Lp Appendicitis

Published on February 2018 | Categories: Documents | Downloads: 105 | Comments: 0 | Views: 1139
of 13
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

LAPORAN PENDAHULUAN APENDIKSITIS di ruang Instalasi Bedah Sentral ( IBS ) RSU Banyumas

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh: Agis Taufik, S,Kep.

PROGRAM PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2009

APPENDIKSITIS A. PENDAHULUAN Latar Belakang Apendiks adalah organ tambahan kecil yang meyerupai jari dan melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal yang panjangnya kira kira 10 cm ( 4 inci ). Karena Apendiks mengosongkan diri dengan tidak efisien dan lumennya kecil, maka apendik mudah mengalami obstruksi dan rentan terhadap infeksi. Apendiks ini merupakan bagian dari saluran gastrointestinal yang juga rentan terhadap inflamasi akut yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur, penyebab paling umum inflamasi akut pada kwadran bawah kanan rongga abdomen sehingga menjadi pula penyebab paling umum untuk bedah abdomen paling darurat. Kira – kira 7 % dari populasi akan mengalami apendiksitis pada waktu yang bersamaan pada hidup mereka, jenis kelamin pria lebih sering dari pada wanita dan remaja lebih sering dari pada orang tua. Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapapun. Appendiksitis lebih sering menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun. Appendiksitis perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari appendiks, dimana appendiks telah pecah sehingga isi appendiks keluar menuju rongga perineum yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses. Tujuan 1. Untuk mengetahui tinjauan teori dari appendiksitis meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, pathway. 2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan appendiksitis meliputi diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan rencana keperawatan

B. TINJAUAN TEORI Pengertian Appendiksitis merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing). Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan prosedur atau pendekatan endoskopi. Etiologi a. Penyebab belum pasti b. Faktor yang berpengaruh: -

Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalit (massa keras dari feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).

-

Infeksi: E. Coli dan steptococcus.

-

Tumor

Patofisiologi Sumbatan:  Sekresi mucus  Tekanan intra lumen ↑  Gangguan drainase limphe  Oedema + kuman

Tekanan intra lumen ↑↑:  Gangguan vena  Thrombus lokal  Iskemia + kuman  Pus

Tekanan intra lumen ↑↑↑:  Gangguan arteri  Nekrosis + kuman  gangren

Appendiks akut fokal: Nyeri viseral ulu hati karena regangan mukosa Appendiks supuratif: Nyeri pada titik McBurney peritonitis

Appendiks gangrenosa ↓ Peritonitis ↓ Peritonitis umum

Apendiks terimplamasi dan mengalami edema sebagai akibat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing. Proses implamasi meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progesif dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terimplamasi berisi pus. Appendiksitis akut setelah 24 jam dapat menjadi: a. Sembuh b. Kronik c. Perforasi d. Infiltrat → abses Tanda dan gejala a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disrtai dengan demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. b. Nyeri tekan local pada tititk McBurney bila dilakukan tekanan. c. Nyeri tekan lepas dijumpai d. Terdapat konstipasi atau diare e. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar dibelakang sekum f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter. h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan. j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat ileus paralitik. k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks. Pemeriksaan penunjang a.

laboratorium -

Hb normal

-

Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis, >10,000/mm3)

-

Hitung jenis: segmen lebih banyak

-

LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)

-

Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit

b.

Rongent: appendicogram Hasil positif berupa: -

Non-filling

-

Partial filling

-

Mouse tail

-

Cut off

Rongent abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis. Pathway Sumbatan:  Sekresi mucus  Tekanan intra lumen ↑  Gangguan drainase limphe  Oedema + kuman

Appendiks akut fokal: Nyeri viseral ulu hati karena regangan mukosa

Tekanan intra lumen ↑↑:  Gangguan vena  Thrombus  Iskemia + kuman lokal  Pus

Appendiks supuratif: Nyeri pada titik McBurney peritonitis

Appendiks gangrenosa

Tekanan intra lumen ↑↑↑:  Gangguan arteri  Nekrosis + kuman  gangren

↓ Peritonitis ↓



Peritonitis umum

DP Pre operasi : Nyeri akut, kurang pengetahuan, cemas,

↓ Appendiktomy ↓

DP Post operasi : Risiko infeksi, PK. Perdarahan, nyeri akut

Penatalaksanaan 1.

Appendiktomi cito (app akut, abses dan perforasi)

2.

Appendiktomi elektif (app kronik)

3.

Konservatif kemudian operasi elektif (app infiltrate) Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendiksitis telah ditegakkan.

Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Appendiktomi dilakukan segera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan dengan spinal anastesi atau anestesi umum dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi. Komplikasi Komplikasi utama appendiksitis adalah perforasi appendiks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidensi perforasi 10-32%. Perforasi terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7 OC atau lebih tinggi, penampilan toksik dan nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu. Persiapan preoperative Infuse intravena digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan cairan yang hilang. Aspirin diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu. Terapi antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi.

Bila ada

kemungkinan atau terbukti ileus paralitik, selang nasogastrik dapat dipasang. Enema tidak diberikan karena dapat menimbulkan perforasi. Penanganan postoperatif Tempatkan pasien pada posisi semifouler karena dapat mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri.

Analgetik

diberikan untuk mengurangi nyeri. Cairan per-oral dapat diberikan bila dapat mentoleransi.

Pasien yang mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan

cairan secara intravena. Instruksi untuk menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7. aktifitas normal dapat dilakukan dalam 2-4 minggu.

Pengkajian a. Anamnesa •

Nyeri (mula-mula di daerah epigastrum, kemudian menjalar ke titik McBurney).



Muntah (rangsang visceral)



Panas (infeksi akut)

b.

Pemeriksaan fisik 1). Status generalis -

Tampak kesakitan

-

Demam (≥37,7 oC)

-

Perbedaan suhu rektal > ½ oC

-

Fleksi ringan art coxae dextra

2). Status lokalis 3) Defenmuskuler (+) → m. Rectus abdominis 4) Rovsing sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra McBurney (kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakkan peritonium sekitar apendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri. 5) Psoas sign (+) → m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik McBurney (pada appendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium sekitar app yang juga meradang. 6) Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m. obturator internus, artinya appendiks di pelvis. 7) Peritonitis umum (perforasi) -

Nyeri diseluruh abdomen

-

Pekak hati hilang

-

Bising usus hilang.

8) Rectal touché: nyeri tekan pada jam 9-12 Alvarado score: Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendiksitis akut atau bukan, meliputi 3 simtom, 3 sign dan 2 laboratorium: a.

Appendiksitis pain

2 point

b.

Lekositosis (>10 ribu)

2 point

c.

Vomitus

1 point

d.

Anoreksia

1 point

e.

Erbound Tendenees Fenomen

f.

Degre of celsius (>37OC)

g.

Observation of hemogram (segmen> 72%) 1 point

h.

Abdominal migrate pain Total point

1 point 1 point

1 point 10

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Preoperatif: 1. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang paparan informasi 2. Nyeri akut b.d agen injuri biologi Pasca operatif: 1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik 2. Risiko infeksi 3. PK. Perdarahan

Perencanaan Preoperasi 1. DIAGNOSA

: KURANG

KEPERAWATAN

PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT B.D

KURANG PAPARAN SUMBER INFORMASI NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

Rasional

NOC: Pengetahuan tentang NIC: Pengetahuan penyakit penyakit, setelah Aktifitas: diberikan 1. Jelaskan tentang penyakit 1. penjelasan selama apendiksitis 2 x ps mengerti proses dan

Therapi

tindakan 2. operasi yang akan dilakukan intervensi

serta yg

Jelaskan tentang program pengobatan

Program perawatan

pengetahuan dan mengurangi cemas

2.

penyakitnya

Meningkatan

3.

diberikan dg:

dan

Jelaskan tindakan untuk mencegah komplikasi

Indikator:

3.

Ps mampu:

4.

Menjelaskan kembali

Tanyakankembali pengetahuan

tentang proses penyakit, mengenal

Mempermudah

pasien

Mencegah keparahan penyakit

tentang

penyakit, prosedur perawatan 4. dan pengobatan

kebutuhan

Mereview

perawatan dan pengobatan tanpa cemas

2. DX. KEPERAWATAN: NYERI

AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI KIMIA

(PROSES PENYAKIT, DISKONTINUITAS JARINGAN) NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

NOC: Kontrol nyeri, setelah

NIC: Manajement nyeri

dilkukan perawatan

Aktifitas:

selama 3x24 jam

1.

nyeri ps berkurang dg: Indikator: 

Menggunakan

Rasional

Lakukan penilaian terhadap 1. untuk menentukan nyeri, lokasi, karakteristik dan intervensi yang sesuai dan faktor-faktor yang dapat keefektifan dari therapi yang menambah nyeri diberikan

skala

nyeri untuk mengidentifikasi

2.

Amati isyarat non verbal 2.

Membantudalam

tingkat nyeri

tentang kegelisaan

mengidentifikasi

derajat

ketidaknyamnan 

Ps menyatakan nyeri berkurang



Ps

3.

Fasilitasi linkungan nyaman

4.

Berikan obat anti sakit

Meningkatkan kenyamanan

4.

Mengurangi nyeri memungkinkan

mampu 5.

istirahan/tidur

Bantu pasien menemukan posisi nyaman



3.

pasien

untuk

mobilisasi tampa nyeri 5.

Peninggin

lengan

menyebabkan pasie rileks

Menggunakan tekhnik 6.

non farmakologi

dan

Berikan

massage

di

punggung

6.

Meningkatkan relaksasi dan membantu

untuk

menfokuskan

perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping 7.

Tekan dada saat latihan 7. batuk

Memudahkan

partisipasi

pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman

Post operasi 1. DX. KEPERAWATAN: NYERI

AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI

(INSISI

PEMBEDAHAN PADA APENDIKTOMI)

NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

NOC: Kontrol nyeri, setelah

NIC: Manajement nyeri

dilkukan perawatan

Aktifitas:

selama 3x24 jam 1. Lakukan penilaian terhadap nyeri ps berkurang nyeri, lokasi, karakteristik dan dg: faktor-faktor yang dapat menambah Indikator: 

Menggunakan

Rasional

1.

intervensi keefektifan

nyeri skala 2.

Amati isyarat non verbal

2.

tingkat nyeri

yang

sesuai

dan

dari therapi yang

Membantu

dalam

mengidentifikasi

derajat

ketidaknyamnan 3.



menentukan

diberikan

tentang kegelisaan

nyeri untuk mengidentifikasi

untuk

Ps menyatakan nyeri 4.

Fasilitasi linkungan nyaman

3.

Meningkatkan kenyamanan

Berikan obat anti sakit

4.

Mengurangi nyeri

berkurang

memungkinkan

pasien

dan untuk

mobilisasi tampa nyeri 

Ps istirahan/tidur

mampu 5.

Bantu pasien menemukan posisi nyaman

5.

Peninggin menyebabkan pasie rileks

lengan

6.

massage

di

6.

punggung

Menggunakan tekhnik



Berikan

Meningkatkan dan

relaksasi

membantu

untuk

menfokuskan perhatian shg dapat

non farmakologi

meningkatkan sumber coping 7. 7.

Tekan dada saat latihan

KEPERAWATAN:

partisipasi

pada aktifitas tampa timbul rasa

batuk

2. DIAGNOSA

Memudahkan tidak nyaman

RISIKO

INFEKSI BD TINDAKAN INVASIF, INSISI POST

PEMBEDAHAN

NOC dan indikator NOC:

Kontrol kontrol

NIC dan aktifitas infeksi

resiko,

diberikan

dan

setelah

perawatan

selama 3x24 jam tidak

NIC: Perawatan payudara/ luka Aktifitas: 1.

1.

Penanda proses infeksi

2.

Menghindari infeksi

3.

Mencegah infeksi

4.

Mempercepat penyembuhan

Aktifitas:

1.

Mencegah infeksi sekunder

1.

Batasi pengunjung

2.

Mencegah INOS

2.

Cuci tangan sebelum dan 3.

Meningkatkan daya tahan

2.

dg:

Amati luka dari tanda2 infeksi

terjadi infeksi sekunder

Lakukan

perawatan

payudara dengan tehnik aseptic

Indikator: 

Rasional

dan gunakan kassa steril untuk

Bebas dari tanda-tanda

merawat dan menutup luka

infeksi 

Angka leukosit normal



Ps

mengatakan

3.

Anjurkan pada ps utnuk melaporkan dan mengenali tanda-

tahu

tanda infeksi

tentang tanda-tanda infeksi 4.

Kelola th/ sesuai program

NIC: Kontrol infeksi

sesudah merawat ps 3.

Tingkatkan masukan gizi

tubuh

yang cukup 4.

Anjurkan istirahat cukup

5.

Pastikan aseptic daerah IV

6.

Berikan PEN-KES tentang risk infeksi

4.

penanganan

Membantu

relaksasi

dan

membantu proteksi infeksi 5.

Mencegah tjdnya infeksi

6.

Meningkatkan pengetahuan ps

3. DX.

KEPERAWATAN:

NOC dan indikator NOC:

Perdarahan setelah

PK: PERDARAHAN NIC dan aktifitas

berhenti, dilakukan

Rasional

NIC: Pencegahan sirkulasi Aktifitas:

perawatan selama 4x24 jam

perawat

mampu

1.

darah dan antisipasi kekurangan HB

mamae

bebas pus, tidak meluas. 10 gr %

Penanda gangguan sirkulasi

dan perdarahan di saat merawat

Luka sembuh kering, HB tidak kurang dari

1.

nadi, edema, pengisian kapiler,

dg Indikataor:



penilaian

menyeluruh tentang sirkulasi; cek

menghentikan perdarahan



Lakukan

2.

Lakukan

perawatan

luka

2.

dengan hati-hati dengan menekan

Menghentikan

perdarahan

dan menghindari perluasan luka

daerah luka dengan kassa steril dan

tutuplah

dengan

tehnik

aseptic basah-basah 3.

Kelola th/sesuai order

3.

Diberikan secara profilaksis atau

untuk

perdarahan

menghentikn

Daftar Pustaka

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta. Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP dr.Sardjito, yogyakarta. McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By MosbyYear book.Inc,Newyork NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close