan munculnya keluhan kembali.

6.

PENATALAKSANAAN Medikamentosa : 1. Obat anti inflamasi Non Steroid ( Natrium Diklofenak 2x25 mg) 2. Suplemen tulang ( Glukosamin kondroitin 1x1 tab ) Non Medikamentosa : a. Fisioterapi Evaluasi : Nyeri lutut kiri (VAS 5). Program : 1. SWD pada regio genu sinistra. 2. Latihan penguatan m.quadriceps dan m.hamstring sinistra. 3. Latihan sepeda statis b. Ortotik prostetik Evaluasi : 1. Nyeri pada lutut kiri (VAS 5) 2. Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam hal berubah posisi duduk ke posisi berdiri, berdiri dan berjalan lama.
21

Program : Saat ini tidak diperlukan pemberian alat bantu ortotik prostetik. c. Okupasi Terapi Evaluasi : 1. Nyeri lutut kiri (VAS 5). 2. Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam hal berubah posisi duduk ke posisi berdiri, berdiri dan berjalan lama Program : Saat ini tidak ada program . d. Psikolog Evaluasi : 1. Kontak dan komunikasi baik 2. Penderita cemas akan penyakitnya yang berulang Program : Penderita berkepribadian terbuka (ekstrovert) . e. Sosial Medik Evaluasi : 1. Biaya hidup sehari-hari cukup 2. Biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah menggunakan jaminan asuransi kesehatan (ASKES) Program : 1. Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga tentang penyakit penderita dan memberikan dukungan agar penderita rajin melakukan terapi dan home program.
22

2. Menganjurkan agar penderita menghindari pekerjaan-pekerjaan yang memperberat kerja / beban pada sendi.

Edukasi : 1. Edukasi untuk menurunan berat badan dan kontrol ke poli gizi untuk pengaturan diet. 2. Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan ditekuk). 3. Sedapat mungkin mengurangi berdiri terlalu lama dan mengurangi aktivitas yang berat. 4. Kontrol ke poli rhematologi dan rehabilitsi medik secara rutin.

PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad fungsionam Quo ad sanatioam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam

23

DAFTAR PUSTAKA 1. Moskowitz RW. Clinical and laboratory findings in osteoarthritis. In: Koopman WJ. Arthritis and allied conditions. A textbook of

rheumatology. 13th ed. Baltimore: Williams & Wilkins;1997.p.1985-2011. 2. Sumual AS, Danes VR, Lintong F. Pengaruh Badan Terhadap Gaya

Gesekan dan Timbulnya Osteoarthritis pada Orang di atas 45 Tahun di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik 2013;1(1): 140-6. 3. Hicks JE, Gerber LH. Rehabilitation in The Management of Patients with Osteoarthritis. In: Moskowitz RW, Howell DS, Altman RD, Buckwalter JA, Goldberg VM (eds). Osteoarthritis. Diagnosis and medical/surgical management. 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders; 1992.p.427-64. 4. Davey Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta: PT Erlangga;2002.p.190. 5. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.p.1195-201. 6. Chandra AS. Perbandingan Efek Terapi Panas dan Terapi Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Penderita Osteoartritis Lutut di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang. Karya Ilmiah Penelitian 2002; 1-59. 7. Osteoarthritis. Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]. 2009 [cited 2013 Okt 9]; Available at:
24

http://en.wikipedia.org/wiki/Osteoarthritis 8. Carter MA. Osteoartritis. In: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006.p.1380-4. 9. Underwood JCE. Patologi umum dan sistemik. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2000.p.829-31. 10. Brasher VL. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2007.p.351-7. 11. Srikulmontree T. Osteoarthritis. American College of Rheumatology [serial on the internet].2010 [cited 2013 Okt 9]; Avaliable at: http://www.rheumatology.org/REF. 12. Kusumawati KB. Isotonic Training Using EN-Tree : Effect on Functional Capacity and Pain in Patients with Osteoarthritis of the Knee. Scientific research 2003. 13. The National Collaborating Centre for Chronic Conditions. Osteoarthritis; National Clinical guideline for care and management in adults. London: Royal College of Physicians; 2008.p.1-5. 14. Fitzgerald GK, Oatis C. Role of physical therapy in management of knee osteoarthritis. Lippincott Williams & Wilkins 2004;16:143–7. 15. Department of Rehabilitation Services. Standard of Care: Osteoarthritis of the Knee. Brigham and Women's Hospital; 2009. 16. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrison‟s manual of medicine 15th ed. Boston: McGraw-Hill, 2002.p. 748-49.

25

17. Malanga GA, Andrus S, Nadler SF, McLean J. Physical Examination of the Knee: A Review of the Original Test Description and Scientific Validity of Common Orthopedic Tests. Arch Phys Med Rehabil 2003;84:593-601. 18. Allen C. Knee Physical Exam. UCSF Sports Medicine; 2007. 19. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB Rehabilitasi Medik: Surabaya; 2005. 20. Mansjoer A. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 1999; 525-6. 21. Bashaw RT, Tingstad EM. Rehabilitation of the Osteoarthritic Patient: Focus on the Knee. Clin Sports Med 2005;2:101– 131.

26

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close