Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jenjang S-1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jakarta
2015
Myopia
(Rabun Jauh)
1. Pengertian Rabun Jauh atau Myopia
Miopi atau biasa juga disebut rabun jauh (dari bahasa Yunani: myopia
"penglihatan-dekat") adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang
dihasilkan berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai.
Myopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang
memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada focus yang berada didepan retina.
Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat di lihat secara teliti karena sinar yang
datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai diretina
sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan akibat
bayangan yang kabur.
Mata minus atau rabun jauh, yang secara medis dikenal dengan istilah miopi
adalah gangguan penglihatan yang membuat penderitanya tidak bisa melihat dengan
baik obyek benda yang jauh, namun masih baik untuk melihat obyek yang dekat
seperti membaca. Ini terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena
kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak
difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak
dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif
(cekung).
Miopia (rabun jauh) Imej difokuskan di hadapan retina
Miopi, bayangan benda jatuh di depan Retina
Perkembangan teknologi menyebabkan para penderita rabun jauh dapat
diatasi melalul operasi mata dengan menggunakan lacer excimer. Pada operasi ini,
kornea mata dibuat sedemikian rupa agar nampak datar, sehingga kelainan
pembiasan pada mata dapat dikoreksi. Dalam ilmu kedokteran, cara ini disebut PRK
(Potorefractive Kerateclomy). Cara ini efektif untuk mengatasi rabun jauh dari -2
dioptri hingga -8 dioptri.
Masalah penglihatan yang buruk ini lebih umum dialami oleh orang dewasa
yang lebih muda. Kemampuan fokus mata bisa mulai menurun pada masa kecil, dan
terus menurun hingga masa remaja. Namun biasanya kondisi akan stabil pada awal
usia 20-an, dan setelah itu kebanyakan orang merasa tidak perlu sering lagi untuk
mengubah resep kacamata atau lensa kontak resep bahkan tidak sama sekali.
Miopia lebih banyak mempengaruhi orang-orang Cina, Jepang, dan Asia Tenggara.
2. Tipe Miopia
a) Myopia Aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada
orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. perubahan diameter
anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan reflaksi sebesar 3
dioptri
b) Myopia Kurfatura
Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokomus
dan kelainan congenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan
myopia kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan
kelengkungan kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi
sebesar 6 dioptri.
c) Myopia Indeks Refraksi
Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes
mellitus yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
d) Perubahan Posisi Lensa
Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama
glaucoma berhubungan dengan terjadinya myopia.
Berdasarkan tingginya dioptri, myopia dibagi dalam
1) Myopia sangat ringan, dimana myopia sampai dengan 1 dioptri
2)
3)
4)
5)
Myopia ringan, dimana myopia antara 1-3 dioptri
Myopia sedang, dimana myopia antara 3-6 dioptri
Myopia tinggi, dimana myopia 6-10 dioptri
Myopia sangat tinggi, dimana myopia >10 dioptri
Miopia berdasarkan umur :
a. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak (sejak lahir dan
menetap pada masa anak-anak)
b. Youth-onset myopia onset myopia (< 20 tahun)
c. Early adult-onset myopia onset myopia (20 - 40 tahun)
d. Late adult-onset myopia onset myopia (> 40 tahun).
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :
a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambahnya panjang bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa = miopia
maligna = miopia degeneratif.
Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya bila miopia lebih dari 6
dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai
terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai
dengan atofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi
sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan
rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi
bercak Fuch berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris
retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.
3. Penyebab Rabun Jauh
Mata minus ini dikarenakan oleh lensa mata yang bentuknya tidak
memungkinkan untuk bisa fokus pada objek yang jauh. Kornea adalah lapisan
khusus pada permukaan mata yang lentur dan melakukan lebih banyak pekerjaan
karena cahaya yang memasuki mata. Cahaya harus benar-benar membelok
sehingga menciptakan gambar yang tajam. Ketika sinar cahaya paralel melewati
kornea, maka kornea harus cukup mencembung dan fokus pada retina (membran
yang sensitif terhadap cahaya yang melapisi bagian belakang mata). Lensa bertugas
untuk menyesuaikan fokus yang baik. Pada kasus miopia, baik kornea yang terlalu
membentuk cembung atau terlalu lama untuk kembali akan membuat cahaya
bertemu di depan retina, dan pada saat mencapai retina gambar menjadi buram.
Rabun jauh sebagian besar disebabkan oleh masalah genetik dan bukanlah
bentuk suatu penyakit. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa, orang yang
banyak melakukan banyak pekerjaan yang mengharuskan lebih banyak fokus pada
obyek yang sama mungkin lebih cenderung mengembangkan rabun jauh-hal ini
misalnya terlalu sering dan lama menatap monitor komputer maupun gadget, atau
terlalu sering membaca dalam waktu lama. Penyebab lain yang mungkin bisa
mempengaruhi adalah, kurang nutrisi yang dibutuhkan oleh mata, sering membaca di
tempat yang kurang cahaya, dan sering membaca sambil tidur.
Anak-anak yang lahir secara prematur juga tak jarang yang mengembangkan
kondisi yang mempengaruhi bentuk mata, dan
lebih mungkin untuk
mengembangkan rabun jauh.
4. Faktor Resiko Terjadinya Miopia
Beberapa faktor resiko terjadinya miopia diantaranya adalah:
1) Genetis. Sebagian besar kasus rabun jauh disebabkan oleh penurunan sifat dari
orang tua.
2) Ras. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih besar (70%
- 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% - 40%). Paling kecil adalah
Afrika (10% - 20%).
3) Kekurangan makanan bergizi pada masa pertumbuhan hingga usia 12 tahun.
4) Kebiasaan buruk, misalnya kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus
seperti membaca, melihat media visual (televisi, komputer, gadget) dalam jarak
dekat, membaca sambil tiduran, dan membaca di tempat yang kurang cahaya
(remang).
5. Penyebab Rabun Jauh
1. Keturunan (herediter)
2. Ketegangan visual atau factor lingkungan
Dari faktor diatas, faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari
faktor ketegangan visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana
seseorang menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih
banyak menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang
menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa istirahat akan lebih
besar kemungkinannya untuk menderita miopi. Faktor lingkungan juga dapat
mempengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan oleh kesulitan mata
untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya karena
kurangnya cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak
difokuskan dengan baik.
6. Gejala dan Komplikasi
Pertamakali orang mengetahui kalau dirinya menderita rabun jauh biasanya
pada masa remaja, yaitu ketika mereka mungkin mengalami rasa sakit kepala, nyeri
pada mata, serta mengetahui bahwa orang lain bisa melihat obyek yang jauh secara
lebih baik darinya. Setelah mendapatkan kacamata resep, mereka mungkin akan
merasakan sebuah kejutan saat melihat begitu jelas dan bagus nya pemandangan
yang mereka lihat – bahkan penderita seringkali tidak menyadari bahwa mata
manusia sebenarnya mampu berfungsi dengan baik. Gejala lain rabun termasuk
kebutuhan menyipitkan mata untuk bisa melihat dengan jelas, sering berkedip dan
menggosok mata.
Miopia hampir tidak pernah memburuk dengan cepat, namun beberapa
penyakit seperti diabetes, bisa membuat rabun jauh berkembang lebih cepat.
Penyakit yang paling mendasari biasanya yang menyebabkan masalah di bagian
belakang mata. Karena komplikasi tersebut, maka bisa membuat penderita kesulitan
untuk mengetahui apakah resep kacamata perlu dirubah. Satu-satunya cara untuk
memastikannya adalah untuk memperoleh tes mata secara teratur.
7. Pengobatan Mata Minus
Ada tiga jenis pengobatan untuk rabun miopia, yaitu memakai kacamata,
lensa Kontak, dan dilakukan operasi mata.
1)
Kacamata
Bisa mengatasi semua masalah penglihatan, termasuk hyperopia, miopia,dan
astigmatisme. Lensa kacamata bifocal sangat membantu masalah penglihatan jauh
dan dekat. Menggunakan kacamata adalah cara yang berbeda untuk membantu
penglihatan secara jangka panjang. Kacamata juga bermanfaat untuk menghambat
tingkat perkembangan kearah yang lebih parah, terutama untuk masalah rabun
dekat.
a. Lensa Kontak
Lensa kontak juga bisa menjadi pilihan untuk mengatasi miopia. Namun
untuk kasus miopia yang lebih berat, bisa menjadi tebal dan berat, sehingga
beberapa orang kemudian merasa tak nyaman. Walaupun sudah digantikan oleh
versi yang lunak dan lebih nyaman, tapi mungkin sulit untuk dibersihkan. Lensa
kontak sekali pakai merupakan pilihan yang cukup populer. Contact lens mungkin
lebih praktis, sayangnya membuat orang rentan mengalami infeksi mata. Namun
resiko bisa diminimalisir dengan cara merawat dan membersihkan lensa kontak
sesuai petunjuk, membuang tepat waktu, dan tidak digunakan saat tidur.
Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta
lensa kontak keras (hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan
penyusunnya. Lensa kontak lunak disusun oleh hydrogels, HEMA
(hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer sedangkan lensa kontak keras
disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate).
Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi
pemakaiannya, mudah memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai
untuk sementara waktu. Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan
ketajaman penglihatan yang tidak maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak
mampu mengoreksi astigmatisme, kurang awet serta perawatannya sulit.
Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi
visus yang baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu
mengoreksi astigmatisme kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya adalah memerlukan
fitting yang lama, serta memberikan rasa yang kurang nyaman.
Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan
komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan
yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient),
semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen, sehingga
semakin baik bahan tersebut.
b. Lensa Kontak Ditinjau dari Segi Klinis
1. Lapang Pandangan
Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak
memerlukan bingkai dalam pemakaiannya, lensa kontak memberikan lapang
pandangan yang terkoreksi lebih luas dibandingkan kacamata. Lensa kontak
hanya sedikit menimbulkan distorsi pada bagian perifer.
2. Ukuran Bayangan di Retina
Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak
verteks) lensa koreksi. Jika dibandingkan dengan pemakaian kacamata,
dengan koreksi lensa kontak, penderita miopia memiliki bayangan yang lebih
besar di retina, sedangkan pada penderita hipermetropia bayangan menjadi
lebih kecil.
3. Akomodasi
Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan
akomodasi pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi
pada penderita hipermetropia sesuai dengan derajat anomali refraksinya.
c. Pemilihan Lensa Kontak
Lensa Kontak Lunak
Pemakaian lensa kontak pertama kali
Lensa Kontak Keras
Gagal dengan lensa kontak lunak
Pemakaian sementara
Iregularitas kornea
Alergi dengan bahan lensa kontak
lunak
Dry eye
Astigmatisme
Keratokonus
Bayi dan anak-anak
Orang tua
Terapi terhadap kelainan kornea
Pasien dengan overwearing problem
Tabel Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras
2)
Operasi
Ada 3 metode operasi mata untuk memulihkan masalah kondisi mata ini, yaitu
photorefractive photorefractive keratectomy (PK), laser-assisted in situ keratomileusis
(LASIK), dan radial keratotomy (RK). Metode laser RK sudah jarang digunakan,
sementara yang paling sering adalah Lasik dan PK. Namun RK terkadang digunakan
untuk mengoperasi mata silinder yang parah, yaitu caranya dokter mata memotong
sekitar kornea dengan tepat menggunakan pisau berlian kecil.
Pada PRK operasi menggunakan laser yang dikendalikan oleh komputer
untuk menghilangkan epitel, kemudian merusak lapisan kulit tebal kulit yang diukur
dari kornea.
LASIK sama dengan PRK, kecuali lipatan epitel pertamakali dipotong
menggunakan pisau berlian, dan penggunaan laser untuk menghilangkan jaringan
dari lapisan tebal kulit bagian kornea, lalu penutup diletakkan kembali pada
tempatnya menempel tanpa lem atau jahitan. Prosedur lasik memiliki waktu
pemulihan lebih cepat dari PK, tetapi mungkin berkesempatan sedikit lebih tinggi
terjadi komplikasi selama operasi.
Perbaikan prosedur ini masih terus-menerus dalam pengembangan. Salah
satu contoh adalah “wave front” atau “custom” LASIK, di mana komputer memetakan
masalah penglihatan yang membutuhkan koreksi, dan meningkatkan keakuratan
hasilnya. Prosedur yang lain mencakup penyisipan cincin kecil yang bisa dilepas ke
dalam kornea untuk mengurangi risiko komplikasi.
Operasi ini sendiri berlangsung cepat (dalam hitungan beberapa menit) dan
tidak menimbulkan rasa sakit, namun mata akan terasa perih selama beberapa hari
sesudahnya. Operasi hanya bisa dilakukan pada mata yang sehat yang tidak
terinfeksi, dan tidak cocok untuk anak-anak dan remaja yang penglihatannya masih
berubah.
Bukan berarti setelah operasi segala kondisi mata bisa teratasi dengan
sempurna, yang ditunjukkan oleh hasil studi berbeda-beda; namun kebanyakan
orang yang telah dilakukan operasi laser telah mengalami peningkatan penglihatan.
Penting untuk diingat, bahwa walau bagaimanapun ada beberapa orang yang tidak
mengalami peningkatan penglihatan pasca operasinya – bahkan beberapa orang
berakhir dengan penglihatan yang semakin buruk.
Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
i. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak
ii. Kelainan refraksi:
Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.
Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.
Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri
iii. Usia minimal 18 tahun
iv. Tidak sedang hamil atau menyusui
v. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun
vi. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling
tidak 6 (enam) bulan
vii. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata,
katarak, glaukoma dan ambliopia
viii. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2
(dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard
contact lens)
Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:
i. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum
stabil.
ii. Sedang hamil atau menyusui.
iii. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.
iv. Riwayat penyakit glaukoma.
v. Penderita diabetes mellitus.
vi. Mata kering
vii. Penyakit : autoimun, kolagen
viii. Pasien Monokular
ix. Kelainan retina atau katarak
Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan
konsultasi atau
pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat
mengetahui dengan pasti mengenai prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat,
ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Setelah melakukan
konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, kemudian mata anda akan
diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang
berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah
seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.
Persiapan calon pasien LASIK:
i.
Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi
ii.
Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan
iii.
Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga
bisa dilakukan Custumize LASIK
iv.
Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi
Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK
menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti
pada semua prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko
akibat dari prosedur atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari
beberapa pasien antara lain:
a. Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah
pasca tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal
ini dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK
(enhancement) setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3
bulan setelah tindakan.
b. Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa
bergeser (Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat
cukup kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.
c. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama
seminggu setelah tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada
sebagian kasus mungkin diperlukan semacam lubrikan tetes mata.
d. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil
mata yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan
berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang
terjadi, dan keluhan sering membaik setelah 1-3 bulan.
Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:
a. Anestesi topikal (tetes mata)
b. Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)
c. Tanpa rasa nyeri (Painless)
d. Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)
e. Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)
f. Komplikasi yang rendah
g. Prosedur dapat diulang (Enhancement)
8. Proses Diagnosis Rabun Jauh
Rabun jauh umumnya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata oleh ahli
kacamata atau dokter spesialis mata. Dalam proses ini, ahli kacamata akan meminta
Anda untuk membaca tiap huruf atau angka dengan ukuran berbeda-beda pada tabel
dari jarak tertentu. Jika dibutuhkan, ahli kacamata bisa merujuk Anda ke dokter mata
untuk menjalani retinoskopi untuk melihat reaksi retina terhadap cahaya.
Pengidap rabun jauh disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata secara
rutin agar perkembangan kondisinya bisa dipantau. Frekuensi pemeriksaan yang baik
adalah setidaknya sekali tiap dua tahun.
Frekuensi pemeriksaan yang lebih sering terkadang dibutuhkan untuk
mendeteksi kondisi mata. Misalnya, menderita diabetes, berusia di atas 40 tahun,
menderita glaukoma atau memiliki anggota keluarga dengan glaukoma.
9. Pencegahan
Pencegahan Rabun Jauh sebaiknya dimulai dari usia dini, menghindari
kebiasaan buruk, mengkonsumsi makanan bergizi khususnya yang mendukung
kesehatan mata seperti telur, brokloi, buah alpukat, wortel dan bayam.
Sedangkan untuk mengatasi Rabun Jauh adalah dengan menggunakan
kacamata minus atau lensa kontak (ukurannya dapat diketahui melalui periksa mata
ke dokter atau di toko kacamata yang memiliki alat pengukur dioptri), terapi obat
mata khusus dan melalui operasi misalnya melalui operasi LASIK (Laser-assisted insitu keratomileusis).
Miopia mungkin bisa dicegah atau dihambat perkembangannya dengan
melakukan beberapa hal. Bahkan, mungkin juga bisa semakin ringan dengan cara
melakukan beberapa hal berikut :
1. Melakukan latihan mata setiap hari, seperti melihat berbagai objek pada jarak
yang berbeda (jauh dan dekat secara bergantian), mengedipkan mata secara
normal (tidak terlalu cepat dan lambat), menutup mata dengan telapak
tangan, serta melihat benda bergerak. Hal ini untuk melatih kornea mata agar
bisa lentur. Kurangi waktu melihat layar ponsel atau komputer, terutama saat
didalam tempat yang gelap.
2. Mengonsusmi sayuran dan buah-buahan bergizi, terutama yang bermanfaat
menunjang penglihatan seperti, salmon, alpukat, bawang putih, bawang
merah, telur, bayam, wortel, jeruk, sayuran berdaun hijau, dan lain-lain.
Nikmatilah pemandangan alam yang luas dan hijau. Anda mungkin harus
sering bepergian ke pegunungan untuk melihat pohon-pohon hijau, atau
pulang ke desa kampung halaman untuk melihat persawahan. Selain itu,
pemandangan laut yang luas juga bisa mengurangi mata minus.
3. Menggunakan kacamata dengan lensa terpolarisasi adalah terapi yang
sangat bagus untuk mengurangi silau.
10. Tingkat Keparahan Rabun Jauh
Rabun jauh terbagi dalam tiga kategori, yaitu rabun jauh ringan, menengah, dan
berat. Pengelompokan ini ditentukan berdasarkan dioptri (D) yang dimiliki oleh pasien.
Dioptri adalah unit pengukuran yang digunakan ahli medis dalam mengukur seberapa
parah tingkat rabun jauh seseorang.
Penderita rabun jauh yang ringan umumnya hanya membutuhkan kacamata
untuk melakukan aktivitas tertentu, misalnya saat belajar, mengemudi, atau menonton
televisi. Jika berukuran -0.5D hingga -3D, rabun jauh tergolong ringan.
Jika mengidap rabun jauh tingkat menengah atau dioptri -3D hingga -6D, Anda
dianjurkan untuk selalu memakai kacamata atau lensa kontak. Sementara pada rabun
jauh yang parah, yaitu lebih dari -6D, pengidap hanya dapat melihat objek dengan jelas
jika memegangnya sangat dekat dengan mata dan tanpa memakai kacamata.
Komplikasi
Komplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio
retina, perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling esotropia atau juling ke
dalam biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling ke
luar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.