NYC

Published on November 2016 | Categories: Documents | Downloads: 65 | Comments: 0 | Views: 438
of 7
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

Gu Han Kyeo

"Gu-Han~~" suara lantang seseorang membuat gadis itu bergedik kaget. Semangkuk popcorn yang sedang ia nikmati, segera diletakkan di meja ruang tengah. Kyeo meninggalkan ruangan itu dengan televisi yang masih menyala. Pasti wanita itu lagi, hanya dia yang memanggil Kyeo dgn sebutan GuHan. Dan kedatangannya kesini adalah kali ketiganya dalam sehari. "ahjumma.." sapa HanKyeo pada gadis paruh baya yang kini sudah menyeruak masuk ke dalam apartemennya. Tentu saja, karna tempat ini adalah apartemen miliknya. Dan HanKyeo hanya menumpang disini. "sedang apa?" ia segera menjelajah ke ruang tengah dan menemukan TV dengan channel KBS. "Drama?" Kyeo mengangguk, lalu Ahjummanya tersenyum geli. Dia sangat sadar bahwa keponakannya ini terbius drama. Keadaan yang ia temukan selalu sama akhir-akhir ini. Dimana tv menyala dan semangkuk besar popcorn berada di depannya. Kebiasaan baru HanKyeo setelah dia menginjakkan kaki di Seoul. "ahjumma.. apa sudah mendapat telpon dari appa?" tanya Kyeo lirih, seolah ingin mendapat jawaban iya. "yah, kau mengertilah, dia itu..." "SI-buk? Ya baiklah, SI-BUK." Tanpa mendengar pernyataan, dia langsung menerka dengan penekanan kata yang nyaris setiap saat dia dengar. "Ternyata zaman sekarang pekerjaan lebih penting daripada seorang anak." sindir Kyeo dengan nada sarkastik. "bukan begitu, dia hanya ingin kau berlibur disini.." Tidak. Kyeo tidak pernah menganggap kedatangannya kesini sebagai liburan. Dia berasumsi bahwa ayahnya sedang menitipkan dia pada bibinya. Mudah bagi Kyeo menebak pemikiran pria itu. Mungkin cuma ada dua hal di dalam otaknya, bisnis dan relasi, tanpa terselip nama Kyeo. Dia benci fakta itu. Bahkan sekarang pun, dia harus bertanggung jawab atas keputusannya. Malam itu ayahnya menelpon. Kyeo sedang asik bermain di time park new york. Kawasan ramai nan elit, tempat favoritenya untuk menertawakan orang-orang sibuk yang menurutnya sangat lucu. Ayah si gadis berumur 18 tahun itu tanpa rasa bersalah, langsung menghujat anaknya untuk segera terbang ke Seoul. Tanpa alasan jelas, dan hanya ancaman yang Kyeo dengar dari ujung sana. "...kalau tidak, Ayah akan menarik Blue Perry-mu." Blue Perry-sebutan konyol dari Kyeo untuk mobil barunya- itu adalah otomotif langka, hanya orang beruntung yang bisa menemukan mobil manis di pasar lelang tempo hari. Dan sekarang.. mobil itu akan ditarik paksa oleh ayahnya, hanya jika dia tidak mau ke Seoul. Tantangan macam apa itu, tidak sebanding. Keras kepala. Itu memang sikap ayahnya. Dia menduga ibunya sangat capek menghadapi orang bependirian terlalu kuat itu. Mengelak, pasti sulit dilakukan, Kyeo masih belum siap melihat Blue Perry-nya dengan mudah dimiliki orang hanya karna penolakan. Pikiran buruk tentang pria itu kembali berlarian di otaknya. Sejak beberapa tahun silam, dia mulai membenci pria itu. Pria belasteran Korea-Amerika yang selalu menelantarkannya di sebuah rumah. Dia tidak akan pernah merasa bosan kalau saja Ibunya masih ada disana. Memeluk tubuh Kyeo seakan membangun sebuah pertahanan pada dirinya. Wanita kebanggan yang selalu mengajarkan hal menarik pada Kyeo. Tapi sayang sekali, itu hanya sebuah impian. Ibunya sudah tenang di atas sana.

“ah.. Cha! Lihat itu!” teriak ahjumma yang sekarang sudah ikut bergabung di depan TV. “pernah lihat mereka?” Kyeo tidak lekas menjawab, alisnya ia turunkan sedikit, menunjukkan bahwa gadis itu sedang berpikir. Super Junior. Hanya kalimat itu yang berhasil ia tangkap dari iklan di TV. Sedangkan dua orang yang menjadi topik iklan itu sama sekali tidak dia kenal. “mereka..? yang di New York?” Bibir tipis ahjummanya sekarang terangkat, wanita itu tersenyum dengan perasaan bangga. Sedangkan HanKyeo masih memutar balikkan otaknya ke hari itu. Dimana gadis-gadis Amerika berlarian di time, membuat Kyeo terbahak melihat ekspresi mereka. Tawanya semakin membalang buana saat ia menemukan tujuan gadis-gadis itu berlari. Ternyata hanya untuk menyapa pria yang saat itu sedang berjalan di sebrang sana. Apa hebatnya pria itu? Awalnya Kyeo berpikir bahwa pria itu sama saja seperti dia, sama-sama sipit dan berkulit Asia. 100% pasti dia berdarah Korea, pemikiran dadakan itu segera menemukan kebenaran, setelah dia melihat gadis-gadis di sekelilingnya membawa semacam handuk bertuliskan “SyuPeoJuNiEo.” Dalam rangkaian tulisan hangul. “Wah, jangan-jangan, Gu-Han menonton konser itu?” Kyeo kembali tersadar, lalu mengernyit. Ada kesalahpahaman disini. Sepertinya ahjumma ini salah mengerti. “konser apa?” Timbul segaris rasa kecewa pada wajah ahjumma, tapi dia justru menyembunyikan itu dengan senyuman, “haha.. ya, tentu saja kamu TIDAK nonton.” seolah wanita itu sendiri yang menjawab pertanyaannya tadi. “konser SMTown di New York.” Kyeo kembali memakan Popcornnya, dia sendiri tidak mengerit maksud wanita yang kini sudah berjalan menuju kamar mandi. Nama konser yang tadi ia sebut memang pernah Kyeo dengar dari teman sekolahnya. Dia sendiri tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu. Namun, sekarang ada satu hal yang baru dia sadari, ternyata konser itu digelar oleh negara asalnya, Korea. * Jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi, waktu yang tepat untuk terus bertahan di atas kasur mengingat sekarang adalah hari libur untuk Kyeo. Dia baru saja mendapat ijazah kelulusan minggu kemarin, dan itu membuat dirinya mendapat jatah liburan yang sangat panjang. Selimut tebal masih membungkus badannya saat tiba-tiba terdengar suara keras dari luar kamar. Tubuhnya segera merespon dengan gerakan sekali hentak yang membuat dirinya terduduk di kasur. “What a noise bitch!” Omel Kyeo. Dia segera berjalan menuju asal suara itu. Protes, kesal, marah, sederet hal yang akan ia lontarkan pada orang yang berani menyalakan lagu disco di senja seperti ini. “Morning~~” sapa ahjumma dengan wajah berseri-seri. Aksi protes tadi segera Kyeo batalkan setelah melihat keadaan di depannya. “Wanita itu, sudah gila.” Pikir Kyeo. Apa dia tidak sadar, perbuatannya bisa saja menganggu tetangga. Terlebih lagi lagu yang terputar di stereo itu adalah lagu disco tahun 70‟an. Kacau sekali. “duduk sini..~~” ahjumma menepuk bangku di sampingnya, mengajak Kyeo untuk ikut bersarapan dengannya.

“tetangga.. apa tidak terganggu?” Tanya Kyeo polos yang dibalas tawa oleh ahjumma. “rata-rata yang tinggal disini adalah orang sibuk, mereka pasti sudah berangkat sepagi ini. Jadi.. tidak masalah.” Astaga. Kyeo semakin bingung dengan ahjummanya. Darimana wanita itu tahu bahwa tetangganya sudah pergi. Jangan bilang dia memiliki cctv di setiap bilik apartemen. Ah, tidak! “Gu-Han!” seru ahjumma pada Kyeo yang berjalan menuju kamar mandi. “bersiaplah! Ahjumma akan membawamu jalan-jalan.” Mata Kyeo melirik ahjumma, seolah memberi kesan “kau yakin?” pada tatapannya. Ahjumma itu seolah mengerti lalu menganggukan kepala. “Palli!” Kyeo berlari menuju kamar mandi dengan wajah tersenyum. Sudah seminggu dia bertahan di apartemen ini. SENDIRIAN. Ahjumma itu sangat asik dengan pekerjannya. Nyaris seperti ayah Kyeo. Melupakannya dan memilih bekerja. Tapi kali ini beda sekali. Entah hantu apa yang merubah pemikiran ahjumma. Mungkin akibat sindiran Kyeo tadi malam, mengenai teori bahwa pekerjaan lebih penting daripada anak. YAY, sindirannya berhasil. Mungkin Kyeo akan lebih menyukai ahjumma dibanding ayahnya yang kurang peka. Gadis itu segera merias wajahnya dengan peralatan make-up mini yang selalu dia bawa. Kyeo sangat menyukai hal itu, satu hal wajib yang sepertinya sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. * Kyeo mengerucutkan mulutnya, tidak terima dengan tindakan ahjumma. Sial! Dia pikir jalan-jalan yang ditawarkan adalah semacam tur, Ternyata.. “Huh..” hembusan nafas kecewa berulang kali ia lantunkan. Kesal. Tentu saja dia merasakan hal itu. kalau tahu akan dibawa kesini pasti sudah sedari tadi dia menolak. Jika sekarang dia nekat pulang sendiri, Kyeo masih belum siap mendapatkan dirinya terpajang di selembaran orang hilang, dia belum mengenal Seoul. Saat ini yang bisa dia lakukan hanya duduk di bangku meja rias. Dan inilah tempat kerja ahjumma. Dia sudah berkutat dengan dunia tata rias selama 15 tahun, hanya itu yang Kyeo ketahui. Mereka berdua sebelumnya tidak dekat, setelah bertahun-tahun tidak pernah saling menyapa, akhirnya ini kesempatan pertama Kyeo bertemu lagi dengan wanita itu, Seseorang yang pernah menghabiskan separuh hidupnya bersama ibu Kyeo. Bahkan dia lebih lama mengenal ibu Kyeo dibanding dirinya sendiri. Kyeo masih berumur 6 tahun saat wanita panutannya itu meninggal akibat pneuomia. “Gu-Hannie…” lagi-lagi suara ahjuma mengagetkannya. Dia segera menengok dan mendapatkan ahjumma sedang membawa dua tas tangan berukuran besar. Diletakannya benda itu di hadapan Kyeo, tepat di meja yang satu paket dengan kursi yang dia duduki. “apa itu?” pertanyaan Kyeo segera terjawab dengan dibukanya tas itu. Terlihat berbagai macam alat make-up bertuliskan branded terkenal. Mata Kyeo membulat, ekspresi ingin-memiliki-semua segera menguap dari sisi wajahnya. “ini alat kerjaku, dan sepertinya hari ini aku akan sangat membutuhkan bantuanmu, Gu~~” Gu? Kyeo merasa janggal dengan sebutan itu tapi tidak menghiraukannya. Justru pernyataan „membutuhkan‟ yang membuat dia bingung. “maksudmu?” “ayahmu bilang kau suka sekali berias, jadi bagaimana kalau kau membantuku hari ini?”

Pria itu.. apalagi yang dia lakukan? Fakta bahwa Kyeo suka berias memang benar, ibunya banyak mengajarkan tentang hal itu, tapi hanya sebatas dirinya, bukan untuk orang lain. Dan sekarang, akibat pernyataan salah paham dari ayahnya, Kyeo harus berpikir keras untuk menolak. “a..aku.. tidak bisa..” Wanita dihadapannya itu kini mengerutkan dahi, “ah, Gu~ jangan merendah. Aku sudah memperhatikanmu akhir-akhir ini, kau berpotensi sekali, sama seperti ibumu..” Kyeo tampak menerawang wajah ahjumma. Efek senyuman akibat kalimat tadi masih terpampang jelas disana. Ahjumma pasti sangat mengenal umma. Pinta Kyeo dalam hati. “apa ibuku sangat menyukai hal ini?” Ahjumma mengangguk dengan mantap, memberikan keyakinan pada Kyeo bahwa ini adalah ide bagus untuk mengenang orang yang disayanginya itu. “kau tahu.. menjadi perias seperitku adalah impiannya dari kecil, tapi..” Ahjumma menghentikan kalimatnya, sedikit menimbang apakah kalimat itu pantas diucapkan atau tidak. Meskipun begitu, Kyeo sudah menebak, pasti karna penyakit yang dideritanya. Eomma terlambat mencapai impiannya. Penyakit itu terlanjur memupuskan harapan kecilnya. Wanita tak bersalah itu tervonis saat baru saja menikah dengan Appa, dan sejauh yang Kyeo ketahui, saat itu ibunya baru menitih karir secara kecil-kecilan. Dan ayahnya melarang dia untuk bekerja lagi. “arraseo~” Kyeo berbisik dengan pandangan mata kosong. Ahjumma itu mendengar, tertoreh sedikit rasa bersalah atas ucapannya tadi. “ah Kyeo.. lebih baik sekarang kau duduk dulu disana.” ucap ahjumma sambil menunjuk ke arah sofa empuk di ujung ruangan. “artisku baru mulai rekaman jam 1 siang, dan mereka akan sampai disini kurang lebih jam 10.” APA? Kyeo masih tidak percaya dengan apa yang didengar. Sial sekali artis itu! kenapa malah jadi dia yang menunggu, harusnya orang yang membutuhkan datang lebih awal. Gadis itu tidak berusaha protes, namun menuruti perintah ahjummanya. Sambil duduk, Kyeo memperhatikan staff yang sedang bekerja. Inilah backstage. Pikir Kyeo. Ya, dia sedang berada di belakang panggung stasiun TV yang tadi malam dia tonton, KBS. Ahjumma bilang kalau artisnya akan tampil di acara musik. Dan dia harus segera bergegas. Kyeo kini mulai paham atas keputusan ayahnya melarang ibunya bekerja. Make-up artist sepertinya jauh lebih sibuk daripada artis itu sendiri. Kyeo merasakan hal itu pada diri ahjumma. Dia sangat sibuk, sampai-sampai sering bolak-balik dari rumah ke tempat kerja. Apalagi dia adalah make-up artis pribadi, jadi tempat kerjanya akan terus berpindah-pindah. “Kasihan.” Seru Hankyeo tertahan. Kalau saja ayahnya tidak melakukan hal itu, pasti kondisi ibunya akan semakin parah, atau mungkin bisa saja meninggal sebelum Kyeo dilahirkan. Membayangkan itu membuat Kyeo memeluk dirinya sendiri, dia menautkan telapak tangannya di kedua lengan. Kyeo kau masih beruntung. * “ANNYEONGHASEYO..” suara ribut-ribut membuat Kyeo terbangun, ternyata 3 jam ini dia lewati dengan tidur di atas Sofa. Saking asiknya melihat pemandangan kesibukan, dia sampai lupa tempat. “ah… Siwon-ssi, Leeteuk-ssi..” sapa ahjumma pada orang-orang yang baru datang itu. Juma tampak sangat akrab dengan mereka, sepertinya kelima orang pria itu adalah artisnya. “Kyeo kemarilah..” panggil Juma.

Kyeo masih berusaha mendapatkan nyawanya setelah tidur singkat, ia mengucek matanya kasar, lalu berlalu ke arah mereka. Kyeo rada terhambat jalannya saat melihat sosok pria berambut cokelat. DEG.. terasa sedikit berdebar. Tidak, ini tidak bisa dia tanggapi. Ini hanya suatu kebetulan. “ini.. Gu Han Kyeo..” ucap ahjumma yang memperkenalkan HanKyeo. Gadis itu segera membungkukkan badan selayaknya orang Korea pada umumnya. Lalu mengucapkan salam. “ah, dia.. anaknya Gu Seungho?” Mata pria yang berbadan tinggi nampak menerawang wajah Kyeo. Membuat gadis itu tertunduk malu. Kyeo hanya merasa kaget, darimana mereka tau nama ayahnya. Pasti Ahjumma ini sudah banyak cerita tentang dia. “aigoo.. kalian persis sekali..” seru salah satunya lagi. Membuat Kyeo semakin bingung. Mereka bilang persis, itu artinya telah terjadi pertemuan antara mereka dan ayahnya. “perkenalkan, urineun Super Juni…” salah satu pria itu memberi penekanan, lalu disambung lagi secara bersama oleh mereka semua. “O-E-O” sangat kompak, kelimanya mengangkat tangan saat mengujarkan kalimat itu. “aku Leeteuk..” lanjut pria tadi sambil memperkenalkan teman-temannya. Ryeowook, Siwon, Donghae, dan.. Eun....? ah sudahlah Kyeo lupa. Leeteuk menyebutkannya terlalu cepat, sedangkan daya tangkap Kyeo sangatlah lamban. “bangapseumnida..” Ucap Kyeo malu-malu. Tubuhnya segera disambar pria yang menurutnya sangat tampan dan manis di saat yang bersamaan, Itu Donghae, Kyeo hafal dia. Donghae merangkul Kyeo dengan santai seolah gadis itu sudah lama dikenalnya. “Kyeo.. kau sangat cocok denganku.” Donghae tertawa sambil bergaya aku-paling-keren, membuat semua temannya mendecit “CIH..” namun tawa mereka tumpah sedetik kemudian. “donghae..” ucap Kyeo pelan. Entah ini perasaannya atau bukan, tapi sepertinya benar. Karna dia sangat yakin kalau pria yang dilihatnya di New York saat itu adalah Donghae. kalau tidak yakin, tidak mungkin dia sampai berani bertanya seperti ini. Kyeo bukan tipe gadis yang akan Melakukan jika belum Yakin. “kau sedang di Times Square, 2 bulan yang lalu?” Donghae kaget mendengarnya, Kyeo memang benar karna saat itu dia sedang jalan-jalan sendirian di Times Square, tepatnya dua bulan yang lalu. Gaya sok kerennya kembali muncul, “astaga.. bahkan anak seorang Gu Seungho pun dapat mengenaliku, bangga menjadi terkenal.” Ucapnya percaya diri. Membuat Kyeo tertawa terbahak-bahak. Pria-pria yang baru dia kenal ini sangat pintar mendekati Kyeo. Sampai membuat gadis itu nyaris mengeluarkan air mata akibat terlalu keras tertawa. Tapi.. Kyeo masih bingung, kenapa mereka terlalu membesar-besarkan ayahnya. Dia tahu bahwa ayahnya adalah pembisnis besar, tapi kalau masalah entertainmen begini, rasanya ayahnya tidak punya saham disana. “Kyeo..” panggil ahjummanya yang menghampiri mereka. “Kau rias dia, aku yang akan merias Donghae, pria ini banyak maunya.” Ucap ahjumma sambil menunjuk ke arah meja rias. Disana sudah ada si orang berambut coklat. Pria itu ternyata sudah berada disana sedaritadi, menghindari dari percakapannya bersama Donghae. “aish… Noona, aku ingin Kyeo..” rengek Donghae lalu ditarik paksa oleh ahjumma. “emm..ahjumma, bagaimana kalau aku yang merias Leeteuk oppa saja?” Leeteuk tertawa lepas mendengar pertanyaan gadis itu. lalu dia mengacak rambut HanKyeo. “Kyeo, aku hanya datang sebagai suportter, mereka berdualah yang akan tampil..” jelas leeteuk sambil menunjuk Donghae dan Eunhyuk secara bergantian.

“Kyeo, mereka ini yang diiklan tadi malam, lagu yang tadi pagi aku putar adalah lagu mereka.” ahjumma menambahkan sambil mulai merias wajah Donghae. Astaga, kenapa terbesit pikiran geli pada HanKyeo. Lagu yang terdengar itu kacau sekali menurutnya. Seperti disco tahun 70‟an. Ah kenapa dia jadi malu sendiri membayangkan apa yang akan dipakai kedua pria itu, pastinya bajubaju penuh warna ala tahun 70-an. “Kyeo..ppaliwa..” Bayangan Kyeo buyar setelah seseorang memanggilnya dengan lembut. Kyeo menengok ke arah si pemilik suara itu. dan.. astaga.. pria itu. “tidak.. tidak.. aku tidak bisa..” pikir Kyeo dalam hati, meyakinkan dirinya kalau dia tidak bisa menghadapi pria berambut coklat itu. Tapi selubung hatinya justru memberi perintah lain pada tubuhnya, membuat Kyeo semakin mendekat ke arahnya dan mulai mengambil perlengkapan rias yang ada. Mereka duduk di meja rias paling pojok di sisi sebelah kiri, semua sedang sibuk di sisi bagian kanan, sehingga membuat mereka seolah tinggal berdua. Pria berambut coklat ini-yang HanKyeo lupa namanya- sangat pandai membuat sensasi aneh pada dirinya. Terasa seperti listrik saat tangan Kyeo mulai menyentuh pipi pria itu. Dia hanya berusaha memakaikan foundation, tidak untuk yang lain. HanKyeo sadar kalau pria ini tidak tampan, tapi auranya.. benar-benar membius. HanKyeo sudah selesai dengan sederet riasan diwajah, bagian terakhir adalah.. bibir. Tidak. Kyeo terdiam sebentar, dia tidak ingin mengikuti perintah otaknya untuk segera mencium bibir sensual itu. Alih-alih menciumnya, Kyeo justru mengaduk isi lipblam yang sebenarnya tidak perlu diaduk. “untuk apa diaduk? Lipblam itu tidak encer.” tanya pria itu. Kyeo hanya mengangguk lemas. Dia merasa tangannya bekerja tanpa perintah, dia malah menggunakan lipblam itu pada dirinya sendiri. Beberapa saat kemudian dia sudah menemukan bibirnya menyentuh pria itu. “A..AIGOO..!” Kyeo menggumam kaget, dia segera melonjak berdiri lalu pergi meninggalkan ruangan itu. sedangkan Eunhyuk.. dia masih terdiam disana. Memakai lipblam lagi mungkin bukan ide bagus, lipblam-kiss tadi berhasil membubuhi bibirnya. Dan sekarang, dia kaget. * Di taman parkir, tepatnya di tengah musim salju yang sangat dingin. Kyeo duduk di trotoar sambil memeluk kakinya. Dia tidak habis pikir bahwa dirinya akan melakukan hal se-ekstrem itu. Astaga, apa yang baru dia lakukan. Kyeo menenggelamkan kepalanya. Berharap mendapat penjelasan atas dirinya sendiri. Sepertinya aura pria itu yang patut disalahkan. Dan kenapa hanya Kyeo yang merasakan hal itu. Kalau auranya berlaku bagi gadis lain, harusnya gadis seisi ruangan itu akan menciumminya. Faktanya hanya Kyeo yang merasakan dorongan tersebut. Jika tadi pagi dia menganggap ahjummanya gila hanya karna masalah stereo, kini dia lebih menganggap dirinya super gila karna telah mencium seorang pria. Terlebih lagi, pria itu adalah artis. Ya ampun, dia mulai kurang ajar sekarang. Kyeo tidak bisa memaafkan dirinya kali ini. Dia juga tidak tau, dan tidak akan pernah mau tau, darimana dia bisa mendapat ide gila seperti itu. Dia memang sering melihat adegan ciuman secara langsung, di sekolah , apalagi di times square, tempat favoritenya. Dan sepertinya setelah kembali dari sini dia tidak akan kesana lagi, realitas percintaan disana telah membawa pengaruh buruk. Ditambah lagi ayahnya jarang memberikan pelajaran moral, ibunya yang dulu mengajarkan hal itu, namun hanya sekedar moral umum, bukan masalah ciuman seperti ini. Kyeo si kecil masih terlalu muda untuk mengetahui hal-hal dewasa. “AAAAAAAAAAAAAAAAA…I‟m now crazy!!!” Kyeo berteriak. Untungnya dia duduk di depan mobil persis, jadi tidak ada yang melihat dia.

Kyeo berminat menunggu ahjummanya di taman parkir. Tidak peduli seberapa dinginnya suhu di musim ini, harga dirinya sudah sangat jatuh jika masuk ke dalam sana. Bodoh.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close