Melanoma Maligna

Published on January 2017 | Categories: Documents | Downloads: 62 | Comments: 0 | Views: 454
of 23
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content


BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 31/12/1942
Umur : 71 tahun
RM : 681115
MRS : 09/10/2014

B. ANAMNESIS
 Keluhan Utama
Luka pada leher kiri
 Riwayat Perjalanan Penyakit
Dialami sejak 10 tahun yang lalu sebelum masuk RS. Wahidin Sudirohusodo.
Awalnya terdapat tahi lalat besar pada leher kiri yang kemudian tergores 10 tahun lalu
dan menyebabkan luka kecil. Luka kemudian makin lama makin melebar, dan sulit
sembuh walaupun telah diobati. nyeri (-), mual(-), muntah (-), demam (-)
BAB: Biasa,warna kuning.
BAK: lancar, kuning
 Riwayat Penyakit Terdahulu atau lainnya
- Riwayat trauma tidak ada
- Riwayat penyakit kuning tidak ada
- Riwayat ibu konsumsi obat-obatan selama hamil tidak ada
- Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Status Generalis
Sakit sedang/Gizi Cukup/Composmentis

Status Vitalis
Nadi : 112 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu : 36, 6
o
C

Kepala
Konjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterus (-)
Bibir : tidak ada sianosis
Gusi : perdarahan (-)

Mata
pupil bulat, isokor, θ2,5mm/2,5mm, RC +/+

`Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), fremitus raba kiri=kanan
Perkusi : sonor kiri=kanan
Auskultasi : Bunyi pernapasan bronkovesikuler kiri=kanan
Bunyi tambahan: ronkhi -/- Wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis (S)
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1/S2 reguler,murmur (-)

 Status Lokalis
Bibir Atas
Inspeksi : tampak celah pada bibir atas, edem (-),
hematom (-)
Palpasi :nyeri tekan tidak ada

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium

NO. Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1. WBC 13,6 4,00-10,0
2. RBC 5,02 4,00-6,00
3. HGB 13,3 12,0-16,0
4. HCT 37,9 37,0-48,0
5. PLT 422 150-400
6. Ureum 11 10-50
7. Kreatinin 0.3 L(<1,3); P(<1,1)
8. GOT 42 < 38
9. GPT 20 < 41
10. Protein total 8.1 6,6-8,7
11. Albumin 4.4 3,5-5,0
12. GDS 97 140
13. CT 6”00 4-10
14. BT 2”00 1-7
15. Na 138 136-145
16. K 4.4 3,5-5,1
17. Cl 106 97-111
18. PT 12.2 control 13.0 10-14
19. APTT 29.7 control 26.1 22,0-30,0
20. Anti HCV Non reactiv nonreactive

E. RESUME
Seorang anak perempuan, 5 bulan masuk Rumah Sakit dengan keluhan terdapat celah
pada bibir bagian atas sampai pada hidung. Celah tersebut didapatkan sejak lahir. Nyeri tidak
ada. Demam (-), mual (-), muntah (-). Dari pemeriksaan fisik, pasien sakit sedang, gizi baik
dan composmentis. Tanda vital dalam batas normal. Pada inspeksi tampak celah pada bibir
atas hingga palatum. Edem (-), hematom (-). Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Kesan: Labiochisis.

F. DIAGNOSIS KERJA
Labiochisis

G. PENATALAKSANAAN
 Labioplasty (POH 4)







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan
Cleft lip atau labioschisis adalah suatu kelainan bawaan berupa celah pada bibir atas
di antara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat komplit dan inkomplit.Celah pada satu sisi
disebut labioschisis unilateral dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis
bilateral. Kelainan ini terjadi karena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama
yang menyebabkan tergangguanya proses tumbuh kembang janin.
1,2

Permasalahan pada penderita celah pada bibir dan langit-langit sudah muncul sejak
penderita lahir. Derita psikis yang dialami pula oleh penderita setelah menyadari dirinya
berbeda dengan yang lain. Secara fisik adanya celah akan membuat kesukaran minum karena
adanya daya hisap yang kurang. Se1ain itu terjadi permasalahan dalam segi estetik/kosmetik,
perkembangan gigi yang tidak sempurna serta gangguan pertumbuhan rahang dan gangguan
bicara berupa suara sengau. Penyulit yang juga mungkin terjadi pada penderita celah bibir
adalah infeksi pada telinga tengah hingga gangguan pendengaran.
1
Pada orang kulit putih, cleft lip dengan atau tanpa cleft palate ditemukan sekitar 1 dari
1000 kelahiran hidup, dua kali lebih banyak di banding populasi di Asia dan setengah dari
populasi di Amerika. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita,
juga dikatakan bahwa kelainan ini lebih banyak ditemukan pada sisi wajah sebelah kiri
daripada sebelah kanan.
3,4,5,6

Secara umum, kelainan ini disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Sekitar 33- 36 % dari kasus yang ditemukan menunjukkan riwayat keluarga yang menderita
celah pada bibir berisiko menderita kelainan yang sama. Cleft lip dengan atau palate
dikaitkan dengan lebih dari 150 sindrom, sindrom yang paling umum adalah Van der
Woude. Sedangkan faktor lingkungan antara lain infeksi virus misalnya Rubella, penggunaan
obat-obat teratogenik selama trimester pertama kehamilan seperti steroid dan antikonvulsan,
penyalahgunaan alkohol, kebiasaaan merokok saat hamil, serta kekurangan nutrisi saat hamil
khususnya asam folat.
3,4,5,6

II. Anatomi
Anatomi bibir dan hidung merupakan hal yang penting dalam memahami kelainan
yang disebabkan oleh celah facial. Elemen yang terdapat pada bibir normal terdiri dari
philtrum sentral, sebelah lateral dibatasi oleh collum philtral dan sebelah inferior dibatasi
oleh tuberkel dan cupid bow. Cupid bow merupakan bagian tengah dari bibir atas yang
dibentuk oleh philtrum groove dan collum philtral yang kedalamannya berbeda untuk tiap
individu, sedangkan tuberkel adalah bagian tengah vermillion yang menonjol. Pertemuan
antara vermillion dan kulit merupakan jembatan mukokutaneus yang biasa disebut white roll.
Dua cuping hidung dipisahkan oleh kolumella pada bagian luar dan septum pada bagian
dalam.
4,5












Gambar 1. Anatomi Bibir
Bibir bagian bawah memiliki satu unit kosmetik yaitu pada bagian mental crease yang
memisahkan bibir dengan dagu.Vermilion merupakan bagian bibir yang paling penting dari
sisi kosmetik. Lapisan sagital bibir dari luar ke dalam yaitu epidermis, dermis, jaringan
subkutaneus, m. orbicularis oris, submukosa dan mukosa. Bibir atas yang normal mempunyai
otot orbicularis oris utuh, 2 buah philthrum ridge yang sejajar dan sama panjang dengan di
tengahnya terbentuk philthrum collum. Disamping itu mempunyai cupid bow, dibagian
permukaan mempunyai vermilion yang simetris.
7

Otot primer pada bibir adalah orbicularis oris, yang memiliki dua komponen yaitu
komponen eksternal dan internal. Serabut otot internal berjalan horizontal atau
sirkumferensial yang berperan dalam proses makan. Sedangkan serabut otot eksternal
berjalan obliq dan berfungsi untuk membentuk ekspresi dan pergerakan bibir saat berbicara.

4,5
Kompetensi oris dikendalikan oleh m. orbicularis oris, dengan musculus ekspresi wajah
lainnya daerah otot ini dikenal dengan istilah modiolus.
1. Muskulus elevator terdiri dari m. levator labii superior alaeque nasi, m. levator labii
superior, m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor dan m. levator anguli oris.
2. Muskulus retraktor bibir atas disusun oleh m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor
dan m. levator anguli oris.
3. Muskulus depresor meliputi m. depresor anguli oris danm. depresor labii inferior.
Muskulus retraktor bibir bawah terdiri dari m. depresor anguli oris dan m. platysma,
sedangkan m. mentalis berfungsi untuk protrusi bibir.
8

Serabut superficial dari orbicularis menembus garis tengah dan masuk ke lateral kulit
yang berlawanan dengan philtral groove forming dari philtrum collum. Hasilnya bagian
sentral philtral collum tertekan akibat tidak adanya serabut otot yang secara langsung masuk
ke dermis pada garis tengahnya. Tuberkel bibir terbentuk oleh pars marginalis, pembagian
orbicularis sepanjang vermillion membentuk tuberkel bibir dengan terjadinya eversi dari otot,
vermillion cutaneous junction.
5,6
Pada bibir atas, levator labii superioris berperan dalam pembentukan bibir. Serabutnya
berjalan dari arah medial lingkaran infraorbita, melingkupi kebawah masuk ke daerah dekat
vermillion cutaneus junction. Hampir semua dari serabut medial elevator labii superioris ke
bawah untuk masuk ke sudut ipsilateral dari collum philtrum dan vermillion junction,
membantu untuk mempertahankan daerah terbawah collum philtrum dan puncak dari cupid
bow.
4,5



Gambar 2. Otot pada bibir
(A – m. levator labii superioris,B – m. zygomaticus minor, C - m. zygomaticus major, D - m.
risorius, E - m. depressor anguli oris, F - m. labii inferioris, G - m. orbicularis oris)

Begitu halnya dengan otot-otot nasal juga memegang peranan penting. Levator
superioris alaeque berjalan dari arah processus frontralis maxillaris dan masuk pada
permukaan mukosa pada bibir dan ala nasalis transverse berjalan sepanjang dorsum nasal dan
melingkupi sekeliling ala untuk masuk sepanjang ambang nasi dari lateral ke medial menuju
tulang nasal anterior dan puncak incisal. Kemudian seratnya bergabung dengan serabut obliq
dari orbicularis dan depressi septi, dimana berjalan dari alveolus diantara sentral dan lateral
incisors kemudian masuk ke kulit culomella selanjutnya ke puncak nasi dan lantai dasar dari
crura media.
4,5

Celah unilateral demikian mengganggu perjalaran akhir yang normal serabut otot
yang menyilang embryologic fault line dari processus nasalis dan maxillaris. Hasilnya
simetris tetapi terjadi pembentukan otot yang abnormal diantara equilibrium normal yang ada
dengan kelompok otot oral dan nasolabial. Dengan adanya premaksila yang tidak terkendali,
terbentuk deformitas dengan perbedaan pertumbuhan dari masing-masing elemen. Alar
cartilages merenggang keluar dan berputar ke arah caudal, dimana terjadi subluksasi dari
posisi yang normal. Konsekuensinya puncak nasi melebar, columella memendek serta dasar
ala nasi berputar menjauhi kepala.
4,5

Vaskularisasi berasal dari a. labialis superior dan inferior, cabang dari a.
facialis.Arteri labialis terletak antara m. orbicularis oris dan submukosa sampai zona transisi
vemlilion-mukosa.
8
Inervasi
Inervasi sensoris bibir atas berasal dari cabang n. cranialis V (n. trigeminus) dan n.
infraorbitalis.Bibir bawah mendapat inervasi sensoris dari n. mentalis. Pengetahuan inervasi
sensoris ini penting untuk melakukan tindakan blok anestesi. Inervasi motorik bibir berasal
dari n. cranialis VII (n. facialis).Ramus buccalis n.facialis menginervasi m. orbicularis oris
dan m. elevator labii. Ramus mandibularis n. facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m.
depressor labii.
8


III. Embriologi

Secara embriologik rangka dan jaringan ikat pada wajah (kecuali kulit dan otot),
termasuk palatum, berasal dari sel-sel neural crest di cranial, sel-sel inilah yang memberikan
pola pada pertumbuhan dan perkembangan wajah. Pertumbuhan facial sendiri dimulai sejak
penutupan neuropore (neural tube)pada minggu ke-4 masa kehamilan yang kemudian
dilanjutkan dengan rangkaian proses kompleks berupa migrasi, kematian sel terprogram,
adhesi dan proliferasi sel-sel neural crest.
8

Ada 3 pusat pertumbuhan facial, yaitu :
1. Sentra prosensefalik,
Bertanggung jawab atas pertumbuhan danperkembangan lobus frontal otak, tulang
frontal.dorsum nasal dan bagian tengah bibir atas, premaksila dan septum nasal (regio
fronto-nasal).
2. Rombensefalik
Membentuk bagian posterior kepala, lateral muka dan sepertiga muka bagian bawah (regio
latero posterior). Ada bagian-bagian yang mengalami tumpang tindih akibat impuls-
impuls pertumbuhan yang terjadi, disebut diacephalic borders.
3. Diasefalik
Diacephalik borders pertama yaitu sela tursika, orbita dan ala nasi, selanjutnya ke arah
filtrum; dan filtrum merupakan penanada(landmark) satu-satunya dari diacephalic borders
yang bertahan seumur hidup. Diacephalic borders kedua adalah regio spino-kaudal dan
leher.
9














Gambar 3. Embrio berusia 2 minggu dengan sentra pertumbuhan

Pembentukan bibir atas melalui rangkaian proses sebagaimana berikut. Sisi lateral
bibir atas, dibentuk oleh prominensi maksila kiri dan kanan; sisi medial (filtrum) dibentuk
oleh fusi premaksila dengan prominensi nasal. Ketiga prominensi inikemudian mengalami
kontak membentuk seluruh bibir atas yang utuh. Gangguan yang terjadi pada rangkaian
proses sebagaimana diuraikan diatas akan menyebabkan adanya celah baik pada bibir
(jaringan lunak) maupun gnatum, palatum, nasal, frontal bahkan maksila dan orbita (rangka
tulang). Berdasarkan teori ini, dikatakan bahwa bibir sumbing dan langit-langit, merupakan
suatu bentuk malformasi (aplasi-hipoplasi) yang paling ringan dari facial cleft, yang
mencerminkan gangguan pertumbuhan pada sentra prosensefalik, rombensefalik dan
diasefalik.
8
Beberapa teori yang menggambarkan terjadinya celah bibir :
1. Teori Fusi
Disebut teori klasik. Pada akhir minggu keenam dan awal minggu ketujuh masa
kehamilan, prosesus maksilaris berkembang ke arah depan menuju garis median,
mendekati prosesus nasomedialis dan kemudian bersatu. Bila terjadi kegagalan fusi antara
prosesus maksilaris dengan prosesus medialis maka celah bibir akan terjadi.
8
2. Teori Mesodermal sebagai kerangka membran brankhial
Pada minggu kedua kehamilan, membran brankhial memerlukan jaringan mesodermal
yang bermigrasi melalui puncak kepala dan kedua sisi ke arah wajah. Bila mesodermal
tidak ada maka dalam pertumbuhan embrio membran brankhial akan pecah sehingga
akan terbentuk celah bibir.
4
3. Gabungan teori fusi dan penyusupan mesodermal.
Patten pada tahun 1971, pertama kali menggabungkan kemungkinan terjadinya celah
bibir, yaitu adanya fusi prosesus maksilaris dan penggabungan kedua prosesus naso
medialis yang kelak akan membentuk bibir bagian tengah.
9,10

IV. Patofisiologi
Ketika proses perkembangan embriologi dari kepala dan leher terjadi, akan diikuti
dengan proses pembentukan celah pada wajah.
6,11
Selama minggu ketiga dan kedelapan, lima
prominences pada wajah digabungkan. Bibir kemudian berkembang antara minggu ketiga
dan ketujuh yang diikuti dengan langit-langit antara minggu kelima dan kedua belas minggu.
Karena proses ini sangat rumit, beberapa faktor-faktor genetik dan lingkungan dapat
mempengaruhi jenis dan tingkat keparahan celah bibir dan langit-langit dan mengakibatkan
kerusakan jaringan berbagai yang terlibat.
1







Gambar 5. Embrio pada minggu ke 5
Terjadi fusi antara prominensia maxillaris, nasal media dan lateral melalui apoptosis,
diferensiasi epithelial, dan subepitelial mesenkim. Celah bibir dan celah palatum terjadi jika
terdapat kegagalan fusi dari jaringan ini.Beberapa penelitian menunjukkan kelainan ini
merupakan akibat sekunder dari defek pertumbuhan mesenkim atau differensiasi epitel.Selain
itu kesalahan dari pemprograman genetic juga dapat mengganggu fusi prominensia
maxillaries dan nasal medial. Akibatnya, suplai darah dan otot terganggu dan mengakibatkan
terjadinya cacat pada bibir dan palatum.
11


V. Klasifikasi

Celah pada bibir dapat dibedakan menjadi unilateral dan bilateral. Selain itu, dapat
pula dibagi menjadi komplit, inkomplit, dan mikroform. Microform merupakan bentuk yang
paling ringan. Mikrofrom tampak sebagai defek kecil pada bagian atas dari vermilion
sehingga batas dari mukokutan hilang.
12







Gambar 6. Cleft Mikroform

Pembagian berdasarkan International Classification of the Diseases (ICD), mencakup
celah anatomis organ terlibat, lengkap atau tidaknya celah, unilateral atau bilateral yang
digunakan untuk sistem pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh World Health
Organization (WHO).
8
Selain itu, celah pada bibir dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori: unilateral
komplit atau inkomplit dan bilateral komplit atau inkomplit.
11
1. Unilateral komplit. Jika celah bibir yang terjadi hanya di salah satu sisibibir dan
memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain unilateral komplit memberikan
gambaran keadaan dimana te1ah terjadi pemisahan pada salah satu sisi bibir, cuping
hidung dan gusi. Unilateral komplit memiliki dasar dari palatum durum yang merupakan
daerah bawah daripada kartilago hidung.







Gambar 7. Tipe unilateral komplit

2. Unilateral Inkomplit. Jika celah bibir terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain bahwa unilateral inkomplit
memberikan gambaran keadaan dimana terjadi pemisahan pada salah satu sisi bibir,
namun pada hidung tidak mengalami kelainan.







Gambar 8. Tipe unilateral inkomplit

3. Bilateral Komplit. Jika celah bibir terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung. Dapat terlihat adanya penonjolan pada daerah premaxilla, yang disebabkan tidak
adanya hubungan dengan daerah lateral dari palatum durum.






Gambar 9. Tipe bilateral komplit
4. Bilateral Inkomplit. Jika celah ini terjadi secara inkomplit dimana kedua hidung dan
daerah kedua premaxilla tidak mengalarni pemisahan dan hanya menyertakan dua sisi
bibir.







Gambar 10. Tipe bilateral inkomplit

VI. Sistem Kode Lokasi Celah

Ada cara penulisan lokasi celah bibir dan langit-langit yang diperkenalkan oleh Otto
Kriens, yaitu sistem LAHSHAL yang sangat sederhana dapat menjelaskan setiap lokasi celah
pada bibir, alveolar, hard palate dan soft palate. Kelainan komplit, inkomplit, microform,
unilateral atau bilateral.
1
Bibir disingkat sebagai L (lips), gusi disingkat sebagai A (alveolar), langit-Iangit dibagi
menjadi dua bagian yaitu H (hard palate) dan S (soft palate). Bila norrnal (tidak ada celah)
maka urutannya dicoret, celah komplit (lengkap) dengan huruf besar, celah inkomplit (tidak
lengkap) dengan huruf kecil dan huruf kecil dalam kurung untuk kelainan
microform.Pemakaian sistem LAHSHAL ini juga sesuai dengan ICD(International Code Of
Diagnosis).
1
LAHSAL SYSTEM
L=Lip; A=Alveolus; H=Hard Palate; S=Soft Palate
 S selalu di tengah
 Yang mendahului S adalah bagian kanan dan sesudah S adalah bagian kiri
 Huruf besar menunjukkan bentuk ce1ah total
 Huruf kecil menunjukkan bentuk partial
 Di dalam kurung adalah bentuk microform
 Strip berarti normal atau intak.
1











Gambar 11. Sistem LAHSHAL

Contoh :
1. CLP/L-----L
Cleft Lip and Palate lokasi celah berada di bibir kanan dan kiri, celah komplit
2. CLP/-----SHAL
CLP dengan lokasi celah komplit pada soft palate, alveolus dan bibir bagian kiri.
3. CLP/ i-----
CLP celah bibir sebelah kanan inkomplit.
1


VII. Diagnosis
Diagnosis Cleft lip and palate ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan
fisis dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pada anamnesis adanya keluhan yang diderita sejak lahir berupa celah pada bibir yang
menyebabkan kesulitan menyusui, makan, berbicara, dan kesulitan mendengar. Riwayat
keluarga dengan keluhan serupa, adanya riwayat defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu dan
penggunaan obat-obatan teratogenik selama trimester pertama kehamilan, serta adanya
riwayat penyalahgunaan alcohol dan kebiasaan merokok saat hamil.
2,5,8

2. Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan Fisis di daerah wajah diagnosis CLP dapat di tegakkan. Pembagian
berdasarkan International Classification of the Diseases (ICD), mencakup celah anatomis
organ terlibat, lengkap atau tidaknya celah, unilateral atau bilateral; digunakan untuk sistem
pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO).
8

3. Pemeriksaan Penunjang
Pada saat dalam kehamilan, pemeriksaan celah dini pada janin dapat kita lihat
dengan menggunakan transvagina ultrasonografi pada minggu ke-l1 masa kehamilan dan bisa
juga dideteksi dengan menggunakan transabdominal ultrasonografi pada usia kehamilan
minggu ke-16.


Gambar 12. Cleft lip bilateral pada fetus usia 18 minggu

Namun, dalam mendiagnosis deformitas bibir atau langit-langit ultrasonographer
harus dapat melihat wajah janin.Hal ini sering tidak mudah dan tes mungkin harus diulangi
beberapa kali.Salah satu studi besar melaporkan bahwa kurang dari sepertiga dari deformitas
(celah) bibir dan langit-langit kasus sebelumnya didiagnosis dengan USG. Tingkat deteksi
bervariasi tergantung pada keahlian sonographer, kehamilan usia, kehadiran anomali lain, dan
keterampilan radiolog membaca film.
10,13

Jika celah pada bibir dapat dideteksi, maka janin kemungkinan mengalami
malformasi, gangguan kromosom atau kedua-duanya. Bagaimanapun seorang dokter ahli
dapat mendiagnosa sekitar 80% dari pemeriksaan prenatal jika mereka menggunakan 3-
dimensi ultrasonografi. Untuk mendeteksi celah pada langit-langit sepertinya agak sulit jika
menggunakan ultrasonografi.MRI lebih memiliki ketelitian lebih baik dibandingkan
ultrasonografi.
10,13













(a) (b)
Gambar 13. USG 3-dimensi memperlihatkan adanya facial cleft pada fetus usia 22 minggu(a)
dan facial cleft pada usia kehamilan 32 minggu

VIII. Penatalaksanaan
Penderita CLP mengalami berbagai permasalahan yang ditimbulkan akibat cacat ini
adalah psikis, fungsi, dan estetik dimana ketiganya saling berhubungan.Untuk fungsi dan
nilai estetik baik untuk bibir, hidung dan rahangnya diperlukan pembedahan. Disamping jasa
seorang spesialis Bedah Plastikjuga dibutuhkan sebuah tim dokter lain yang terdiri dati
dokter THT, dokter gigi spesialis ortodentis, dokter anak, tim terapi bicara dan pekerja
sosial.
2,3

Bayi yang baru lahir dengan CLP segera dipertemukan dengan pekerja sosial untuk
diberi penerangan (edukasi) agar keluarga penderita tidak mengalami stress dan
menerangkan harapan yang bisa didapatkan dengan perawatan yang menyeluruh bagi
anaknya. Selain itu dijelaskan juga masalah yang akan dihadapi kelak pada anak.
Menerangkan bagaimana memberi minum bayi agar tidak banyak yang tumpah. Pekerja
sosial membuatkan suatu record psicososialpasien dari sini diambil sebagai bagian record
CLP pada umumnya. Pekerja sosial akan mengikuti perkembangan psikososial anak serta
keadaan keluarga dan lingkungannya. Ahli THT untuk mencegah dan menangani timbulnya
otitis media dan kontrol pendengaran.
1


IX. Preoperasi
Sebeum dilakukan observasi pada penderita kondisi bayi harus sehat, tindakan
pembedahan mengikuti tata cara ""rule of ten": bayi berumur lebih 10 minggu, berat 10 pon
atau 5 kg, dan memiliki hemoglobin lebih dari 10 gr% dan tak ada infeksi lekosit di bawah
10.000.
1,10
Memberikan penerangan terhadap keluarga penderita sehingga tidak stress dan
menerangkan harapan nyata yang bisa didapat dengan perawatan menyeluruh bagi anaknya.
Selanjutnya menginstruksikan kepada keluarga penderita untuk konsisten memperhatikan
penderita sejak lahir hingga dewasa tanpa memperlihatkan empati yang berlebih.
5
Dalam penanganan penderita CLP dipedukan kerjasama para spesialis dalam suatu
tim yang akan diatur dalam sebuah protokol CLP, yaitu:
1
1. Pasien umur 3 bulan (the over tens)
a.Operasi bibir dan hidung
b.Pencetakan model gigi
c.Evaluasi telinga
d Pemasangan grommets bila perlu
2. Pasien umur 10 - 12bulan
a.Operasi palatum
b.Evaluasi pendengarann dan telinga
3. Pasien umur 1 - 4 tahun
a.Evaluasi bicara, dimulai3 bulan pasca operasi, follow up dilakukan oleh speech
pathologist.
b.Evaluasi pendengaran dan telinga
4. Pasien umur 4 tahun
Kalau bicara tetap jelek dipertimbangkan repalatografy atau pharyngoplasty.
5. Pasien umur 6 tahun
a.Evaluasi gigi dan rahang, pembuatan model
b.Melakukan nasoendoskopibagi yang memerlukan
c.Evaluasi pendengaran
6. Pasien umur 9-10 tahun
Alveolar bone graft
7. Pasien umur 12 -13 tahun
Final touch untuk operasi-operasi yang dulu pemah dilakukan, bila masih ada
kekurangannya.
8. Pasien umur 17 tahun
a. Evaluasi tulang-tulang muka
b. Operasi advancement osteotomy Le Fort I

X. Intraoperesi (Teknik Pembedahan Celah Bibir)
1. Teknik untuk Mikroform Cleft Lip
Hal penting yang perlu di perhatikan dalam mengevaluasi celah tipe mikroform adalah
ketinggian vertical bibir.Jika ketinggian vertical bibir mendekati normal maka
ketidakseimbangan ini dapat dihilangkan dengan elips eksisi. Flap triangular dariwhite roll
dan vermillon dapat digunakan untuk menyeimbangkan penutupan celah yang dikenal
dengan teknik double unilimb Z-Plasty dimana didapatkan skar luka hanya teratas pada
bagian bawah bibir.
4,1














Gambar 14.Titik-titik anatomi Cornu-vermilion-mukosa (Kiri). Desain dua segitiga isosceles
lateral (Cornu dan vermilion) (kanan)

2. Teknik untuk unilateral cleft lip
Beberapa prosedur bedah untuk memperbaiki unilateral cleft lip telah dikemukakan
dengan variasi yang beragam antara lain "Rose-Thompson Straight Line Closure, Randall-
Tennison triangular flap repair, Millard rotation-advancement repair, LeMesurier
quadrilateral flap repair, Lip adhesion, and Skoog dan Kernahan-Bauer upper dan lower lip
Z-plasty repair. Dan masih banyak lagi teknik-teknik yang lainseperti teknik Delaire
danteknik Poole. Setiap teknik tersebut bertujuan untuk mengembalikan kontuinitas dan
fungsi dari musculus orbicularis dan menghasilkan anatomis yang simetris. Kesemuanya
mencoba untuk memperpanjang pemendekan philtrum pada bagian bercelah dengan
melekatkan jaringan dari elemen bibir lateral ke elemen bibir medial, dengan menggunakan
berbagai kombinasi antara lain merotasi, memajukan. dan mentransposisikan penutup.
3,5

Teknik Rose Thompsonn straight line closure merupakan teknik untuk penyambungan
linear defek minimal dari lengkung bibir dengan pertimbangan megenai titik anatomis yang
ada. Teknik Hagedorn-LeMesurier, dimana unsur medialis bibir diperpanjang dengan
memperkenalkan sebuah lipatan quadrilateral yang dikembangkan dari unsur bibir lateral.
Sedangkan teknik Skoog, unsur medialis bibir diperpanjang dengan memperkenalkan dua
lipatan segitiga kecil yang dikembangkan dari unsur bibir lateral. Dua teknik yang sering
digunakan yaitu teknik triangular (Tennison Randall) dan teknik rotasi Millard..
3,5

Tennison Randall menggunakan flap triangular dari sisi lateral, dimasukkan ke sudut di
sisi medial dari celah tepat di atas batas vermillion, melintasi collum philtral sampai ke
puncak cupid. Triangle ini menambah panjang di sisi terpendek dari bibir. Teknik ini
menghasilkan panjang bibir yang baik tetapi jaringan parut yang terbentuk tidak terlihat
alami.
3,5


Gambar 16. Teknik Tennison Randall

Teknik Milliard Rotation Advancement adalah teknik yang dikembangkan oleh Milliard
dengan perbaikan bertahap cocok untuk memperbaiki baik cleft lip komplit maupun
inkomplit. Teknik ini sederhana, tapi diperlukan mata yang baik dan tangan yang bebas
karena merupakan teknik-teknik 'cut as you go' bagian nasal rekonstruksi harus didudukkan
pada posisi anatomi sphincter oral, rotasi seluruh crus lateral + medial dari kartilago lateral,
rekonstruksi dasar hidung (baik lebar dan tingginya) dengan koreksi asimetris maksila yang
hipoplastik untuk meninggikan ala bawah yang mengalami deformitas dan penempatan
kolumella dan septum nasi ke midline untuk memperoleh nostril yang simetris. Keuntungan
dari teknik rotasi Millardadalah jaringan parut yang terbentuk berada pada jalur anatomi
normal dari collum philtral dan batas hidung.
3,5


Gambar 17. Teknik Millar

Teknik Millardmembuat dua flap yang berlawanan di mana pada sisi medial dirotasi ke
bawah dari kolumella untuk menurunkan titik puncak ke posisi normal dan sisi lateral
dimasukkan ke arah garis tengah untuk menutupi defek pada dasar kolumella.
3

Bagian bibir yang normal disiapkan untuk menerima bagian sisi yang sumbing pada
teknik Miliard, untuk itu maka sisi yang sehat dengan cupid’s bow harus diiris sepanjang
bawah kolumella dan dibebaskan ke bawah, ke arah estetika normal. Bagian bibir yang
sumbing harus diiris sedemikian rupa untuk mengisi gap celah yang telah disiapkan pada
bibir yang sehat.
3,5


3. Teknik untuk Bilateral Cleft Lip
Sebuah prosedur bedah yang dengan banyak variasi untuk perbaikan dari bilateral
cleft lip telah banyak dijelaskan oleh para ahli. Diantaranya adalah teknik yang
diperkenalkan Veau III, Tennison , Manchester , Millard , dan lain-lain. Dua metode umum
yang digunakan untuk membangun pusat bibir vermilion .Pertama.melibatkan mukosa
terlihat pada aspek yang lebih rendah dari prolabial kulit untuk membentuk pusat vermilion ,
seperti yang digunakan Manchester. Manchester tidak mengembalikan kontinuitas
orbicularis oris. Teknik ini tidak memberikan hasil yang memuaskan karena mengakibatkan
penampilan abnormal pada bibir atas. Sebaliknya, Millard memperbaiki ketinggian lengkap
terlibat prolabium dan reconstitution orbicularis di premaxilla. Selain itu, Millard membelok
segmen lateral prolabium yang dimaksudkan untuk menambahkan tinggi columellar pada
tahap berikutnya.
3,5


Gambar 18. Teknik Millard pada bilateral cleft lip


XI. Postoperasi
Makanan oral: untuk anak yang masih menyusui, setelah operasi boleh langsung
disusui. Namun ada beberapa center yang masih menganjurkan untuk memberikan makanan
lewat NGT sampai 10 hari postoperatif kemudian baru bisa makan sebagaimana biasa.
5
Aktifitas: menginstruksikan kepada kedua orang tua untuk tidak memberikan mainan
atau dot yang memiliki permukaan yang tajam selama 2 minggu setelah operasi. Beberapa
center menganjurkan untuk memakai Velcro elbow immobilizers pada pasien selama 10 hari
untuk meminimalisir resiko cedera pada bibir yang telah direkonstruksi. Secara periodik
diganti beberapa kali sehari dibawah supervisi.
5

Perawatan Bibir: garis jahitan luka yang terbuka pada dasar dari bibir dan hidung
dapat dibersihkan menggunakan cotton swabs yang dicelupkan ke hidrogen peroksida serta
antibiotik topikal dapat diberikan beberapa kali sehari. Pengangkatan jahitan luka yang
permanen pada 5 sampai 7 hari postoperatif jika menggunakan cyanoacrylate adhesive, tidak
ada penatalaksanaan tambahan selama periode pertengahan postoperatif dan secara bertahap
mulai meningkat 6-12 bulan setelah rekonstruksi. Kedua orang tua juga diinstruksikan untuk
memijat bibir atas selama fase ini dan mencegah untuk menempatkan anak pada daerah yang
terkena cahaya matahari langsung sampai scarnya sembuh.
5


XII. Prognosis
Tindakan operasi yang berhati-hati dan rekonstruksi yang mendetail pada umumnya
menghasilkan perbaikan yang lebih baik, sehingga terlihat sebagai bibir yang normal. Pada
kenyataannya banyak faktor yang berpengaruh di luar dari teknik perbaikan itu sendiri. Pada
akhirnya, hasil yang dicapai tergantung dari komplikasi yang terjadi, keadaan tulang
tengkorak dimana terjadi celah, dan efek pertumbuhan dan perkembangan jaringan dari
masing-masing individu.
5
















DAFTAR PUSTAKA

1. Marzoeki J. Teknik pembedahan celah bibir dan langit-langit. Jakarta: Sagung Seto;
2001; Hal. 1-8
2. Anonim. Cleft lip and Palate. Available from: www.children’shealth-Cleft-Lip-and-
Palate.html
3. Hopper RA, Cutting C, Grayson B. Cleft Lip and Palate. In : Thorne CH, Beasley RW,
Aston SJ, Bartlett SP, Gurtner GC, Spear SL, editors. Grabb and Smith’s Plastic surgery.
6
th
edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007; p. 201-14
4. Margulis A. Cleft Lip. In Kryger ZB, Mark Sisco. Practical Plastic Surgery.
Austin,Texas: Landes Biosciencep. 2007; p. 348-54
5. Patel PK. Craniofacial, Unilateral Cleft Lip Repair. Available at :
www.emedicine1279641-overview,craniofacial.htm
6. Dixon MJ, Mary L, Terri H, Jefferey CM. Cleft lip and palate ”Synthesizing genetic and
environmental influences”. NIH public Access. 2011.
7. Sandberg DJ, Michael DJ. Neonatal Cleft Lip and Cleft Palate Repair. 2002. Available
from : http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-1510181/Neonatal-cleft-lip-and-
cleft.html
8. Al Fatih M. Labio Gnato Palatoschisis. Available at:
http://www.scribd.com/doc/55885689/labio-gnato-palatoschisis
9. Patel PK. Craniofacial, Bilateral Cleft Lip Repair. 13 April, 2009. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1279040-overview
10. Egan T and Gregory A. Clef Lip and palate. In Dolan RW. Facial Plastic, Reconstructive,
and Trauma Surgery. New York: Marcel Dekker. p.358-70
11. Anonim. Cleft Lip and Cleft Palate. UNSW Embriology. Available at:
http://php.med.unsw.edu.au/embryology/index.php?title=2011_Group_Project_11
12. Anonim. Cleft Lip and Palate. Wikipedia. Available at:
http://en.wikipedia.org/wiki/Cleft_lip_and_palate
13. Mulliken JB. The Changing Faces of Children with Cleft Lip and Palate. NEJM.
Available at: http://www.operationrestorehope.org/images/pdfs/Clefts-NEJM-2004.pdf
14. Mulliken JB. Double Unilimb Z-Plastic Repair of Microform Cleft Lip. Boston Mass.
Available at:.http://medpro.smiletrain.org/library/images/pdf


Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close