LP SC

Published on March 2017 | Categories: Documents | Downloads: 67 | Comments: 0 | Views: 272
of 31
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 KONSEP NIFAS
2.1.1

Definisi
Nifas (puerperium) adalah masa setelah melahirkan bayi.
(Ibrahim Jilid 3, 1999: hal 1)
Nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan normal.
(Manuaba, 1998)
Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
(UNPAD, Hal : 315)
Masa nifas adalah masa 1 jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu, tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Winkjosastro, 2012:237)
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
(Mochtar, 2012:87)

2.1.2

Periode Masa Nifas
Nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu:
a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah
40 hari.
b. Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-miggu, bulanan, atau tahunan.
(Mochtar, 2012:87)

2.1.3

Involusi Alat-Alat Kandungan
1. Uterus
Involusi
Bayi lahir

Tinggi Kundus Uterus
Setinggi pusat

Berat Uterus
1000 gram

Baru lahir

2 jari di bawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat sympisis

500 gram

2 minggu

Tidak teraba di atas sympisis

300 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50 gram

8 minggu

Sebesar normal

30 gram

2. Bekas Implantasi Plasenta
Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, hari pertama
setebal 2,5 mm dengan permukaan kasar. Hari ketiga permukaan
mulai rata karena degenerasi endomentrium memakan waktu 2-3
minggu besar 6-8 cm dan akhir Puerperium sebesar 2 cm. luka bekas
implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan ednometrium
yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
(Winkjosastro, 2012)
3. Lochea
Cairan yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam-macam lochea:
a. Lochea rubra

: berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban sel desidua, verniks kaseosa,
mekanium selama 2 hari post partum.

b.

Lochea sanguinolenta : bewarna merah kekuningan berisi darah
dan lender hari ke 3-7 post partum

c. Lochea serosa

: berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7 – 15 post partum

d. Lochea alba

: cairan putih terjadi setelah 2 minggu
(Mochtar, 2012:87)

4. Serviks
Setelah melahirkan bentuk serviks agak menganga seperti
corong. Berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang
terdapat perlukan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih

bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari,
dan setelah 7 hari hanya dilalui 1 jari.
(Winkjosastro, 2005:419)
5. Ligament-Ligament
Ligament, falsia dan diafragma pervis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan
menajdi retiofleksi karena ligamentum refundum menjadi kendor.
(Winkjosastro, 2005:516)
6. Vagina
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat dan
mencapai ukuran-ukurannya yang normal. Ruggae akan terlihat
kembali sekitar minggu keempat.
(Notoatmodjo, 2005)
7. Saluran Kencing
Ibu nifas hendaknya sudah dapat kencing sendiri, apabila tidak
memungkinkan dapat dilakukan kateterisasi. (Arita, 2008)
8. Laktasi (proses pembentukan dan pengeluaran ASI)
Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan
umumnya produksi ASI baru terjadi hari ke 2-3 post partum pada hari
pertama keluar post partum pada hari pertama keluar kolostrum cairan
kuning yang lebih kental dari pada air susu mengandung banyak
albumin, globulin dan benda-benda kolostrum.
(Mansjoer,2005 : 517)
2.1.4

Perawatan Pasca Persalinan
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus bersalin, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miringmiring ke kanan dan ke kiri, duduk, dan jalan-jalan secara bertahap
untuk mencegah thrombosis.
(Winkjosastro, 2007)
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein banyak cairan sayursayuran, dan buah-buahan.
(Arita, 2008)

c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya,
kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingker uretra ditekan
oleh kepala janin dan spasme oleh inhalasi melalui spingker ani
selama persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih
yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing, sebaiknya lakukan katerisasi.
(Arita, 2008)
d. Defekasi
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas,
namun kebanyakan kasus sembuh secara spontan, jika tidak, dapat
diberikan suppositoria biskodil per rektal untuk melunakkan tinja.
(Llewellyn, 2002)
e. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya.
(Arita, 2008)
f. Psikososial
Respon terhadap masa nifas sangat bervariasi dan dipengaruhi
banyak faktor, untuk itu klien perlu diberikan dukungan, pendekatan,
dan dorongan semangat guna mengantisipasi masalah psikis dalam
nifas.
(Farrer, 2002)
g. Periksakan Pasca Persalinan
Di Indonesia adalah kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita
bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari.
Bagi wanita dengan perslainan normal hal ini baik dan dilakukan
pemeriksaankembali 6 minggu setelah persalinan. Namun bagi wanita
dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu
kemudian.
Pemeriksaan Post Natal meliputi:
1. Pemeriksaan umum

: tekanan darah, nadi, keluhan, dst

2. Keadaan umum

: suhu badan, selera makan dan lain-lain

3. Payudara

: ASI, puting susu

4. Dinding perut

: perineum, kandung kemih, rectum

5. Sekresi yang keluar misalnya lochea, fluor albus
6. Keadaan alat-alat kandungan
h. Nasehat untuk ibu Post Natal
1. Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan
2. Sebaiknya bayi disusui
3. Untuk kesehatan bayi, ibu dan keluarga sebaiknya melakukan KB
4. Anjuran untuk mengimunisasi bayi
(Mochtar, 2012:89)
2.1.5

Adaptasi Psikologis Nifas
Fase yang terjadi pada masa nifas :
1. Fase Taking In
Pada fase ini, perhatian ibu pada dirinya mungkin pasif dan
bergantung, berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak
dengan bayinya, tetapi bukan berarti tidak memperhatikan.
2. Fase Taking Hold
Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif perhatian terhadap kemampuan
fungsi tubuhnya. Misal : BAK / BAB, melakukan berbagai aktivitas
duduk, jalan, ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya. Timbul
rasa kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak untuk
melakukan perawatan pada fase ini berlangsung 10 hari.
3. Fase Letting Go
Ibu mengatakan bahwa bayinya akan terpisah dari dirinya, mendapat
peran dan tanggung jawab baru terjadi peningkatan kemandirian
perawatan diri dan bayinya.
(Bahiyatun, 2009)

2.2 SECTIO CAESARIA
2.2.1 Definisi
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau
section caesarea adalah suatu histerek tomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim.
(Mochtar, 2012:117)
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh
(intact).
(Winkjosastro, 2010)

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim.
(Arif Mansjoer, 2000:344)
2.2.2 Istilah-Istilah SC
a. Sectio caesarea primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara sectio caesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya
pada panggul sempit (CV kecil dari 8 cm).
b. Sectio caesarea sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa
(partus percobaan) bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus
percobaan gagal, baru dilakukan seksio caesarea.
Sectio caesarea sekunder
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio caesarea
(previous caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya
dilakukan sectio caesarea ulang.
c. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan
sectio caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu
indikasi.
d. Operasi porro (Porro operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri
(tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
Sectio caesarea oleh ahli kebidanan disebut obstetric panacea, yaitu
obat atau terapi ampuh dari semua masalah obstetric.
2.2.3 Indikasi
-

Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

-

Panggul sempit
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias
naturalis ialah CV : 8 cm. panggul dengan CV = 8 cm dapat
dipastiakan tidak dapat melahirkan janin yang normal, harus
diselesaikan dengan section caesarean CV antara 8-10 cm boleh dicoba
dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan section
caesarean sekunder.

-

Disproporsi sefalo-pervik yaitu keseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul

-

Ruptura uteri mengancam

-

Partus lama

-

Partus tak maju

-

Diatosia serviks

-

Pre-eklampsi dan hipertensi

-

Malpresentasi janin antara lain letak lintang, letak bokong, presentasi
dahi danmuka

-

Presentasi rangkap

-

Gemeli
(Mochtar, 1998:118-119)

2.2.4 Jenis-jenis Operasi Sectio Caesarea
Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis
1. Sectio caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri.
2. Sectio caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan
insisi pada segmen bawah rahim.
b Sectio caesarea ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kronig
2. Sayatan melintang (transversal) menurut keir
3. Sayatan huruf T (T-incision)
(Mochtar, 1998:119-120)
2.2.5 Komplikasi
a. Infeksi Puerperal (nifas)
-

Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

-

Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung.

-

Berat

: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini
sering

dijumpai

pada

partus

terlantar,

dimana

sebelumnya telah terjadi infeksi inraportal karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan elektronlit dan
antibiotika yang adekuat dan tepat.
a. Perdarahan, disebabkan karena:
-

Banyak pembuluh darah yang terputus dan teruka

-

Atonia uteri

-

Perdarahan pada placental bed

b. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
c. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan sekarang
(Mochtar, 1998:121)
2.2.6 Perawatan Pre-Operasi
Wanita yang direncanakan menjalani SC biasanya dimasukkan
rumah sakit satu hari sebelum pembedahan oleh dokter abstetri yang akan
melaksanakan pembedahan dan oleh ahli anestesiologi. Hematokrit
diperiksa, bila uji coombe indirek hasilnya positif, maka disediakan 100 ml
darah lengkap yang cocok dengan golongan darah pasien atau fragmen
darah yang serupa. Obat-obatan sedative seperti sekabarbital 100 mg dapat
diberikan menjelang tidur malam sebelum operasi. Asupan dihentikan
sekurang-kurangnya 8 jam sebelum pembedahan. Obat antasida diberikan
sesasat sebelum dilakukan induksi anastesi umum, untuk mengurangi
resiko destruksi paru akibat asam lambung bila terjadi aspirasi.
(Obstetri Willianms, 1999:528)
2.2.7 Perawatan Post SC
a. Cairan Intravena
Cairan IV yang diberikan terdiri dari larutan RL atau larutan serupa dan
D5% dalam air, secara khusus, 1-2 liter larutan mengandung elektrolit
diinfuskan selama dan sesegera setelah operasi.
b. Ruang pemulihan
Yang harus diperhatikan adalah jumlah perdarahan dari vagina, tinggi
fundus uteri (dengan palpasi yang sering) untuk memastikan bahwa
uterus tetap berkontraksi dengan kuat, setelah ibu sadar penuh dan
perdarahannya minimal-normal, tekanan darah baik, jumlah urin
sekurang-kurangnya 30 cc/jam, ibu dapat dikembalikan sebelumnya.

c. Tanda-tanda vital
Pasien dievaluasi tiap jam selama  4 jam (paling sedikit). Tekanan
darah, nadi, jumlah urin dan jumlah darah yang hilang, serta keadaan
fundus uteri harus diperiksa pada saat ini. Adanya abnormalitas harus
segera dilaporkan, oleh karena itu, selama 24 jam I semua ini harus
diperiksa tiap 4 jam sekali, besama-sama dengan pengukuran suhu
tubuh.
d. Terapi cairan dan diit
Pemberian cairan infuse dengan jumlah yang besar selama dan Sesudah
pembedaan tidak diperlukan untuk mengganti cairan ekstra seller yang
mengalami sekuentrasi (diekspresikan ke dalam ruang iga). Untuk
pendalaman umum pemberian 3 liter larutan, termasuk RL, terbukti
sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam I berikutnya.
Paling lambat hari kedua setelah operasi, sebagian besar sudah dapat
mendapat makanan biasa.
e. Vesika urinaria dan usus
Kateter sudah dapat dilepas dari vesika urinaria setelah 24 jam post SC
atau keesokan paginya. Setelah operasi bising usus biasanya belum
terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua
bising masih lemah dan pada hari ketiga sudah aktif. Gejala kembung
dan nyeri akibat inkoordinasi gerak usus dapat menjadi gangguan yang
menyusahkan pada hari kedua dan ketiga post-op sering pemberian
supositoria rectal akan diikuti dengan defikasi, jika gagal pemberian
anema dapat meringankan keluhan pasien.
f. Ambulasi
Pada sebagian kasus pada hari pertama setelah operasi, pasien dengan
bantuan perawat dapat bangunan dari tempat tidur sebentar-sebentar,
sekurang-kurangnya dua kali. Ambulasi dapat ditentukan waktunya
sehingga preparat analgesic yang diberikan dapat mengurangi rasa
nyeri. Pada hari kedua pasien dapat berjalan ke kamar mandi dengan
bantuan.
g. Perawatan luka
Luka insisi diinspeksi setiap hari, secara normal jahitan kulit diangkat
pada hari keempat setelah operasi. Paling pada hari ketiga post partum
pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
(Obstetri Willianms, 1999:528:529)

2.2.8 Nasihat Pasca Operasi
-

Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun, dengan
memakai kontrasepsi.

-

Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik

-

Dianjurkan untuk brsalin di rumah sakit yang besar

-

Apakah persalinan yang berkut harus dengan sectio caesarea
bergantung dari indikasi sectio caesarea dan keadaan pada kehamilan
berikutnya.

2.3 Kontrasepsi IUD
2.3.1

Pengertian
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim
yang bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik yang dililiti
tembaga atau Cu.
(Affandi, 2011:MK-80)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim
yang bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada
yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit
dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang
batangnya berisi hormon progesterone.
(Marjati, 2011)

2.3.2

Mekanisme Kerja IUD
Menurut Mochtar, 2008 dalam buku Sinopsis Obstetri : hal 109-111,
mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa
mekanisme kerja IUD yang telah dianjurkan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum
uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambat implantasi.
3. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium
oleh sel-sel makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak
atau tidak dapat bernidasi.
4. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi
progesteron) yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium
yang berakibat menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks
yang menghalangi gerak sperma.

5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel
sperma ke kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan
untuk melaksanakan konsepsi.
(Mochtar, 2008: 109-111)
2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas IUD
Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka yaitu berapa lama IUD tetap
tinggal di utera tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan, dan
pengangkatan atau pengeluaran karena alasan medis atau pribadi.
a.

Efektifitas dari macam-macam IUD tergantung pada IUD
nya :
Jenis, ukuran, besar dan luasnya permukaan IUD, untuk IUD
medisionalis bergntung pada luasnya permukaan bahan bioaktif yang

dikandung dan lama pemakaian.
b.
Akseptor :
Umur, paritas, ketaatan dan keteraturan kontrol dan frekuensi
senggama, personal hygiene. Dari faktor-faktor yang berhubungan
dengan akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui :
1. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi
danpengangkatan atau pengeluaran IUD.
2. Makin muda usia terutama pada multigravida, maka tinggi angka
ekspulsi dan pengangkutan atau pengeluaran IUD.
Maka efektifitas IUD tergantung pada variabel administratif pasien
dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang,
kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk
mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk
mendapatkan pertolongan medis.
(Hartanto, 2003:200-212)
2.3.4

Keuntungan dan Kerugian IUD
a. Keuntungannya :
1.
2.
3.

Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %
IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A dan

4.
5.
6.

tidak perlu diganti).
Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.

b.

7.

Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD

8.
9.

(CuT.380A)
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus

10.

(apabila tidak terjadi infeksi)
Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

Kerugiannya :
1.
2.

Resiko penyakit radang panggul meningkat.
Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selam beberapa bulan

3.
4.

pertama pada berbagai pemakai IUD.
Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan

5.
2.3.5

mengganggu hubungan sseksual pada sebagian pemakai.
Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.
(Affandi, 2012:MK-81)

Indikasi pemasangan IUD
Pemasangan IUD untuk bertujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada
wanita yang :
1) Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2) Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3) Ukuran rahim tidak kurang dari 15 cm.
4) Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5) Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan
kehamilan.
6) Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal
7)
8)

(mengidap penyakit jantung, hipertensi, hati).
Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
Tidak ada kontra indikasi.
(Manuaba, 2009)

2.3.6

Kontra Indikasi Pemasangan IUD
a.
b.
c.
d.
e.

Diketahui dan curiga hamil.
Infeksi panggul (pelvis)
Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.
Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip

endometrium)
f. Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
g. Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.
(Manuaba, 2009)
2.3.7

Waktu Pemasangan IUD
a.

Sedang Haid
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena kanalis servikalis agak
melebar dan kemumgkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan
sakit kurang dan perdarahan idak begitu banyak

b.

Pasca Persalinan
Pemasangan dini yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari
rumah sakit.
 Pemasangan langsung yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu


dipulangkan.
Pemasangan tidak langsung yaitu pemasangan setelah lebih dari 3

bulan pasca persalinan atau keguguran.
c.
Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu ibu pulang dari
rumah sakit.
d.
Masalah Interval
Yaitu antara dua haid bila dipasang setelah masa ovulasi, harus
dipastikan wanita tidak hamil atau mereka telah memakai cara-cara
lain mencegah (kondom, sistem kalender, dan sebagainya).
e.

Sewaktu Seksio Sesaria
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah
beku dari kavum uteri, kemudian IUD dipasangkan pada bagian
fundus.
(Manuaba, 2009)

2.3.8

Hal-Hal yang Harus Diketahui oleh Akseptor KB IUD
a. Cara memeriksa sendiri benang IUD pada bulan-bulan pertama post
insersi dan setiap selesai haid. Caranya:
1. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian duduk dengan posisi
jongkok
2. Memasukkan jari telunjuk atau jari tengah kedalam liang
senggama sampai menjangkau rahim.
3. Raba adanya benang berarti IUD ada pada posisi yang benar dan
jangan ditarik.
b. Setelah pemasangan IUD boleh melakukan aktifitas seperti biasa dan
boleh melakukan hubungan suami istri setelah 3 hari pemasangan.
c. Efek samping yang terjadi misalnya perdarahan bertambah banyak
d.

atau lama, rasa sakit atau kram.
Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD, yaitu terlambat haid,
perdarahan abnormal, myeri abdomen, disparenmia, vaginal discarge
abnormal, merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba
tambah panjang, ujung IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak
teraba.

e.

Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem

f.

sexual) beritahu dokter bahwa metode KB yang dipakai IUD.
Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil kembali setelah IUD
dilepas dan gunakan kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk
mencegah hubungan ektopik.

g.
h.

IUD tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan
penyakit sexual lainnya dan bagian perut tidak boleh dipijat.
Bila suami merasa nyeri saat berhubungan

intim

kemungkinan disebabkan oleh benang yang terlalu panjang atau
i.

pendek, segera kontrol.
Boleh dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada
komplikasi berat meskipun daya kerjanya belum habis.

2.4

PROM (Prematur Rupture of Membranes) atau KPD (Ketuban Pecah Dini)
2.4.1 Pengertian KPD


Ketuban Pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tandatanda persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum dimulainya tanda
persalinan.
(Manuaba, 1998 : 229)



Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu
bila pembukaan kurang dari 3 cm pada primi dan pada multi para
kurang dari 5 cm.
(Mochtar, 1998 : 229)



Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air-air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu dan terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung.
(Panduan Praktis Yankes Maternal dan Neonatal, 2002 : 111-112).



Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda persalinan.
(FKUI, 1999 : 310)

2.4.2

Etiologi KPD
Penyebab Ketuban Pecah Dini antara lain :
1. Servic Inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan yang ganda hiramnion.
3. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempatan panggul : perut gantung, bagian terendah
janin belum masuk PAP, sefalopelvic disproporsi.
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah.

(Manuaba, 1998 : 229)
2.4.3

Mekanisme Terjadinya KPD


Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.



Bila terjadi pembukaan service maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

(Manuaba, 1998 : 229)
2.4.4

Patofisiologi
1. Karloamnionitis, menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh.
2. Inkompetensi servic yakni kanalis servikalis yang terlalu terbuka oleh
karena kelainan pada service uteri.
3. Trauma yang menyebabkan tekanan intrauteri mendadak meningkat.
(Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kebidanan dan Penyakit
kandungan, 1993 : 73).

2.4.5

Diagnosis
1. Keluar air warna putih keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan,
sedikit-sedikit atau banyak.
2. Bila terjadi infeksi dapat disertai demam (suhu 38°C/lebih) air
ketuban bau dan keruh, lekosit darah > 15.000 /m3.
3. Pada pemeriksaan dalam, selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.
4. Inspekula : tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban sudah tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
5. Janin mudah diraba.
(Kapita Selekta Kedokteran I, 2000 : 310).

2.4.6

Pemeriksaan Penunjang
1. Tes lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa)
menunjukkan adanya air ketuban.
2. Tes pakis yaitu meneteskan cairan ketuban pada obyek glass dan
dibiarkan kering. Pada pemeriksaan mikroskopik yang akan
menunjukkan kristal cairan amnion dan menunjukkan gambar pakis.
3. USG : menentukan usia kehamilan dan indeks cairan amnion yang
berkurang.
4. Amniosentesis.
(Kapita Selekta Kedokteran I, 2000 : 313).

2.4.7

Komplikasi
1. Infeksi
2. Partus Preterm
3. Prolaps tali pusat
4. Distosia (partus kering)
(FKUI, 1999 : 313)

2.4.8

Penanganan
a.Konservatif
1. Rawat di rumah sakit
2. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg eritromisin bila tidak
tahan ampsilin) dan Metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika UK < 32 – 37 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika UK 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi tes busa
negatif : beri Dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan
fokolitik (salbutamol), dexametason dan induksi setelah 24 jam.
6. Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, ada infeksi, beri antibiotic
dan lakukan induksi sesudah 24 jam.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine).
8. Pada UK 32 -34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin,dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis Betamethason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
Dexamethason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat pula diberikan Misoprostol 50 mg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri :
a. Bila skor pelvic < 5, lakukan Pematangan service, kemudian
induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC.
b. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam

c. Antibiotik Setelah Persalinan
1. Profilaktis: stop antibiotika
2. Infeksi: lanjutan untuk 24-48 jam setelah bebas panas
3. Tidak ada infeksi : tidak perlu antibiotika.
(Winkjosastro, 2002 : 219 – 220).
2.5 Fetal Compromise
Fetal compromised merupakan suatu tanda bahwa janin akan jatuh ke
dalam fetal distress. Pada pemeriksaan kardiotografi (CTG) dapat ditemukan
gambaran fetal compromised, di mana hal ini merupakan suatu mekanisme
kompensasi janin terhadapa hipoksia yang kronis yang pada gambaran CTG
dapat ditemukan gambaran takikardia disertai penurunan variabilitas yang <5 dan
disertai atau tidak deselerasi dini maupun akselerasi. Hal ini merupakan suatu
tanda adanya janin akan jatuh pada keadaan fetal distress, sehingga diupayakan
dilakukan

resusitasi

intrauterine

yang

optimal.

Morisson

E

(2001)

merekomendasikan waktu 1-2 jam untuk melakukannya, bila tidak ada
perubahan atau terjadi late deselerasi maka segera dilakukan seksio sesaria.
Kehamilan Fetal Compromise dibagi dua :
1.

Akut
Penyebab fetal compromise termasuk (penurunan aliran darah
uterus, hipotensi, syok), penurunan oksigenasi (hipoksia, hiperkapmia)
dan uterus hipertoni (kontraksi tetani, abruption plasenta, penggunaan
oksitosin) kelainan plasenta dan tali pusat termasuk plasenta previa,
kompresi tali pusat insufisiensi plasenta. Takikardi, variabilitas yang
kurang deselerasi lambat bersama-sama menandakan adanya fetal
compromised.
Fetal compromised akut dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Kemungkinan compromised (Possible compromised)
Akselerasi transien dari DJJ yang dihubungkan dengan kontraksi
uterus, yang mengindikasikan adanya oklusi vena ringan atau
gambaran hiperkapnia ringan dan hipoksia.

Hubungan antara

deselerasi variabel DJJ dengan kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan tekanan pembuluh darah yang lebih berat. Biasanya
terdapat gerak janin yang berlebihan dan peningkatan pH darah.
b. Kemungkinan fetal compromised (Probable fetal compromised)

Menghilangnya DJJ untuk beberapa waktu yang dihubungkan
dengan banyak faktor (contoh: imaturitas janin, efek dari obat-obatan)
yang tidak mengindikasikan adanya fetal compromised. Namun,
hilangnya DJJ dalam waktu yang singkat disebabkan oleh adanya lesi
pada sistem saraf pusat yang mengkontrol jantung.
Pemanjangan atau meningkatnya variable deselerasi yang lebih
berat dengan tanda-tanda lain. Deselerasi lambat DJJ dapat
berhubungan dengan akselerasi ataupun berdiri sendiri, hal ini sangat
penting karena merupakan petanda bagi ketidak mampuan plasenta
yang

berhubunagn

dengan

kegagalan

metabolisme

janin

(uteroplasental insufisiensi). p.H. darah antara 7.10-7.24 dan
munculnya pergerakan janin yang tidak normal.
Keadaan Fetal compromised akibat keadaan ibu antara lain:
penurunan aliran darah uterus (hipotensi, syok, miokard infark akut),
penurunan kadar oksigen pada darah (hipoksia-hiperkapnea) dan
hipertonik uterus (penggunaan oksitosin, tetania uteri, abtrusio
plasenta). Gangguan plasenta dan pembuluh darah seperti: plasenta
previa, tekanan pembuluh darah (knots, prolaps atau pemelaran),
ruptur plasenta previa, penyerapan air ketuban oleh plasental yang
buruk yang dipergunakan untuk mempersiapkan kelahiran (pada hamil
posterm, dan usia palsenta muda).
c. Pasti fetal compromised (Certain fetal compromised)
Pada janin dengan keadaan Certain fetal compromised
didapatkan takikardi, hilangnya denyut jantung janin dan munculnya
deselerasi

lambat

denyut

jantung

janin.

Fetal

compromised

diperkirakan muncul pada keadaan kontraksi uterus namun pola DJJ
irreguler.
Fetal compromised muncul pada keadaan deselerasi lambat
menetap selama 30 menit atau lebih. PH darah janin kurang atau sama
dengan.
2.

Kronik
Akibat berkurangnya sirkulasi plasenta, plasenta abnormal, atau
defisiensi metabolism janin. Penurunan sirkulasi plasenta mungkin
disebabkan kondisi ibu: vaskuler abnormal, hipertensi, preeklamsi atau
eklamsi, DM.
Pada fase awal di mana tingkat hipoksia belum sampai
menyebabkan hipoksia otak dan tubuh masih mampu mengadakan

kompensasi untuk mempertahankan sirkulasi otak variabilitas DJJ
biasanya masih ada walau sedikit. Bila keadaan hipoksia makin berat
atau berlangsung lebih lama maka jaringan otak akan mengalami
hipoksia dan otot jantung pun mengalami depresi oleh karena hipoksia,
akibatnya variabilitas DJJ akan menurun dan akhirnya menghilang
sebelum janin akhirnya mati dalam rahim.
Manajemen fetal compromise
1. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum
a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat.
b. Perbaiki aliran darah uteroplasental.
c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
terminasi kehamilan merupakan indikasi. Rencana kelahiran
didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat
obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Langkah-langkah khusus :
a.

Posisi ibu diubah dari posisi terlentang menjadi miring, sebagai
usaha untuk memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan
aliran darah uteroplasental. Perubahan dalam posisi juga dapat
membebaskan kompresi tali pusat.

b.

Oksigen diberikan 6 liter/menit, sebagai usaha meningkatkan
penggantian oksigen fetomaternal.

c.

Oksitosin dihentikan karena kontraksi uterus akan mengganggu
sirkulasi darah ke ruang intervilli .

d.

Hipotensi dikoreksi dengan infus IV D5% dalam RL. Transfusi
darah dapat diindikasikan pada syok hemorragik.

e.

Menyeimbangkan kadar asam basa dalam tubuh

f.

Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalana persalinan. Elevasi kepala janin secara
lembut dapat merupakan suatu prosedur yang bermanfaat.

2.6 Konsep Manajemen Kebidanan (Varney)
Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam pelayanan pada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah dalam bidang
kesehatan selama masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
1.

PENGKAJIAN

Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif
maupun data obyektif disertai hari/ tanggal dan jam pada saat dilakukan
pengkajian, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomer
register.
Data Obyektif
1. Biodata
Nama

: untuk mengetahui identitas pasien agar tidak keliru
dengan penderita-penderita lain serta untuk menjaga
keakraban.

Umur

: untuk mengetahui apakah pasien termasuk resiko
tinggi

Agama

: untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama
yang dianutnya dan mengenali hal-hal yang berkaitan
dengan masalah asuhan yang diberikan.

Suku

: untuk mengetahui dari suku mana ibu berasal dan
menentukan cara pendekatan serta pemberian asuhan

Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar
dalam memberikan asuhan
Pekerjaan

: untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial
ekonomi penderita dan mengetahui pola kebiasaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan klien.

Alamat

: untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai
apakah lingkungan cukup aman bagi kesehatannya
serta

untuk

memudahkan

dalam

melakukan

kunjungan rumah.
2.

Alasan Masuk Rumah Sakit
Apa alasan ibu sehingga datang untuk memeriksa diri.

3.

Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan yang dirasakan ibu pasca operasi yaitu
nyeri luka operasi.

4.

Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu
sebelumnya apakah ibu pernah menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti : jantung,
darah tinggi, ginjal, kencing manis; juga pernahkah ibu menderita

kanker ataupun tumor, serta untuk mengetahui apakah ibu pernah
dirawat di rumah sakit atau tidak.
5.

Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan
seperti : jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis; juga apakah
ibu sedang menderita kanker ataupun tumor.

6.

Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
- anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti TBC, hepatitis
- penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa, asma
-

riwayat

kehamilan

kembar.

Faktor

yang

meningkatkan

kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur
wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada ibu. (Manuaba, 2000 :265)
7.

Riwayat Haid
Ditanyakan mengenai :
- Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi
pada usia pubertas, yaitu sekitar 12 – 16 tahun
-

Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang
normal / dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini
bisa maju sampai 3 hari atau mundur sampai 3 hari. Panjang
siklus haid yang biasa pada manusia adalah 25 – 32 hari.

- Lamanya haid, biasanya antara 2 – 5 hari, ada yang 1- 2 hari
diikuti darah sedikit – sedikit dan ada yang sampai 7 – 8 hari.
Pada wanita biasanya lama haid ini tetap.
- Banyaknya darah yang keluar dan konsistensinya encer
- Warna darah pada hari-hari pertama yaitu merah segar, kemudian
menjadi kecoklatan dan darh berhenti
- Bau darh biasanya amis
- Keputihan biasanya terjadi pada saat menjelang menstruasi dan
warnanya putih kekuningan, bau anyir, dan terasa gatal.
- Dysminore dapat terjadi pada saat menjelang menstruasi, atau
pada saat menstruasi, dan pada saat setelah menstruasi.

- Hari pertama haid terakhir ditanyakan untuk mengetahui usia
kehamilan dan tafsiran persalinan.( Winkjosastro, 2007 :103)
8.

Riwayat perkawinan
Ditanyakan tentang :
Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali menikah
- Jika lama menikah ≥ 4 tahun tetapi belum hamil bisa
menyebabkan

masalah

pada

kehamilannya

(preeklampsia),

persalinan tidak lancar, atau telah terjadi infertil
- Lama menikah ≤ 2 tahun, sudah punya lebih dari 1 anak,
bahayanya perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih
lemah, bayi prematur, BBLR
- Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko kesulitan waktu
melahirkan
- Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi,
preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar/ macet,
perdarahan setelah bayi lahir, BBLR
9.

Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas Yang lalu
-

Ditanyakan pada ibu yang pernah hamil
Apakah kehamilan yang lalu normal atau pernah mengalami
kelamaan hingga melahirkan.

-

Ditanyakan melahirkan
Apakah persalinan lancar, ada penyakit atau tidak

-

Ditanyakan keadaa nifas yang lalu
Apakah normal atau ada kelainan

10. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Sekarang
a. Kehamilan
Ditanyakan pada ibu ini kehamilan ke berapa, keluhan ibu pada
saat hamil ini, periksa ke mana dan sudah berapa kali periksa,
mendapat obat apa saja setelah periksa.
b. Persalinan
Ditanyakan pada ibu melahirkan dimana, ditolong siapa,
bagaimana caranya serta penylit yang dialami Sewaktu ibu
melahirkan, kemudian ditanyakan tentang jenis kelamin, berat
badan, panjang badan bayi yang dilahirkannya.
c. Nifas

Ditanyakan pada ibu mengeluarkan darah yang bagaimana,
seberapa banyak, kontraksi uterus baik atau tidak (bila kontraksi
baik, uterus bulat dan mengeras). ASI sudah keluar apa belum,
ada luka jahitan atau tidak.
11. Riwayat KB
Untuk mengetahui kontrasepsi yang digunakan ibu sebelum hamil
jenisnya dan berapa lama.
12. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Nutrisi
Nutrisi yang diperlukan ibu nifas adalah:
- Mengkonsumsi tambahan kalori 500 mg / hari
- Makan dengan diet berimbang mudah dicerna
- Minum 3 liter per hari
- Fe selama 40 hari pasca salin
- Minum kapsul vitamin A (200.000)
(http://www.siaksoft.net 2008)
b. Aktifitas
Karena lelah sehabis melahirkan ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh
menggerakkan kaki miring ke kanan/miring ke kiri, duduk, turun
dari tempat tidur secepatnya dilakukan sesuai kondisi ibu. Hal ini
dilakukan

untuk

mencegah

terjadinya

trombosis

dan

tromboemboli.
(http://www.siaksoft.net 2008)
c. Personal Hygiene
Pada ibu nifas sebaiknya:
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
- Anjurkan cara membersihkan vulva
- Ganti pembalut 2 kali sehari
- Cuci tangan sesudah dan sebelum cebok
- Bila ada luka laserasi / epis. Sarankan pada ibu untuk tidak
menyentuh luka.
(http://www.siaksoft.net 2008)
d. Istirahat
Pada masa nifas, sebaiknya ibu:
- Anjurkan untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
berlebihan.

- Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan dengan baik
karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan
kesehatan

jasmani

dan

rohani

untuk

kepentingan

pertumbuhan dan perkembangan janin.
(Manuaba, 2000:140)
- Kembali melakukan kegiatan rumah tangga, tidur siang atau
beristirahat pada saat bayi tidur.
- Bila kurang istirahat dapat menyebabkan :
- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi
- Depresi.
(Saifuddin. N-25. 2002)
e. Eliminasi
Buang air kecil secepatnya dapat dilakukan sendiri.
Kadang-kadang

wanita

mengalami

sulit

kencing,

yang

disebabkan sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena
adanya

oedema

kandung

kencing,

sebaiknya

dilakukan

kateterisasi.
Buang air besar harus ada dalam 3-4 hari postpartum. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi, apalagi berak
keras dapat diberikan obat laksasif peroral atau per-rektal. Jika
masih belum bisa dilakukan klisma.
(http://www.siaksoft.net 2008)
13. Riwayat Psikososial dan Budaya
a. Psikologis
Apa kehamilan ini diharapkan atau tidak
b. Sosial
Apakah hubungan ibu dengan suami, keluarga serta petugas
kesehatan baik atau tidak.
c. Budaya
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang merugikan
termasuk pantang makanan, minum jamu dan kebiasaan berobat
jika sakit.
14. Data Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap ibu terhadap agama yang
diyakininya.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum

: baik / cukup / lemah

Kesadaran

: composmentis / somnolen / koma

Tekanan darah

: normal (100/60 – 130/90 mmHg)

Nadi

: normal (60 – 90 x/menit)

Suhu

: normal (36,5 – 37,5 0c)

Pernafasan

: normal (16 – 24 x/menit)

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala

:

bersih/tidak,

hitam/tidak,

tampak

benjolan

abnormal/ tidak, ada lesi/tidak
Wajah

:

pucat/tidak, tampak cloasma gravidarum / tidak,
oedem/tidak.

Mata

:

sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat.
Konjungtiva normal warna merah muda, bila
pucat menandakan anemia. Sklera berwarna
putih,

bila

hepatitis,

kuning
bila

menandakan

merah

terinfeksi

kemungkinan

ada

conjungtivitis.
Telinga

:

ada secret/tidak, pendengaran baik/tidak

Hidung

:

simetris/tidak, bersih/tidak, ada serumen /tidak

Mulut

:

bibir tidak pucat, kering, tidak ada stomatitis,
lidah bersih, gigi tidak berlubang dan tidak ada
caries pada gigi.
Dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan
gingivitis yang mengandung pembuluh darah
dan mudah berdarah, maka perlu perawatan
mulut

agar

terlihat

bersih.

(Winkjosastro,2007:405)
Adanya caries gigi yang menandakan ibu
kekurangan kalsium. Saat hamil sering terjadi
caries

yang

berkaitan

dengan

emesis,

hiperemsisi gravidarum. Adanya kerusakan gigi
dapat menjadi sumber infeksi.

(Manuaba, 2000:140)
Leher

:

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran

kelenjar

limfe,

tidak

ada

pembesaran vena jugularis
- Bila

terdapat

pembesaran

kelenjar

limfe

mungkin disebabkan oleh berbagai penyakit ,
misalnya peradangan akut / kronis di kepala,
osofaring, kulit kepala / daerah leher, selain itu
kemungkinan terjadi TBC, sifilis.
( Robert Priharjo,2000: 62)
- Bila terdapat pembendungan vena jugularis,
menandaklan adanya kelainan cardiovaskuler,
kemungkinan besar ibu mengidap penyakit
jantung
Dada

:

payudara simetris/tidak, hiperpigmentasi areola
mammae/tidak, putting susu

menonjol /

datar/masuk, nafas teratur/tidak, sesak/tidak
Abdomen

:

pada ibu nifas hari pertama, masih terlihat
sedikit membesar yaitu dibawah pusat, tampak
luka bekas operasi tertutup kasa steril dan bersih

Genetalia

:

varises/tidak, oedem/tidak, terpasang dower /
tidak, tampak pengeluaran lochea rubra, tampak
terpasang dower kateter.

Esktremitas :
atas

: simetris/tidak, oedema/tidak, terpasang infus RL
20 tetes/menit

bawah

: simetris/tidak, oedema/tidak, varises/tidak

b. Palpasi
Kepala

:

teraba benjolan abnormal / tidak

Leher

:

teraba

pembesaran

kelenjar

tyroid,

vena

jugularis dan kelenjar limfe/tidak
Dada

:

teraba

benjoan

abnormal/tidak,

ada

nyeri

tekan/tidak, colostrum keluar/tidak
Abdomen

:

TFU berapa, kontraksi uterus baik, ada nyeri
tekan disamping kanan dan kiri luka operasi

Ekstremitas :
atas

:

oedema/tidak

bawah

:

oedema/tidak, varises/tidak

:

terdengar suara wheezing maupun ronchi/tidak

c. Auskultasi
Dada
d. Perkusi
Reflek patella
II.

: +/-

IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH
Dx : Ny. “

“P

Ab

Post Sectio Caersarea Hari...atas indikasi...

Ds : Data yang diperoleh melalui anamnesa
Do : Keadaan umum

: baik/cukup / lemah

Kesadaran

: composmentis / somnolen / koma

Tekanan darah

: normal (100/60 – 130/90 mmHg)

Nadi

: normal (60 – 90 x/menit)

Suhu

: normal (36,5 – 37,5 0c)

Pernafasan

: normal (16 – 24 x/menit)

Abdomen

: TFU berupa, kontraksi uterus baik, ada nyeri tekan
disamping kanan dan kiri luka operasi, tampak ada
luka bekas operasi tertutup kasa steril dan bersih

Genetalia

: tampak pengeluaran lochea rubra, tampak terpasang
dower kateter

Masalah : Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan nyeri pada luka
operasi.
Ds

:-

Do

:-

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Masalah potensial yang mungkin terjadi antara lain:
Infeksi nifas dan infeksi luka operasi

IV.IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Menentukan tindakan yang akan segera dilakukan berdasarkan pada masalah
potensial yang terjadi (kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan
lainnya)

V. INTERVENSI
Dx

: Ny. “……” P….. Ab….. Post Sectio Caesarea Hari ….. atas
indikasi...

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu dapat
menjalani masa nifas secara normal tanpa komplikasi
Kriteria hasil :
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmentis

Tekanan darah

: normal

(100/60 130/90 mmHg)

Suhu

: normal

(36,5 – 37,5 oc)

Nadi

: normal

(60 – 90 x/menit)

Pernafasan

: normal

(16 – 24 x/menit)

TFU setelah plasenta lahir 2 jari di bawah pusat kemudian bertahap
menurun 1 jari per hari.
1 minggu

: pertengahan sympisis pusat

2 minggu

: teraba di atas sympisis

6 minggu

: bertambah kecil

8 minggu

: sebesar normal

Kontraksi uterus baik / keras
Pengeluaran lochea normal:
a. Lochea rubra

: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa,
lanuga dan mekanneum selama 2 hari post
partum.

b.

Lochea saguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan
lender hari ke 3-7 post partum

c. Lochea serosa

: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7 – 14 post partum

d. Lochea alba

: cairan putih terjadi setelah 2 minggu

Proses laktasi berjalan dengan baik:
-

Ibu dapat segera meneteki

-

Tidak ada pembengkakan

-

Pengeluaran ASI cukup

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu

R/ melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga dapat
membina rasa saling percaya antara ibu dan keluarga serta petugas
kesehatan sehingga hasil yang diperoleh maksimal.
2. Jelaskan pada ibu tentang keadaan dirinya
R/ ibu akan mengerti dan pengetahuan akan bertambah
3. Lakukan observasi tanda-tanda vital
R/ tanda-tanda vital merupakan parameter bagi tubuh kita jika terdapat
suatu kelainan pada tubu kita.
4. Lakukan observasi TFU, kontraksi uterus, pengeluaran lochea
R/ untuk mengevaluasi atau melihat apakah ada perdarahan atau tidak.
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap
R/ dengan mobilisasi otot-otot dapat diperkuat termasuk otot uterus
sehingga proses involusi dan pengeluaran lochea berjalan lancar
dan normal.
6. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup
R/ menurunkan laju metabolisme dan memungkinkan nutrisi dan
oksigen digunakan untuk proses pemulihan.
7. Anjurkan ibu untuk diit IKTP dan berikan diit secara bertahap
R/ protein membantu meningkatkan penyembuhan regenrasi jaringan
baru, zat besi perlu untuk sintesis haemoglubin, vitamin C
memfasilitas absorbsi besi dan perlu sintesis dinding-dinding sel.
Peningkatan cairan membantu mencegah stasis urin dan masalahmasalah urin.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
R/ pemberian terapi yang tepat akan mempercepat penyembuhan
Masalah

: gangguan rasa nyaman sehubungan dengan nyeri pada luka
operasi

Tujuan

: Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu post operasi
diharapkan nyeri pada ibu berkurang.

Kriteria hasil:
Keadaan umum : baik
Kesadaran

: composmentis

Tekanan darah : normal (100/60 – 130/90 mmHg)
Suhu

: normal (36,5 – 37,5 oc)

Nadi

: normal (60 – 90 x/menit)

Pernafasan

: normal (16 – 24x/menit)

Nyeri luka operasi berkurang
Ibu dapat beradaptasi terhadap nyerinya.
Intervensi:
1. Jelaskan penyebab nyeri pada ibu
R/ dengan penjelasan yang diberikan, ibu mengerti dan tidak khawatir
dengan keadaannya.
2. Ajarkan ibu teknik relaksasi
R/ menurunkan tegangan dan mengurangi rasa sakit
3. Anjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap
R/ mobilisasi dapat memperlancar sirkulasi oksigen dari jaringan tubuh
sehingga mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa nyeri.

Masalah potensial

: potensial terjadi infeksi nifas dan infeksi luka
operasi

Tujuan

: setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan
infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil:
Keadaan umum : baik
Kesadaran

: composmentis

Tekanan darah : normal (100/60 – 130/90 mmHg)
Suhu

: normal (36,5 – 37,5 oc)

Nadi

: normal (60 – 90 x/menit)

Pernafasan

: normal (16 – 24x/menit)

Luka operasi

: bersih, tidah ada pus, tidak merah, luka dapat cepat
kering

TFU Normal
Kontraksi uterus baik dan teraba keras
Intervensi :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ mencuci tangan dapat membunuh kuman sehingga akan mencegah
terjadinya infeksi.
2. Bantu ibu menjaga personal hygiene terutama daerah perineum dan
luka operasi.
R/ perawatan perineum dan luka oprasi yang benar dapat mencegah
terjadinya infeksi.

3. Observasi TTV dan tanda-tanda infeksi
R/ mengantisipasi terjadinya infeksi
VI.IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi dan kondisi klien
VII. EVALUASI
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari asuhan
yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close