A. Definisi Gastroenteritis Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan pathogen parasitic. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi buang air besar pada neonates lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah. Salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi. Klasifikasi tingkat dehidrasi menurut Hidayat (2006) adalah : 1. Dehidrasi ringan Apabila kehilangan cairan 2-5% dari BB atau rata-rata 25 ml/kgBB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastic, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok. 2. Dehidrasi sedang Apabila kehilangan cairan 5-8% dari BB atau rata-rata 75 ml/kgBB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat Apabila kehilangan cairan 8-10% dari BB atau rata-rata 125 ml/kgBB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lelah, kesadaran menurun.
B. Klasifikasi Gastroenteritis 1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan: a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, stapillococcus disentri basiler, dan enterotolitis nektrotikans. b. Diare non spesifik : diare dietetic. 2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare : a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit. b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya : diare karena bronchitis. 3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu : a. Diare akut : diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 – 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi 1 minggu dan hanya 5%-15% yang berakhir dalam 14 hari. b. Diare kronik : diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.
C. Etiologi Gastroenteritis 1. Factor infeksi Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal meliputi: a. Infeksi bakteri Vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeoromonas dan sebagainya. b. Infeksi virus Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astovirus dan lain-lain.
c. Infeksi parasit Cacing, protozoa dan jamur. 2. Factor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. 3. Faktor makanan Makanan basi, beracun dan alergi makanan. 4. Faktor kebersihan Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan setelah BAB atau sebelum mengkonsumsi makanan. 5. Faktor psikologi Rasa takut dan cemas menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan peristaltic usus.
D. Manifestasi Klinik Gastroenteritis 1. Diare 2. Muntah 3. Demam 4. Nyeri abdomen 5. Membrane mukosa mulut dan bibir kering 6. Fontanel cekung 7. Kehilangan berat badan 8. Tidak nafsu makan 9. Badan terasa lemah
E. Patofisiologi Gastroenteritis Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menibulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia srta kerusakan mikrovili yang dapat menibulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi, dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dengan gangguan sirkulasi darah. F. Gambar Gastroenteritis
G. Penatalaksanaan Keperawatan/Medis pada Pasien Gastroenteritis 1. Pemberian cairan a. Cairan per oral : pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan glukosa. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. b. Cairan parenteral : 1) Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB/hari. Kemudian 125 ml/kgBB/oral. 2) Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/hari. Kemudian 125 ml/kgBB/oral.
3) Dehidrasi berat : a) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1 jam pertama 40 ml/kgBB/jam : 10 tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit), 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam : 3 tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral, bila anak mau minum, teruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit. b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg, 1 jam pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml : 20 tetes), 7 jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit. c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam pertama 20 ml/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB oralit per oral.
2. Diatetik (pemberian makanan) Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada klien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Hal-hal yang perlu diperhatikan : memberikan ASI, memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
3. Obat-obatan a. Obat antiseri b. Obat anti spasmolitik c. Obat antibiotic
H. Pathway gastroenteritis
I. Pemeriksaan diagnostic 1. Pemeriksaan feses Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotic serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa. Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut : feses berwarna pekat atau putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi empedu). Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses berwarna pucat disebabkan karena malabsorpsi lemak, diet tinggi susu dan produk susu. Feses berwarna orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus. Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah bakteri. Feses seperti tepung berwarna putih disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah virus. Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah parasit. Feses yang didalamnya terdapat unsure pus atau mucus disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi peradanganpada usus, terdapat lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorbsi lemak dalam usus halus. 2. Pemeriksaan darah Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi / malabsorbsi tekanan fungsi sumsum tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal. 3. Pemeriksaan elektrolit tubuh Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat. 4. Duodenal intubation Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
J. Asuhan keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan di analisa untuk menentukan diagnose keperawatan. Adapun langkah-langkah dalam pengkajian ini adalah sebagai berikut : a. Identitas klien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat rumah, suku bangsa, agama dan nama orang tua. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama, pasien biasanya mengeluh berak encer dengan atau tanpa adanya lender dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna kehijau-hijauan dan berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafasu makan,dan disertai dengan demam ringan atau demam tinggi pada anakanak yang menderita infeksi usus. 2) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi lamanya keluhan : masing-masing orang berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi, keadaan social, ekonomi, hygiene dan sanitasi. Akibat timbul keluhan : anak menjadi rewel dan gelisah, badan menjadi lemah dan aktivitas bermain kurang. Faktor yang memperberat adalah ibu mengehntikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan minum, tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula garam). 3) Riwayat kesehatan dahulu, yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus dirawat di rumah sakit. 4) Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal social atau kemandirian.
5) Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapat imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal pemberian serta efek samping dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi dan sebagainya. 6) Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis makanan, makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan untuk makan dan minum. Pola eliminasi seperti frekuensi buang besr dan buang air kecil di rumah dan di rumah sakit. Selain itu juga ditanyakan tentang konsistensi, warna dan bau dari objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan sebelum dan sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik dirumah dan juga bagaimana pola hygiene tubuh seperti mandi, keramas dan ganti baju. c. Pemeriksaan fisik 1) Secara umum Tingkat kesadaran : TTV : N, R, S Pengukuran antropometri : BB, TB 2) Head to toe Rambut : Inspeksi : Turgor kulit kurang,kulit kering,tidak terdapat clubbingfinger, warna kuku merah muda, warna rambut hitam
Kepala: Inspeksi : Bentuk kepala oval,Ubun-Ubun cekung tidak terdapat pembengkakan,tidak terdapat tanda-tanda infeksi,pertumbuhan rambut rata Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada bagian kepala
Mata: Inspeksi : Cekung, Tidak terdapat pembengkakan pada bagian mata, konjungtiva merah mudah,sclera putih,tidak terdpat katarak infantir
Telinga : Inspeksi : Warna kulit telinga sama dengan warna wajah, telinga kiri simetris kiri dan kanan Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada bagian telinga
Hidung : Inspeksi : Tidak terdapat sekret, warna mukosa merah mudah, tidak terdapat cairan dalam hidung Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
Mulut : Inspeksi : warna lidah merah muda, mukosa mulut kering
Leher : Inspeksi : Warna leher sama dengan warna wajah, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada simetris Auskultasi : Bunyi napas bronkovesikuler, Bunyi jantung s1&s2 lup dup
Punggung : Inspeksi : Bentuk tulang belakang normal
Abdomen : Inspeksi : Warna abdomen sama dengan warna bagaian dada, kontur abdomen sedikit cekung, tidak terdapat pembesaran hati dan limfa, tidak terdapat hernia umbilikus Auskultasi : Peristaltik ususk 40x/menit, Perkusi : Bunyi timpani dan pekak pada bagian abdomen Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada lambung
Ekstremitas Atas : Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan pada ekstremitas Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Ekstremitas Bawah Inspeksi : Tidak terdapat pembengkaka pada ekstremitas Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Genital dan anus Genitalia tampak bersih, letak saluran uretra, tidak ada lesi dan tidak terdapat edema. Pada anus tidak tampak hemoroid.
2. Diagnose Keperawatan Diagnose yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis adalah : a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, intake inadekuat. c. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi. d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare. e. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress. f. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi. g. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen.
3. Intervensi Diagnose
Tujuan
Intervensi
Rasional
1. Beri larutan
1. LRO untuk
Kekurangan
Setelah dilakukan
volume cairan
tindakan
rehidrasi oral
rehidrasi dan
berhubungan
perawatan
(LRO) sedikit
penggantian
dengan
diharapkan
tapi sering
kehilangan
kehilangan
kekurangan
khususnya bila
cairan melalui
cairan aktif
volume cairan
anak muntah.
feses.
akan teratasi
dengan kriteria
2. Berikan dan
2. Untuk
pantau cairan IV
mengobati
sesuai ketentuan.
pathogen
hasil :
khusus yang
1. Hidrasi dan
menyebabkan
status nutrisi
kehilangan
adekuat.
cairan yang
2. Frekuensi irama dan
berlebihan. 3. Setelah rehidrasi, 3. Karena
nadi dalam
berikan diet
pemberian diet
rentang yang
regular pada
normal secara
diharapkan.
anak sesuai
dini bersifat
toleransi.
menguntungkan
3. Frekuensi dan irama nafas
untuk
dalam rentang
menurunkan
yang
jumlah defekasi
diharapkan.
dan penurunan
4. Elektrolit
berat badan
serum (Na, K,
serta
Ca, dan Mg)
pemendekan
dalam batas
durasi penyakit.
normal.
4. Ganti LRO
4. Untuk
5. Serum dan pH
dengan cairan
mempertahanka
urin dalam
rendah natrium
n terapi cairan.
batas normal.
seperti air, ASI, formula bebas laktosa, atau formula yang mengandung setengah laktosa. 5. Pantau intake
5. Untuk
dan output (urin,
mengevaluasi
feses, dan
keefektifan
emesis). 6. Pantau berat jenis urin setiap
intervensi. 6. Untuk mengkaji hidrasi.
8 jam atau sesuai indikasi. 7. Kaji tanda-tanda vital, turgor
7. Untuk mengkaji hidrasi.
kulit, membrane mukosa dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi. 8. Hindari masukan
8. Cairan ini
cairan jernih
biasanya tinggi
seperti jus buah,
karbohidrat,
minuman
rendah
berkarbonat dan
elektrolit, dan
gelatin.
mempunyai osmolalitas tinggi
9. Instruksikan
9. Untuk
keluarga dalam
menjamin hasil
memberikan
optimum dan
terapi yang tepat,
memperbaiki
pemantauan
kepatuhan
masukan dan
terhadap aturan
keluaran dan
terapeutik.
mengkaji tandatanda dehidrasi.
Ketidakseimban
Tujuan : setelah
gan nutrisi:
dilakukan
menyusui untuk
untuk
kurang dari
tindakan
melanjutkan
mengurangi
kebutuhan
keperawatan
pemberian ASI.
kehebatan dan
tubuh
diharapkan
berhubungan
kebutuhan nutrisi
dengan mual,
pasien terpenuhi
pemberian diet
rendah energy
muntah, intake
dengan kriteria
dengan pisang,
dan protein,
inadekuat
hasil :
beras, apel, dan
terlalu tinggi
1. Asupan
roti panggang
dalam
atau teh.
karbohidrat dan
makanan dan
1. Instruksikan ibu
1. Hal ini penting
durasi penyakit. 2. Hindari
2. Karena diet ini
cairan
rendah
adekuat.
elektrolit.
2. Zat gizi terpenuhi. 3. Asupan cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik. 4. Mencapai berat badan
3. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan. 4. Intruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat.
yang ideal.
3. Untuk mengkaji toleransi pemberian makanan. 4. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik.
5. Anjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering.
5. Pemberian makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan menekan gastric sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.
6. Timbang berat badan setiap hari.
6. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi setiap hari.
7. Gali masalah dan 7. Untuk prioritas anggota
memperbaiki
keluarga.
kepatuhan terhadap program terapeutik. 1. Suhu 38o-41oC
Hipertermia
Tujuan : setelah 1. Kaji tingkat
berhubungan
dilakukan
kenaikan suhu
menunjukkan
dengan
tindakan
tubuh dan
proses infeksius
dehidrasi.
keperawatan
perubahan yang
akut sehingga
diharapkan
menyertai.
dapat
masalah
menentukan
hipertermi teratasi
dapat
intervensi yang
dengan
kriteria hasil : 1. Suhu kulit
tepat. 2. Beri kompres
2. Kompres
hangat pada
hangat dapat
dalam rentang
daerah dahi,
mengurangi
yang
aksila dan lipat
demam.
diharapkan.
paha.
2. Suhu tubuh
3. Monitor tanda-
3. Sebagai
dalam batas
tanda vital setiap
indicator
normal.
1 jam.
perkembangan
3. Nadi dan pernafasan dalam rentang
keadaan klien. 4. Anjurkan untuk minum cukup.
4. Intake cairan yang adekuat
yang
membantu
diharapkan.
penurunan suhu
4. Tidak ada
tubuh serta
perubahan
mengganti
warna kulit.
jumlah cairan
5. Tidak tampak
yang hilang
keletihan dan
melalui
mudah
evaporasi.
tersinggung.
5. Anjurkan untuk
5. Mempercepat
menggunakan
proses
pakaian tipis dan
evaporasi.
menyerap
Jumlah selimut
keringat.
perlu dibatasi untuk mempertahanka n suhu mendekati normal.
6. Kolaborasi
6. Digunakan
dengan tim
untuk
medis untuk
mengurangi
pemberian
demam dengan
antipiretik.
aksi sentralnya di hipotalamus.
Kerusakan integritas
Tujuan : setelah kulit dilakukan
berhubungan dengan rectal diare.
1. Ganti popok jika 1. Untuk menjaga basah atau kotor.
tindakan
bersih dan
iritasi keperawatan karena diharapkan
agar kulit tetap
kering. 2. Bersihkan
2. Karena feses
integritas kulit
bokong perlahan-
diare sangat
tidak mengalami
lahan dengan
mengiritasi
kerusakan dengan
sabun lunak, non
kulit.
kriteria hasil :
alkalin, dan
1. Suhu,
airatau celupkan
elastisitas,
anak dalam bak
hidrasi,
untuk
pigmentasi,
pembersihan
dan warna
yang lembut.
jaringan
3. Pajankan dengan
3. Untuk
dalam rentang
ringan kulit utuh
meningkatkan
yang
yang kemerahan
penyembuhan.
diharapkan.
pada udara jika
2. Terbebas dari adanya lesi
mungkin. 4. Hindari
4. Karena dapat
jaringan,
menggunakan
menyebabkan
keutuhan kulit
tissue basah yang
rasa
terjaga.
dijual bebas yang
menyengat.
mengandung alcohol pada kulit yang teriritasi. 5. Observasi
5. Untuk
bokong dan
mengetahui
perineum akan
secara dini
adanya infeksi.
adanya tandatanda infeksi dan untuk memberikan terapi yang sesuai.
6. Kolaborasi
6. Untuk
dengan tim
mempercepat
medis untuk
penyembuhan.
pemberian obat berupa salep pelindung pada kulit.
Ansietas
setelah dilakukan
berhubungan
tindakan
dengan
keperawatan
1. Kaji tingkat kecemasan.
1. Respon individu dapat bervariasi
hospitalisasi dan diharapkan
tergantung pada
stress
ansietas
pola cultural
berkurang ataau
yang dipelajari.
teratasi dengan
2. Pertahankan
2. Persepsi yang
kriteria hasil :
sering kontak
menyimpang
1. Pasien tidak
dengan orangtua,
dari situasi
tampak cemas
selalu sedia
mungkin dapat
atau gelisah.
untuk
memperbesar
mendengarkan
perasaan.
2. Pasien dapat beristirahat
dan bicara bila
atau tidur
dibutuhkan.
dengan nyenyak.
3. Identifikasi cara- 3. Memantapkan cara dimana
hubungan dan
pasien mendapat
membantu
merencanakan
bantuan jika
orang tua untuk
strategi
dibutuhkan.
melihat
3. Pasien dapat
koping untuk
realisasi dari
situasi-situasi
penyakit atau
yang
pengobatan
membuat
yang diberikan.
stress. 4. Mampu
4. Berikan
4. Memberikan
informasi yang
jaminan bahwa
mempertahan
sesuai kebutuhan
perawat
kan
dan jika diminta
bersedia untuk
penampilan
oleh pasien atau
mendukung dan
peran.
orang terdekat.
membantu.
5. Beri stimulasi
5. Untuk
sensoris dan
meningkatkan
pengalihan yang
pertumbuhan
sesuai dengan
dan
tingkat
perkembangan
perkembangan
anak secara
anak dan
optimal.
kondisinya. Defisiensi
Setelah dilakukan
pengetahuan
tindakan
1. Kaji tingkat
1. Untuk
pengetahuan
menentukan
tentang penyakit keperawatan
keluarga tentang
intervensi
dan cara
diharapkan
penyakit dan
secara tepat
perawatannya
keluarga pasien
cara perawatan
dengan masalah
berhubungan
termotivasi untuk
anaknya.
yang ada.
dengan kurang
merawat anaknya
paparan sumber
yang menderita
penjelasan
rasa cemas
informasi
gastroenteritis
tentang penyakit
terhadap
dengan baik dan
dan kondisi
kondisi
benar dengan
anaknya.
anaknya.
kriteria hasil :
2. Berikan
3. Berikan
2. Menurunkan
3. Berbagai
1. Keluarga
penjelasan setiap
tingkat bantuan
pasien
akan melakukan
mungkin
mengerti
prosedur
diperlukan
pengertian,
tindakan
berdasarkan
penyebab,
keperawatan.
kebutuhan.
tanda dan
4. Berikan
4. Pembuatan
gejala dari
penjelasan
LGG dilakukan
gastroenteritis
kepada orang tua
sebagai
.
tentang
penanganan
perawatan anak
pertama untuk
pencegahan
dengan
mengganti cairn
dan perawatan
gastroenteritis di
tubuh yang
anak yang
rumah, seperti
hilang akibat
menderita
pembuatan
gastroenteritis.
gastroenteritis
larutan gula
2. Cara
3. Serta mampu mendemonstr
garam (LGG).
asikan cara membuat oralit dan LGG dengan baik dan benar. Risiko infeksi
Setelah dilakukan
berhubungan
tindakan
tangan yang
mengurangi
dengan port de
keperawatan
benar.
resiko
entre
diharapkan pasien
penyebaran
mikroorganisme
tidak terjadi
infeksi.
pathogen.
infeksi dengan kriteria hasil :
1. Pertahankan cuci 1. Untuk
2. Pakaian popok dengan tepat.
1. Tidak terdapat
2. Status
kemungkinan penyebaran
tanda-tanda infeksi.
2. Mengurangi
feses. 3. Gunakan popok sekali pakai.
imunitas baik.
3. Superabsorbent untuk menampung
3. Nutrisi
feses dan
adekuat.
menurunkan
4. Mendapatkan
kemungkinan
imunisasi
terjadinya
yang tepat.
dermatitis
5. Nadi dan suhu dalam rentang
popok. 4. Ajarkan anak
4. Untuk
yang
bila mungkin
mencegah
diharapkan.
tindakan
penyebaran
perlindungan
infeksi.
diri missal dengan cuci tangan.
5. Anjurkan
5. Untuk
keluarga dan
mencegah
pengunjung
terjadinya
dalam praktik
penyebaran
isolasi
infeksi.
khususnya mencuci tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC. http://www.kidshealth.org.nz/viral-gastroenteritis-gastro http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gastroenteritis.html http://www.patient.co.uk/health/gastroenteritis-in-children-leaflet http://www.webmd.com/digestive-disorders/gastroenteritis