OH

Published on May 2016 | Categories: Documents | Downloads: 93 | Comments: 0 | Views: 755
of 23
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

Hari/tanggal : Kamis/23 April 2010 Waktu : 10.00 ± 14.00 WIB

OVARIOHISTERECTOMY
Kelompok Va: Septi Rubiyani Septiani Purwanti H Bahtiar Hidayat H Khoirun Nisa¶ B04061375 B04062593 B04062864 B04063319

Ikrar Trisnaning H.U B04063461

Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 2009

I. PE 1.1 L B l

L

Ovariohisterectomy merupakan tindakan pembedahan untuk pengangkatan atau pembuangan ovarium dan uterus sekaligus. Operasi ini dilakukan untuk mensterilkan hewan betina dengan maksud menghilangkan fase estrus atau untuk terapi penyakit yang terdapat pada uterus, seperti resiko tumor ovarium, serivks, dan uterus. Selain itu, operasi juga dilakukan untuk memperkecil terjadinya piometra pada betina yang tidak steril. Sterilisasi biasanya dilakukan saat hewan berumur masih muda. Pada kasus pyometra sterilisasi dilakukan sebagai terapi karena ketidakseimbangan cairan sehingga melalui tindakan bedah ini dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Ovariohisterectomy dapat dilakukan pada hampir semua fase siklus reproduksi, tetapi paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase anestrus. 1.2 T j Adapun tujuan pelaksanaan opreasi ovariohisterectomi adalah untuk:
y y

Mencegah anak kucing yang tidak diinginkan (menekan populasi kucing). Mengurangi populasi kucing liar. Kucing liar mempunyai resiko besar membawa banyak bibit penyakit bagi manusia (rabies, parasit) dan dan bagi hewan lain (rebies, FIV, FIA, FeLV dan parasit).

y

Menghindari penyakit genetic dan deformitas congenital. Penyakit-penyakit yang dapat diwariskan dan yang diduga dapat diwariskan contohnya adalah polycystic kidney disease (PKD), lysosomal storage disease dan amyloidosis.

y

Mencegahan atau treatment penyakit ovarium dan uterus. Ovariohysterectomy pada usia muda pada kucing betina dapat mencegah penyakit ovarium dan uterus. Penyakit-penyakit tersebut adalah kanker uterus, kanker ovarium, polycystic ovaries, metritis atau endometritis, mucometra, cystic endometrial hyperplasia, pyometra, ectopic pregnancy, prolaps uterusdan torsio uterus.

y

Mencegah atau mengurangi penyakit yang disebabkan olah abnormalitas hormone (estrogen dan progesterone). Kondisi yang mengindikasikan adanya kelebihan hormone antara lain adalah: vaginal hyperplasia, mamari neoplasia

dan tumor, mammary enlargement, cystic endometrial hyperplasia, pyometra dan pseudoregnancy. Jika ovariohysterectomy dilakukan setelah estrus pertama, resiko terjadinya tumor mammary menjadi 8%; jika dilakukan setelah siklus estrus kedua, resiko terjadinya tumor tersebut meningkat sampai 26%; jika dilakukan setelah 2,5 tahun, ovariohysterectomy bukan merupakan tindakan pencegahan yang tepat untuk menghindari tumor mammary (Saunders, 2003).

II. MATE I dan MET 2.1 Alat dan Bahan

E

Bahan yang digunakan antara lain alkohol 70 %, iodium tincture 3 %, xylazin 2 %, Natrium Klorida 0,9%, ketamin 10 %, atropin sulfa, amoxicllin, dan oxytetracycline. Hewan coba yang digunakan adalah kucing betina. Alat-alat yang digunakan adalah stetoskop, termometer, scalpel, pinset anatomis dan syrorgis, jarum, spoit, kain penutup, tampon, tang arteri, towel clamp, gunting lurus dan bengkok, needle holder, gurita, perban, plester, cat gut 3/0 atau 4/0, pisau cukur, dan peralatan lain yang mendukung operasi.

2.2 Pra Operasi 1. Persiapan ruang operasi Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari debu), kemudian disterilisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan (alkohol 70%). 2. Preparasi alat
y

Sterilisasi alat-alat bedah Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh

mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau pembuluh darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh mikroba pathogen. Peralatan bedah minor yang dipakai dalam operasi antara lain empat buah towel clamp, dua buah pinset anatomis dan syrorgis, satu gagang scalpel dan blade untuk menyayat kulit, dua buah gunting untuk memotong jaringan atau bagian organ lainnya, empat tang

arteri lurus anatomis untuk menghentikan pendarahan, dan satu buah needle holder.
y

Pembungkusan alat-alat bedah 1. Kain pembungkus dibuka di atas meja, kemudian wadah peralatan diposisikan di bagian tengah 2. Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi peralatan dan ujung lainnya dilipat mendekati tubuh 3. Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri 4. Disiapkan kain wadah yang telah dibungkus dengan kain pembungkus pertama diposisikan kembali di bagian tengah pada sisi diagonal 5. Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri 6. Ujung lainnya dilipat mendekati tubuh dan diselipkan untuk memudahkan pada saat membuka 7. Sterilisasi dengan oven dengan suhu 100°C selama 60 menit.

y

Penanganan dan penyimpanan alat bedah 1. Peralatan dikeluarkan 2. Peralatan didinginkan dan dikeringkan dalam rak 3. Peralatan ditempatkan dibagian tengah 4. Setelah kering, disimpan dalam tempat yang tidak berair dan berdebu serta terlindung dari kontaminasi 5. Disimpan dalam ventilasi yang mempunyai sirkulasi udara yang baik dan terkena cahaya

y

Pembukaan alat bedah yang sudah steril 1. Kain dibuka dari bagian yang diselipkan 2. Peralatan diletakkan di atas meja

3. Persiapan obat-obatan Obat-obatan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut: - Desinfektan - Preanestesi - Sedatif - Anestetik : Alkohol 70%, iodine tinctur : Atropin sulfa ( dosis 0,025 mg/kg BB ) : Xylazine ( dosis 2 mg/kg BB ) : Ketamin ( dosis 10-15 mg/kg BB )

- Anti pendarahan - Cairan infus - Antibiotik

: Adona, vitamin K ( dosis 1-5 mg/kg BB ) : NaCl Fisiologis, Ringer laktat : Oxytetraciclyne ( dosis 14 mg/kg BB ), Amoxicillin ( dosis 20 mg/kg BB PO selama 5 hari post operasi ), penicillin.

4. Persiapan perlengkapan operator dan asisten 1 Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten 1, yaitu tutup kepala, masker, sikat tangan (2 buah per orang), handuk kecil, baju operasi, dan sarung tangan. Perlengkapan-perlengkapan tersebut

disterilisasi dengan urutan tertentu. Baju operasi dilipat sedemikian hingga bagian yang bersinggungan dengan pasien berada di dalam. Duk dilipat sedemikian hingga bagian yang bersinggungan langsung dengan

permukaan duk dilipat ke dalam. Baju operasi, duk serta perlengkapan yang lain kemudian dibungkus dengan dua lapis kain seperti membungkus peralatan dengan urutan dari bawah, yaitu sarung tangan yang sudah dibungkus dengan kertas/plastik/alumunium foil, baju operasi yang telah dilipat, handuk yang telah dilipat, dua sikat yang bersih, masker, dan yang teratas penutup kepala. Kemudian perlengkapan yang sudah dibungkus dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 60ºC selama 15-30 menit. Pemakaian perlengkapan diawali dengan pembukaan bungkusan. Perlengkapan yang telah disterilisasi dibuka bungkusnya sebagaimana pembukaan bungkusan peralatan. Pertama operator dan asisten 1 mengenakan penutup kepala (untuk operator dan asisten 1 berambut panjang, rambut diikat dan dimasukkan). Kemudian operator dan asisten 1 mengenakan masker. Operator dan asisten 1 mencuci tangan dengan prosedur yang tepat. Pertama tangan kanan dan kiri dibasahi. Kemudian disikat dengan sikat yang sudah steril dan sudah diberi sabun dari ujung jari dan sela-sela jari hingga siku. Kemudian dibilas 10-15 kali, pembilasan juga dimulai dari ujung jari hingga siku. Setelah mencuci tangan kanan dan kiri keran ditutup menggunaka siku. Tangan operator dan asisten 1 dikeringkan dengan handuk. Masing-masing sisi handuk untuk satu tangan. Operator dan asisten 1 memakai baju operasi, tangan

operator dan asisten 1 dimasukkan ke dalam baju yang masih terlipat. Kemudian dengan dibantu asisten yang steril baju operasi dikancingkan. Operator dan asisten 1 memakai sarung tangan. Tangan kanan

dimasukkan ke dalam sarung tangan, hala yang harus diperhatikan adalah hindari tangan menyentuh bagian sarung tangan yang akan bersinggungan dengan pasien. Dilanjutkan mengenakan sarung tangan di tangan kiri. Operator dan asisten 1 siap melakukan operasi. 5. Persiapan Hewan Kucing yang akan dioperasi terlebih dahulu diperiksa kondisi kesehatannya. Kucing diukur suhu (suhu normal kucing 38-39,2ºC). Kucing dihitung frekuensi nafas dan frekuensi jantungnya (frekuensi denyut jantung normal kucing 120-130/menit, frekuensi nafas normal kucing 20-30/menit). Kucing ditimbang berat badannya. Kucing

diperhatikan limfonodusnya serta mukosanya.

2.3 Operasi Sebelum operasi, dilakukan pemeriksaan fisik (PE) terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi normal hewan yang akan dioperasi. Hasil pemeriksaan PE dicatat pada tabel protokol bedah yang dapat dilihat pada lampiran. Setelah itu hewan diberi premedikasi berupa atropin dengan rute subkutan 10 menit sebelum diberikan anastesi umum. Selanjutnya anastetikum campuran

xylazine dan ketamine diberikan dengan cara injeksi intramuscular. Pre medikasi Atropin sulfas (0,25 mg)
          

Anastetikum Selang 15 menit, kucing diberi sediaan anestetikum
y

Xylazine (2%)

  

      

 

 





y

Ketamin HCl (10%)
      



Operasi dilakukan setelah hewan teranastesi. Hewan dicukur di daerah ventral abdomen, setelah hewan diletakkan pada posisi dorsoventral (terlentang) kemudian daerah sayatan dibersihkan dan didesinfeksi. Sayatan dilakukan pada garis median abdomen (linea alba) berdasarkan pada ukuran dan besar hewan, jika uterus membesar atau memanjang maka sayatan lebih diperpanjang. Pada kucing sayatan sebaiknya dilakukan pada 1/3 bagian medial abdomen karena lebih mudah mengeluarkan ovarium dibandingkan corpus uterus. Cornua uterus dikeluarkan (menggunakan spay hook atau jari tangan), kemudian setelah diangkat akan ditemukan ovarium yang tertahan oleh ligamentum dan selaput penggantungnya (mesovarium). Kumpulan ligamentum, pembuluh darah (a.v ovarica) dan mesovarium dan lemak diatas ovarium dijepit menggunakan klem. Kemudian 1 cm diatas jepitan itu, dijepit lagi menggunakan klem. Benang silk digunakan sebagai pengikat kumpulan ligamentum, mesovarium dan pembuluh darah di dorsal jepitan kedua. Pemotongan dilakukan diantara kedua jepitan klem. Setelah pemotongan sebaiknya satu klem jangan dilepas sebagai orientasi pengontrolan terjadinya perdarahan atau tidak. Hal yang sama dilakukan pada ovarium berikutnya. Pada corpus uterus penjepitan dilakukan di daerah dorsal serviks, kemudian pembuluh darah (a.v uterina dextra et sinistra) sebaiknya diikat bersama dengan pengikatan pada corpus uterus di ventral penjepitan yang pertama, pengikatan dilakukan sebanyak 2-3 kali. Di dorsal penjepitan yang pertama dilakukan lagi penjepitan menggunakan klem. Pemotongan dilakukan

diantara kedua penjepitan tersebut, permukaan bekas sayatan pada corpus uterus bila perlu dapat dijahit. Setelah seluruh bagian ovarium dan uterus dapat diambil, dilakukan penutupan rongga abdomen dan lapisan subkutan serta penutupan kulit. Sebelum dijahit, diberikan antibiotic penicillin secara topikal. Setelah penjahitan selesai, diberikan antibiotic oxytetrasiklin dengan perhitungan dosis sebagai berikut: Oxytetracyclin (20%)
           

Bekas

jahitan

dibersihkan

dari

darah

dengan

H2 O2

sehingga

meminimalisasi terjadinya infeksi oleh bakteri, selanjutnya bekas jahitan diteteskan povidone iodine dan ditutup dengan kasa dan plester.

2.3 Post Operasi Sel t erasi ilakukan emantauan kondisi ewan seperti

temperatur, rekuensi denyut jantung, rekuensi nafas serta kondisi luka. Hasil pemeriksaan di atat pada tabel yang terdapat pada lampiran. amoxi illin diberikan selama sehari 2 kali dengan dosis 2 mg/ kg BB. moxi ilin 2
mg

ntibiotik

/mL,           

III. HASIL dan PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Signalement dan Status Present Hasil pengamatan pre-operasi yang dilakukan diperoleh signalement sebagai berikut : Hewan Ras/breed Nama hewan Jenis kelamin Berat badan Warna Tanda khusus : ucing : Domesti House Cat : Mengmeng : Betina : 2,2 kg : Hitam putih : jung ekor bengkok
 

HS)

Serta diperoleh status present sebagai berikut : eadaan gi i rekuensi nafas rekuensi nadi : Baik : 136 kali/menit : 16 kali/menit

Suhu tubuh Diameter pupil Mukosa

: 38,5rC f. nafas : 0,7 cm : pucat f. jantung suhu

Keadaan normal : 16-40/mnt : 120-140/mnt : 38-39oC

(Merck Veterinary Manual 9th Edition) 3.1.2 Perhitungan Obat-obatan Perhitungan obat-obatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut : Premedikasi
y

Atropin sulfa (0,25 mg)
          

Anastetikum
y

Ketamin 10 %
           

y

Xylazin 2%
           

Antibiotik
y

Oxytetracyclin
     

 

  
  

 

y

Amoxicilin (antibiotik maintenance)
     








diberikan selama

lima hari (2 X 1) 3.1.3 Data Pengamatan Operasi dan Post Operasi Berikut adalah tabel pengamatan yang dilakukan selama proses operasi dan post operasi Tabel 1 Pengamatan saat operasi Parameter yang diukur 0 15 30 108 20 35.7 0.8 pucat Menit ke45 60 124 16 34.8 0.8 pucat 132 20 34.7 0.8 pucat 75 116 20 34.4 0.7 pucat Keluar r.operasi 100 16 35.6 0.7 pucat

F. Jantung (x/menit) 100 88 F. Nafas (x/menit) 16 16 0 Temperatur C 37,2 35.9 Diameter pupil (cm) 0.7 0.8 Mukosa pucat pucat Tabel 2 Pengamatan post operasi
Parameter P Nafas Jantung Suhu pupil Makan Minum Urinasi Defekasi
Skor feces Jahitan

Pengamatan hari keI
M 16 136 40 0.8 + + Basah P 18 140 39.1 0.7 + + + Basah

II
M 20 144 39 1 + + + 4 P 18 140 38.1 0.7 + + + -

III
M 16 132 38.4 0.8 + + Kering P 16 136 38.4 0.7 + + -

IV
M 18 136 38.1 0.8 + + + Kering P 16 134 39.1 0.7 + + -

V
M 16 136 39.2 0.8 + + Kering

16 132 38.2 0.7 + + + -

3.2 Pembahasan Ovariohysterectomy memiliki banyak nama lain, diantaranya yaitu: spay, femal neutering, sterilization, fixing, desexing, ovary and uterine ablation, dan pengangkatan uterus (O¶Meara). Ovariohysterectomy merupakan tindakan bedah yang sering dilakukan pada hewan kecil di praktek-praktek hewan (Rice, 1996). Berikut adalah anatomi dari ovariohysterectomy (Hosgood, 1998):
y

Kedua ovarium berada di caudal ginjal, dengan ovarium kanan berada lebih cranial dan lebih sulit dijangkau.

y

Ligamentum suspensorium yang

arahnya

craniodorsal dari ovarium

menautkan ovarium dengan dinding tubuh.
y

Ligamentum utama dari ovarium menautkan ovarium dengan uterus. Ligamentum yang cukup kuat ini, nantinya akan di jepit dengan tang arteri.

y

Arteri dan vena pada ovarium sangat rapuh dan mudah pecah. Tertetak pada bagian dorsal dari ovarium. Pada hewan tua, arteri dan vena tersebut kadang ditutupi oleh lemak.

y

Ligamentum sekitar menautkan ovarium dengan dorsolateral tubuh.

Gb2. Anatomi topografi organ reproduksi kucing bagian dalam (O¶Meara).

Pada ovariohysterectomy, dilakukan teknik bedah laparotomi medianus posterior. Penyayatan kulit dilakukan pada bagian caudal umbilical. Pada anjing, penyayatan dilakukan lebih ke cranial, karena badan uterus terletak lebih cranial apabila dibandingkan dengan kucing (Hosgood, 1998).

Gb 4. Anatomi organ reproduksi kucing bagian dalam (O¶Meara).

Selain tujuan atau kegunaan dilakukan operasi ovariohisterectomy, jenis operasi ini juga mempunyai kelemahan atau kerugian. Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohysterectomy antara lain:
y y

Obesitas Hilangnya potensi breed dan nilai genetic. Setelah dilakukan ovariohysterectomy, terdapat beberapa komplikasi yang

mungkin akan terjadi, diantaranya yaitu (Saunders, 2003):
y

Pendarahan (hemoragi). Hemoragi dilaporkan sebagai kausa kematian paling umum setelah ovariohysterectomy (Pearson, 1973). Pendarahan dapat disebabkan karena pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik (diregangkan).

y

Ovariant remnant syndrome. Sindroma ini menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy (Osborne, 1979). Hal ini disebabkan karena pengambilan ovarium yang tidak sempurna (tuntas).

y y

Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma. Fistula pada traktus reproduksi. Fistula tersebut berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi (benang).

y

Urinary incontinence. Merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter vesica urinary. Hal ini dapat terjadi karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary.

Dari kemungkinan komplikasi yang telah dijelaskan di atas, kucing yang kami operasi tidak mengalami kondisi tersebut. Obesitas belum terlihat, hal ini dimungkinkan karena operasi baru dilakukan satu minggu yang lalu, namun kecenderungan untuk obesitas telah terlihat. Nafsu makan dan volume makan yang banyak pasca operasi dapat mengarah ke arah obesitas.

Masa operasi Operasi ini berlangsung dari pukul 11.27 ± 12.40 WIB dengan induksi maintenance ketamin HCL setengah dosis sebanyak satu kali. Selama masa operasi frekuensi jantung fluktuatif dan tidak berada pada batas normal frekuensi jantung sesuai dengan Merck Vet Manual. Hal ini kemungkina terjadi karena kerja obat anastetikum yang mempunyai kerja menurunkan frekuensi jantung. Hal ini dapat terjadi karena dosis anastesi yang diberikan dalah dua kali dosis penuh. Karena pada saat pemberian pertama jumlah anastetikum yang diberikan tidak seluruhnya masuk, dikarenakan pemasangan jarum spoid yang kurang benar. Pada menit ke-0, frekuensi jantung 100 kali/menit, dilanjutkan pada menit ke-15 frekuensi jantung 88 kali/ menit. Keadaan ini dimungkinkan karena efek ketamin. Efek samping xylazin meliputi bradikardia dan penurunan cardiac output (Sardjana dan Kusumawati 2004). Menurut Slatter (2003), efek samping yang tidak diinginkan dari ketamin menyebabkan pendepresan kardiovaskuler dan respirasi minimal, dapat

menyebabkan hipotermia, recovery yang lama. Ketamin bekerja pada fase 1 dan 2 anastesi. Peningkatan frekuensi jantung pada menit ke-30 mendekati kisaran normal dapat terjadi karena pembedahan yang dilakukan mengakibatkan pendarahan sehingga jantung memompa darah lebih cepat. Pada menit ke-75 menjelang operasi selesai, frekuensi jantung kembali melemah. Hal ini dapat disebabkan karena pembedahan telah selesai dilakukan dan efek xylazin yang notabene merupakan depresan masih ada. Frekuensi nafas relatif konstan yaitu berada pada kisaran normal 16-20 kali/ menit. Hal ini tidak berkorelasi positif dengan keadaan pemberian dosis anastetikum yang dilakukan. Seharusnya dengan pemberian dua kali dosis

anastetikum, frekuensi nafas pasien mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Slatter (2003) bahwa efek ketamin adalah menurunkan frekuensi nafas. Suhu tubuh mengalami penurunan selama proses operasi. Pada menit ke-0 suhu tubuh berada pada kisaran normal. Hal ini dimungkinkan kerja obat anstetikum yang belum maksimal. Pada menit berikutnya penurunan suhu tubuh terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena efek obat anastetikum. Menurut Sessler (2010), semua jenis anestetikum menyebabkan kemampuan tubuh untuk homeostasis menurun. Ini merupakan faktor yang menyebabkan selama pembiusan suhu pasien akan menurun. Selama operasi OH, besarnya sayatan di abdomen ternyata mempengaruhi besarnya penurunan suhu. Menurut Ardelean et al (2008), kucing yang di OH dengan sayatan kecil mengurangi penurunan suhu 0,5ºC daripada dengan sayatan besar. Selain itu, bila suhu ruang operasi dingin maka suhu tubuh kucing bisa turun hingga sebesar 3ºC. Jadi wajar jika suhu yang diperoleh selama operasi menurun. Peningkatan suhu setelah kelaur dari ruang operasi dapat disebabkan karena proses homeostasis tubuh yang mulai kembali dan efek pengompresan air hangat yang dilakukan untuk mengembalikan susu ke keadaan normal. Pupil selama operasi membesar karena saat pembiusan otot-otot termasuk otot mata mengalami relaksasi. Akibat relaksasi ini diameter pupil ini membesar. Diameter pupil selama operasi masih mungkin diukur karena setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuk (anonim a 2008). Warna mukosa selama operasi pucat. Hal ini terjadi karena tekanan darah yang rendah pula. Sehingga suplai darah ke daerah mukosa pun berkurang. Akibat suplai darah yang berkurang mukosa menjadi pucat.

Mukosa kucing saat pembiusan

Post operasi Kucing mulai memberikan refleks pada jam 20.00 WIB dan mulai berdiri dan telungkup pada jam 20.15 WIB. Saat operasi berlangsung dosis anatesi yang digunakan dua kali dosis penuh, ditambah dengan induksi maintenance sebanyak satu kali. Hal ini merupakan faktor yang penyebabkan proses recovery yang lama. Sehingga recovery yang baru terjadi pada pukul 20.00 WIB normal terjadi dalam kondisi ini. Lima jam post operasi, kucing defekasi setelah beberapa jam sebelumnya mengalami urinasi. Selama masa post operasi, frekuensi nafas dan jantung berada pada kisaran normal yaitu 16-40 kali/ menit untuk nafas dan 120-140 kali/ menit untuk jantung. Keadaan ini didukung dengan nafsu makan dan minum pasien yang normal bahkan cenderung tinggi, sehingga mendukung keadaan fisiologis hewan. Keadaan anomali terjadi pada pada hari ke-II post operasi yang menunjukkan frekuensi jantung 144 kali/menit. Keadaan ini disebabkan karena pemeriksaan jantung dilakukan setelah pemberian antibiotik. Saat pemberian antibiotik, kucing berontak sehingga mengharuskan dilakukan restrain. Sikap berontak dan penanganan restrain yang dilakukan merupakan salah satu pemicu meningkatnya frekuensi jantung. Selama post operasi, suhu tubuh berada pada kisaran normal, yaitu 37390C. Tetapi terjadi peningkatan pada hari ke-I malam post operasi. Peningkatan dimungkinkan karena adanya reaksi inflamasi benang jahit. Peningkatan tidak terjadi pada pagi harinya karena efek analgesik ketamin belum hilang sepenuhnya.

Dalam medlinux.blogspot.com/2009/02/ketamin.html, dijelaskan bahwa ketamin yang merupakan zat anestesi yang bersifat analgesic memiliki aksi satu arah, berarti efek analgesinya akan hilang bila obat itu telah didetoksikasi/dieksresi. Meskipun sebelumnya telah terjadi defekasi dan urinasi, kemungkinan efek ketamin masih ada mengingat dosis anastesi yang diberikan saat operasi berlangsung (dua kali dosis penuh). Hari berikutnya berangsur normal, hal ini terjadi karena efek pemberian antibiotik mulai bekerja. Pada hari ke-5 post operasi, suhu meningkat 1-20C. Hal ini terjadi karena pengukuran dilakukan saat suhu lingkungan naik. Jadi, kenaikan suhu tubuh kucing disebabkan karena suhu lingkungan yang tinggi. Nafsu makan dan minum kucing normal. Namun defekasi hanya terjadi pada hari ke-2 dengan konsistensi yang cukup padat (konsistensi feses normal kucing) dan urinasi terjadi sehari sekali. Kemungkinan siklus defekasi kucing 2 hari sekali. Karena sebelum operasi dilaksanakan, kucing defekasi tiap dua hari sekali. Jika demikian, hari ke-4 post operasi seharusnya kucing defekasi. Namun hal ini tidak terjadi. Kemungkinan kucing mengalami konstipasi atau adanya keadaan patologis di daerah anus. Karena setiap kali akan melakukan pengukuran suhu, kucing selalu menghindar dan meraung. Kemungkinan adanya konstipasi diperkuat dengan keadaan kucing yang hanya minum air ketika dicekok. Mukosa kucing berwarna rose (pink pucat). Warna normal untuk mukosa kucing.

Gambar mukosa kucing post operasi

Hasil pengukuran diameter pupil kucing berkisar antara 0.7-0.8 cm. Diameter pupil bergantung pada banyak sedikitnya cahaya yang diterima. Pada

hari ke-2 post operasi diameter pupil mencapai angka 1 cm. Hal ini wajar karena pengukuran dilakukan malam hari. Sehingga pupil membesar akibat sedikitnya cahaya yang ada di lingkungan. Perban dibuka pada hari ke-3 post operasi dengan pertimbangan luka jahitan operasi sudah mongering. Sebenarnya pada hari ke-2, luka operasi sudah mulai mengering, namun penutupan luka dengan perban masih dilakukan karena kucing menjilat-jilati dan menggingit jahitan operasi. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya infeksi.

Jahitan operasi pada hari ke-2 post operasi.

IV. KE IMPULAN Ovariohisterectomy dilakukan dengan teknik pembedahan laparotomi medianus posterior. Titik orientasinya adalah 1-2 cm caudal umbilical. Bifucartio uterus terletak di bagian bawah vesica urinaria (VU), sehingga VU dicari pertama kali. Ovariohisterectomy dilakukan dengan tujuan menghilangkan siklus estrus pada hewan betina dan terapi penyakit genital pada organ reproduksi betina. Selama proses operasi, kucing mengalami penurunan frekuensi nafas dan jantung yang disebabkan karena pemberian anastetikum dua kali dosis penuh. Pengamatan kondisi kucing selama post operasi menunjukkan kondisi yang normal kecuali defekasi yang jarang dan volume air minum yang dikonsumsi minim. Tapi kucing menunjukkan keadaan tubuh yang sehat.

V. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Spaying or Nautering Your Pets.

http://www.parkwayanimal.com/information/general_information/spaying _neutering_your_pet.htm. Anonim. 2008. Preanastesi dan Anastesi sebelum Operasi.

http://heriblog.wordpress.com/2008/08/23/preanastesi-dan-anastesisebelum-operasi/. (27 April 2010) Ardelean V, A. Ardelean, C. Mircu, Gh. Bonca, H. Cernescu, S Zarcula, G Korodi. 2008. Evaluation Of Rectal Temperature In Cats Before, During And After Ovariectomy Surgery. Lucr ri Stiin ifice Medicin Veterinar Vol. Xli. Hosgood, G dan Johnny D.H. 1998. Small Animal Paediatric Medicine and Surgery. London: Reed Educational and Professional Publishing Ltd. http://books.google.co.id/books?id=LP9E_F7BTnYC&pg=PA165&dq=sm all+animal+ovariohysterectomy+is&lr=&cd=12#v=onepage&q=small%20 animal%20ovariohysterectomy%20is&f=false O¶Meara, Shauna. Spaying Cats A Complete Veterinary Guide to Feline Spay Surgery. online.com/index.html Osborne dan Polzin D.J. 1979. Canine Estrogen-Responsive Incontinance. Pearson. 1973. The Complication of Ovariohysterectomy in the Bitch. Jurnal Small aminal Prctices 14:257. Rice, Dan. 1996. The Complete Book of Dog Breeding. China: Barron¶s Educational Series, Saunders. 2003. Text Book Of Small Animal Surgey.Philadelpia: The Curtis Center Independence square west Sessler DI. 2007. Lower Body Temperatures increase Blood Loss during Surgery. http://www.healthjockey.com/2007/12/28/lower-body-temperaturesincrease-blood-loss-during-surgery/. (26 April 2010) http://www.pet-informed-veterinary-advice-

Lampiran 1. Grafik pengamatan ststus present kucing selama operasi

frekuensi jantung
140
120 124 100 108 132 116 100

100
80

88

60
40

20
0

0

15

30

45

60

75

Keluar r.operasi

frekuensi nafas
25 20 15 20 20 20

16

16

16

16

10 5 0
r.

¤£ ¢ ¡

0

15

30

45

60

75

e l ar erasi

suhu tubuh
37.5 37 36.5 36 35.5 35 34.5 34 33.5 33
r.

37.2

35.9

35.7 34.8 34.7 34.4

35.6

diameter pupil
0.82 0.8 0.78 0.76 0.74 0.72 0.7 0.68 0.66 0.64 r.
0.8 0.8 0.8 0.8

0.7

0.7

  ©

0

15

30

45

60

75

¨§ ¦ ¥

0

15

30

45

60

75

el a r erasi

0.7

e l ar erasi

Lampiran 2. Grafik pengamatan status present post operasi

frekuensi nafas
25
20 18 20 18 18

15 10 5
0

16

16

16

16

16

16

P
I

M

P
II

M

P
III

M

P
IV

M

P
V

M

frekuensi jantung
146 144 142 140 138 136 134 132 130 128 126 P
I

144
140 136 140 136 136 136

134 132 132

M

P
II

M

P
III

M

P
IV

M

P
V

M

suhu tubuh
40.5 40
39.5 39 40

39.1

39 38.4 38.1 38.4 38.1

39.1

39.2

38.5 38 37.5 37
P M P M P M 38.2

P

M

P

M

diameter pupil
1.2
1

1 0.8
0.7 0.7 0.7

0.8
0.6

0.8
0.7

0.8
0.7

0.8

0.4 0.2
0

P
I

M

P
II

M

P
III

M

P
IV

M

P
V

M

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close