Patient Safety

Published on October 2017 | Categories: Documents | Downloads: 50 | Comments: 0 | Views: 883
of 41
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

PATIENT SAFETY Upaya menghindari, mencegah dan memperbaiki hasil buruk atau kecideraan yang disebabkan oleh proses pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien tidak terletak pd individu, peralatan atau departemen saja, tetapi juga pd interaksi komponen-komponen dan sistem. Untuk menciptakan patient safety memerlukan kreativitas memperbaiki sistem operasional atau proses utk mengurangi terjadinya error.

PATIENT SAFETY Overview: 1. Banyak pasien mengalami KTD di RS.. 2. Seringkali KTD yang sebenarnya dapat dihindari. 3. Penyebab & jenis ancaman terhadap keselamatan pasien tergantung dari metode identifikasi dan klasifikasi. 4. KTD seringkali mengancam keselamatan pasien, baik pada pelayanan primer maupun sekunder. 5. Kegagalan maupun keterlambatan dlm membuat diagnosis paling sering mengancam keselamatan pasien pada pelayanan primer. (Sandars, J; 2007)

TYPE OF ERRORS Diagnostic Error: 1. Kesalahan atau keterlambatan dalam mendiagnosis. 2. Tidak menggunakan tes-tes diagnostik yang diindikasikan. 3. Menggunakan tes yang telah ketinggalan zaman. 4. Tidak melakukan tindakan apapun atas hasil tes atau hasil monitoring.

Treatment Error: 1. Kesalahan proses, prosedur kerja atau prosedur tes. 2. Kesalahan dalam memberikan terapi. 3. Kesalahan dosis atau cara memberikan obat. 4. Keterlambatan yang dapat dicegah (avoidable delay) utk memberikan terapi atau merespon hasil abnormal suatu tes. 5. Melakukan tindakan yang tidak benar atau yang tidak diindikasikan.

Preventive Error: 1. Tidak menyediakan prophylactic treatment. 2. Tidak cukup melakukan monitoring atau followup terhadap terapi ataupun tindakan yang telah diberikan. Others: 1. Kegagalan komunikasi. 2. Kegagalan peralatan (equipment failure). 3. Kegagalan dari sistem-sistem lainnya.

Leape et al, Quality Review Bulletin, 1993

THE NATURE OF ERROR Overview: 1. Paling banyak ancaman thd keselamatan pasien disebabkan kombinasi yg komplek dari active error & latent error. 2. Active error biasanya karena human factor. 3. Latent failure terutama disebabkan oleh problem organisasi sehingga memudahkan terjadinya active failure. 4. Latent error merupakan akar permasalahan timbulnya banyak ancaman terhadap keselamatan pasien.

THE SWISS CHEESE DIAGRAM TRIGGER POLICIES / PROCEDURES PROFESSION TEAM INDIVIDUAL ENVIRONMENTAL EQUIPMENT ADVERSE EVENT

DIAGNOSIS Overview: 1. Diagnosis merupakan langkah pertama dalam proses layanan kesehatan. 2. Kesalahan diagnosis paling seringkali mengancam keselamatan pasien, baik pada layanan primer maupun sekunder. 3. Diagnostic test mungkin disalah-artikan. 4. Problem dalam proses diagnosis adalah komunikasi Dr-Ps, utamanya karena kultur. 5. Manajemen buruk dari hasil & rujukan bisa menyebabkan terlambat mendiagnosis.

MEDICATION Overview: 1. Intervensi obat paling sering digunakan di klinik. 2. Komplikasi obat paling sering menyebabkan KTD, baik pd layanan primer maupun sekunder. 3. Ancaman keselamatan pasien karena obat dapat terjadi pada setiap step dari proses pemberian obat. 4. Ancaman keselamatan pasien dari penggunaan obat sering ditemukan pada pasien yang sangat muda, tua atau pasien dgn multiple medication.

BENTUK MEDICATION ERRORS Prescribing Transcribing

Dispensing

Administration

 Kontraindikasi

 Salah mengkopi

 Administration

 Duplikasi

 Dibaca keliru

 Tidak terbaca

 Ada instruksi yg

 Incompatible  Extra dose  Gagal mencek

terlewatkan  Instruksi tidak jelas dikerjakan  Instruksi keliru  Instruksi tidak  Instruksi verbal diterjemahkan lengkap salah  Perhitungan dosis keliru  Instruksi tidak

error  Kontraindikasi  Obat tertinggal di samping bed  Extra dose  Kegagalan mencek instruksi  Tidak mencek identitas  Dosis keliru  Salah menulis instruksi  Patient off  Pemberian obat di luar instruksi  Instruksi verbal dijalankan keliru

instruksi  Sediaan obat buruk  Instruksi penggunaan obat tak jelas  Salah hitung dosis  Salah memberi label  Salah menuliskan instruksi  Dosis keliru  Pemberian obat di luar instruksi  Instruksi verbal dijalankan keliru. American Hospital Association

COMMUNICATION & SAFETY Overview: 1. Problem komunikasi dengan pasien atau dalam team merupakan ancaman terhadap keselamatan pasien. 2. Komunikasi yang buruk akan meningkatkan potential risk terhadap tuntutan hukum. 3. Specific communication skill training dapat meningkatkan keselamatan pasien. 4. KTD itu sendiri sering menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dengan pihak pasien. (Beyer, M; Rohe, J; Nicklin, P, J; Haynes, K; 2007)

PATIENT SAFETY CULTURE Overview: 1. Kultur sangat penting bagi patient safety. 2. Setiap orang dalam organisasi, baik individu maupun kolektif, bertanggungjawab terhadap patient safety. 3. Membangun kultur patient safety membutuhkan kepemimpinan yang kuat. 4. Pendekatan team working pada industri penerbangan dapat ditiru untuk meningkatkan kultur terhadap patient safety di RS. (Claridge, T; Sandars, J; 2007)

PRINCIPLES OF CLINICAL RISK MANAGEMENT

Overview: 1. Risiko adalah bagian dari kehidupan yang tak sepenuhnya bisa dihindari, tetapi diminimalkan. 2. Semua aspek dari layanan kesehatan berhubungan erat dengan risiko klinik. 3. Clinical risk management harus secara proaktif disertai sistem terencana untuk mencegah atau mengurangi risiko potensial. 4. Clinical risk management dapat berguna untuk mengatasi risk / potential risk yang telah dikenali. (Price, J; Nicklin, P, J; Haynes, K; 2007)

BELAJAR DARI ANCAMAN

Overview: 1. Belajar dari ancaman menuju ke patient safety membutuhkan koleksi dan analisis insiden. 2. Ancaman thd patient safety tidak terlaporkan. 3. Root cause analysis dan audit kejadian yang signifikan memerlukan pendekatan untuk memahami “kenapa ancaman terhadap keselamatan pasien bisa terjadi”. 4. Sistem pelaporan lokal dan nasional terhadap insiden penting bagi pembelajaran dari ancaman menuju ke patient safety. (Baker, M; Thomson, R; Sandars, J; 2007)

PATIENT SAFETY & THE LAW Overview: 1. Diperkirakan 85.000 KTD krn kelalaian di RS di Inggris tiap tahun; meskipun demikian hanya sekitar 6000 klaim baru yang muncul. 2. Th 2005-2006 klaim kelalaian medis menelan biaya 560 juta pound sterling. 3. Klaim sering disebabkan kegagalan memberikan penjelasan yg adekuat atau permintaan maaf. 4. Profesional yang tidak berpengalaman biasanya meminta dicek oleh seniornya untuk menghindari klaim. (Jones, M; Cook, G; 2007)

FUTURE DIRECTIONS Overview: 1. Patient safety masih tetap menjadi masalah besar bagi RS. 2. Rintangan utama meningkatkan patient safety masih terletak pada keengganan organisasi untuk mengimplementasikannya. 3. Kurangnya evidence base yang membuktikan efektivitas dari program patient safety. 4. Riset lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk dapat mempengaruhi kebijakan dan praktek. (Sheik, A; Baker, M; Thomson, R; 2007)

STANDAR KESELAMATAN PASIEN RS 1. Hak pasien. 2. Mendidik pasien & keluarga. 3. Keselamatan pasien & asuhan berkesinambungan. 4. Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan KP. 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan KP. 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf utk mencapai keselamatan pasien (KP). (Kemenkes)

PRINSIP-PRINSIP MERANCANG SISTEM YANG AMAN DI ORGANISASI LAYANAN KESEHATAN 1. Provide Leadership. 2. Respect Human Limits in Process Design. 3. Promote Effective Team Functioning. 4. Anticipate the Unexpected. 5. Creating a Learning Environment. (Institue of Medicine)

PROVIDE LEADERSHIP Diperlukan pimpinan yang: - Mampu menjadikan patient safety sebagai prioritas tujuan organisasi (rumah sakit). - Mampu menjadikan patient safety sebagai tanggungjawab setiap orang yang terlibat dalam organisasi. - Mampu merumuskan tugas-tugas dan ekspektasi yang jelas menyangkut patient safety. - Mampu menyediakan human and financial resources guna menganalisis error dan mendisain ulang sistem. - Mampu mengembangkan mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi dan mengatasi para profesional yang bekerja secara sembrono. (Institute of Medicine)

RESPECT HUMAN LIMIT IN PROCESS DESIGN (HORMATI KETERBATASAN MANUSIA) - Rancang disain kerja yang aman (meliputi beban kerja, jam kerja, ratio pasien-perawat dsbnya). - Jangan mengandalkan memori (misalnya buat protap, checklist dsbnya). - Gunakan cara-cara tertentu agar fungsi-fungsi mau tidak mau dapat terlaksana dengan baik. - Ingat bahwa manusia tidak dapat selalu berada dalam keadaan waspada dalam jangka waktu yang lama. - Sederhanakan proses kunci. - Standardisasi proses-proses kerja (work processes). (Institute of Medicine, 2000)

PROMOTE EFFECTIVE TEAM FUNCTIONING - Latih terus menerus orang-orang yang diharapkan dapat bekerja dalam tim. - Ikutsertakan pasien dalam mendisain patient safety dan proses pelayanan.

ANTICIPATE THE UNEXPECTED

- Gunakan pendekatan proaktif untuk memeriksa proses pelayanan dan mendisain ulang sebelum kecelakaan terjadi (misalnya menggunakan double-checking atau tiger team). - Improve access to accurate, timely information (rekam medis & laporan lab selalu berada disamping pasien). - Buat rancangan agar supaya error dapat terlihat.

CREATE A LEARNING ENVIRONMENT : - Gunakan latihan-latihan simulasi bila mungkin. - Dorong agar orang mau melaporkan adanya error atau kondisi-kondisi bahaya. - Jangan menghukum orang yang mau melaporkan terjadinya error. - Kembangkan kultur kerja agar komunikasi dapat terjalin secara bebas diantara berbagai tingkat otoritas. - Implementasikan mekanisme feed back dan gunakan error sebagai sarana pembelajaran. (Institute of Medicine, 2000)

MENGAPA RISK MANAGEMENT PERLU? Karena risiko dapat menyebabkan kerugian finansial (financial loss) berupa : 1. Loss of hospital‘s properties. 2. Loss of hospital’s personnel. 3. Loss of hospital’s activities. (Roach W H, Chernoff S N, Esley C L.; 2000)

Lebih aman naik pesawat daripada berobat di RS. Risk Management Cost di industri transportasi menduduki peringkat pertama (2,70 % dari revenue) sedang di pelayanan kesehatan menduduki peringkat kedua (2,03 % dari revenue). (Towers Perrin & Risk Management Society, 1995)

TUJUAN UMUM RISK MANAGEMENT Mengendalikan kerugian financial rumah sakit agar tidak mengganggu kegiatan operasionalnya. TUJUAN KHUSUS RISK MANAGEMENT 1. Preserving hospital’s financial resources. (memelihara sumber daya finansial rumah sakit) 2. Preserving hospital’s human resources. (memelihara sumber daya manusia rumah sakit) 3. Preserving hospital’s activities. (memelihara kelangsungan aktivitas rumah sakit)

STRATEGI RISK MANAGEMENT 1. Risk control (pengendalian risiko): a. Risk avoidance or elimination (meniadakan). b. Risk reduction or minimation (mengurangi atau meminimalkan risiko). 2. Risk financing (pembiayaan risiko): a. Risk acceptance or risk retention (menanggung sendiri). b. Risk transfer (mengalihkan) kepada: - Pihak yang mengalami kerugian (misalnya, untuk tindakan medis dg informed consent). - Pihak Perusahaan Asuransi Malpraktek.

KEBIJAKAN RISK MANAGEMENT PROGRAMS 1. 2. 3. 4.

Elimination (meniadakan risiko). Reduction (mengurangi terjadinya risiko). Transfer of liability (mengalihkan tanggunggugat). Insurance (penjaminan oleh perusahaan asuransi). (Roach W H, Chernoff S N, Esley C L.; 2000)

1. Elimination of risk (meniadakan risiko). 2. Reduction of hospital liability (mengurangi tanggunggugat). 3. Finacial loss control (mengendalikan kerugian). (Kohn L T, Corrigan J M, Donaldson M S.; 2000)

CAKUPAN RISK MANAGEMENT 1. Identification of risk and education of staff: (mengenali risiko dan mendidik staf). 2. Identifying and containing risk after an event: (mengenali dan mengekang risiko setelah terjadi suatu peristiwa). 3. Education of staff and patient: (mendidik staf dan pasien). 4. Risk transfer: (mengalihkan risiko). (Kohn L T, Corrigan J M, Donaldson M S.; 2000)

LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN RISIKO MELIPUTI

  





Identifikasi risiko. Evaluasi risiko (yang berhasil diidentifikasi). Menetapkan kebijakan (untuk tiap-tiap risiko yang berhasil diidentifikasi). Implementasi kebijakan (termasuk melakukan edukasi terhadap staf, pasien, pengunjung, pemasok dan masyarakat). Evaluasi kebijakan yang diimplementasikan (untuk memperoleh umpan balik tentang konsep, kebijakan dan proses dari kebijakan tsb guna improvisasi yang akan datang).

A. IDENTIFIKASI RISIKO Melakukan retrospective, concurrent and prospective identification of loss exposure untuk: 1. Mengenali: a. Objek-objek atau area-area apa saja yang dapat terkena oleh sesuatu kerugian. b. Kerugian-kerugian apa saja yang dapat mengenai sesuatu objek atau area. 2. Mengenali kondisi-kondisi yang memperbesar risiko atau peril: a. Physical hazard. b. Moral hazard. c. Morale hazard. d. Legal hazard.

HUMAN ERROR DI AREA OPERATING ROOM (OR) 1. Gagal menciptakan good leadership di OR. 2. Rencana persiapan pasien, antisipasi kerja operator dan monitoring aktifitas team yang tak efektif. 3. Gagal mendapatkan keterangan guna mempelajari situasi sebelumnya sebagai acuan kedepan. 4. Gagal menjelaskan kepada setiap anggota tim

5. Gagal mendiskusikan prosedur alternatif dan menjelaskan posisinya masing-masing menyangkut beban kerja serta problem-problem yang berkaitan dengan pasien. 6. Adanya perbedaan yang tak terselesaikan antara tim operasi dan tim anestesi. 7. Koordinasi yang tidak baik. 8. Kegagalan konsultan untuk memberikan training yang cukup kepada residen yang diserahi tugas operasi. (Dillon, B, S.; 2003)

ANESTHESIA ERRORS YANG SERING TERJADI 1. Syringe swap (spuit tertukar). 2. Breathing circuit disconnection (sirkuit udara terputus). 3. Drug overdose. 4. Ventilator failure (kegagalan kerja ventilator). 5. Breathing circuit leak (sirkuit udara bocor). 6. Premature extubation (ekstubasi terlalu dini). 7. Breathing circuit misconnection (sirkuit salah sambung).

8. Incorrect blood transfused (salah transfusi darah). 9. Loss of oxygen supply (kehabisan suplai oksigen). 10. Ampule swap (ampul tertukar). 11. Unintentional extubation (ekstubasi tak sengaja). 12. Inadvertent change in gas flow (perubahan tidak sengaja). 13. Incorrect selection of airway management me thode (salah memilih metode manajemen airway). 14. Endobronchial intubation. 15. Hypoventilation (operator error). (Dillon, B, S.; 2003)

PENYEBAB ANESTHESIA ERROR  Kurang pengalaman dokter anestesi.  Lelah atau tergesa-gesa.  Gagal melakukan checking atau memperoleh riwayat sakit.  Kurang familier dengan metode anestesi.  Kurang familier dengan metode operasi.  Careless (kurang hati-hati).

 Kurangnya komunikasi dengan tim bedah atau dengan staf laboratorium.  Emergency case.  Kurang familier dengan peralatan yang digunanakan.  Terlalu menggantungkan pada personil lainnya.  Adanya kegiatan anestesia dalam proses pendidikan.  Kurangnya keahlian asistensi atau supervisi.



Visual field restricted (pandangan yang tebatas). (Dillon, B, S.; 2003)

SARANA UNTUK MEMBANTU IDENTIFIKASI RISIKO 1. Checklists or inventories of assets and important resources. 2. Operational flowcharts & financial statements. 3. Patient incident and unusual occurrence reports. 4. Medical audits. 5. Interdisciplinary risk management or quality assurance committees. 6. Constant communication among hospital staff and physicians about patient complaints and problems. (Roach W H, Chernoff S N, Esley C L.; 2000)

B. EVALUASI RISIKO 1. Menentukan klasifikasi risiko, yaitu: a. Prevented risk? b. Normally prevented risk? c. Managed risk? d. Unprevented risk? e. Unpreventable risk? 2. Mengkaji tingkat ancaman finansial terhadap RS dengan cara mengkaji: a. Loss frequency (kekerapan). b. Loss severity (keterukan / keparahan). c. Loss dispersion (nilai sebaran). (Roach W H, Chernoff S N, Esley C L.; 2000)

SARANA UNTUK MEMBANTU EVALUASI RISIKO Evaluasi risiko dapat dilakukan dengan menggunakan TEORI PROBABILITAS, yaitu: 1. Formal (menggunakan rumus-rumus atau prinsip-prinsip dari teori probabilitas). 2. Informal (menggunakan pengalaman atau standar-standar yang berlaku). (Roach W H, Chernoff S N, Esley C L.; 2000)

C. MENETAPKAN KEBIJAKAN Kebijakan diambil setelah mempertimbangkan: 1. Sifat Risiko, yaitu: a. Dapat dihindari samasekali? b. Tidak dapat dihindari samasekali?

2. Strategi Reduksi (change loss exposure), yaitu: a. Reducing frequency? b. Reducing financial seriousness? c. Reducing variation of losses?

3. Strategi Penanggungan Kerugian, yaitu: a. Risk financing retention(ditanggung sendiri)? b. Risk financing transfer (dialihkan), yaitu  

kepada pihak yang mengalami kerugian kepada Perusahaan Asuransi?

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close