3.1. Pengertian Kualitas
Kualitas dapat diartikan dalam banyak hal. Secara umum, kualitas adalah
pemenuhan kebutuhan, harapan dan kepuasan pelanggan. Menurut Douglas C.
Montgomery (2001, p4) pengertian kualitas dahulu (tradisional) dan sekarang (modern)
berbeda. Dahulu, kualitas diartikan sebagai “fitness for use”, yaitu berdasarkan
pandangan bahwa produk dan jasa harus memenuhi kebutuhompan pengguna.
Sedangkan pengertian kualitas sekarang berbanding terbalik dengan variabilitas, di mana
bila variabilitas kecil maka kualitas dari produk meningkat.tius
Dahulu produk dan jasa diharapkan hanya dapat memenuhi kebutuhan pengguna,
sedangkan sekarang ini karakteristik kualitas yang diperhatikan oleh pelanggan bukan
hanya penilaian terhadap seberapa baik suatu produk diproduksi, tetapi juga menyangkut
hal-hal seperti harga, jasa, syarat pembayaran, gaya, ketersediaan, frekuensi
diperbaharui dan ditingkatkan secara dukungan teknik (Pyzdek, 2002, p119).
Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi
kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan
variasi karakteristik dari suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan, agar
memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan
pelanggan internal maupun eksternal (Vincent Gaspersz, 1998, p1).
28
Pengertian kualitas dalam konteks pengendalian proses statistikal adalah
bagaimana baiknya suatu output (barang dan atau jasa) itu memenuhi spesifikasi dan
toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain dari suatu perusahaan. Spesifikasi dan
toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain produk harus berorientasi kepada
kebutuhan atau keinginan konsumen atau orientasi pasar (Vincent Gaspersz, 1998, pp12).
3.2. Statistical Process Control (SPC)
3.2.1.
Pengertian Statistical Process Control (SPC)
Pengendalian Proses Statistikal (Statistical Process Control = SPC)
adalah suatu terminologi yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk
menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistikal (statistical technique) dalam
memantau
dan
meningkatkan
performansi
proses
menghasilkan
produk
berkualitas. Pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an digunakan terminologi
Pengendalian Kualitas Statistikal (Statistical Quality Control atau SQC) yang
memiliki pengertian sama dengan Pengendalian Proses Statistikal (Statistical
Process Control = SPC) (Vincent Gaspersz, 1998, p1).
Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen,
melalui pengukuran karakteristik kualitas dari output kemudian membandingkan
hasil pengukuran itu dengan spesifikasi output yang diinginkan pelanggan, serta
mengambil tindakan perbaikan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara
performansi aktual dan standar.
29
Pengendalian
proses
statistikal
merupakan
suatu
metodologi
pengumpulan dan analisa data kualitas, serta penentuan dan interpretasi
pengukuran – pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem
industri, untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan.
3.2.2.
Tujuan dari Statistical Process Control (SPC)
Menurut Douglas C. Montgomery (2001, p154) Statistical Process
Control (SPC) adalah kumpulan dari tools (seven tools) yang digunakan untuk
pemecahan masalah sehingga tercapai kestabilan proses dan peningkatan
kapabilitas dengan pengurangan variasi.
Berikut adalah beberapa tujuan utama dari SPC menurut Gerald Smith
(1996, p4):
1. Meminimasi biaya produksi.
2. Memperoleh kekonsistenan terhadap produk dan servis yang memenuhi
spesifikasi produk dan keinginan konsumen.
3. Menciptakan peluang-peluang untuk semua anggota dari organisasi untuk
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas.
4. Membantu manajemen dan karyawan produksi untuk membuat keputusan
yang ekonomis mengenai tindakan yang diambil yang dapat mempengaruhi
proses.
30
3.3. Definisi Data dalam Konteks Statistical Process Control (SPC)
Menurut Vincent Gaspersz (1998, p43) data adalah catatan tentang sesuatu, baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk
bertindak.
Berdasarkan data, dipelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian diambil tindakan
yang tepat berdasarkan fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal
dua jenis data, yaitu:
•
Data Atribut (Attributes Data), yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk
pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah
ketiadaan label pada kemasan produk, kesalahan proses administrasi buku
tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk, banyaknya produk kayu
lapis yang cacat karena corelap. Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk
unit-unit nonkonformans atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang
ditetapkan.
•
Data Variabel (Variables Data) merupakan data kuantitatif yang diukur untuk
keperluan analisi. Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah
diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong,
banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit dalam persen, dan lain-lain.
Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya
merupakan data variabel.
31
3.4. Variasi
Penyebab utama terjadinya masalah kualitas adalah variasi. Variasi terjadi di
dalam proses, baik proses manufaktur maupun non-manufaktur. Variasi-variasi ini dapat
terjadi dikarenakan adanya variasi dalam elemen-elemen proses, yaitu manusia, mesin,
metode, material dan lingkungan.
Menurut Vincent Gaspersz (1998, pp28-29) variasi adalah ketidakseragaman
dalam sistem produksi atau operasional sehingga menyebabkan perbedaan dalam
kualitas pada output (barang atau jasa) yang dihasilkan. Setiap variasi yang terjadi pasti
akan menimbulkan cacat (defect) pada produk.
Adapun
pengertian
dari
cacat
ialah
semua
kejadian/peristiwa
yang
mengindikasikan di mana produk/jasa gagal memenuhi kebutuhan pelanggan atau
definisi yang lain adalah suatu kondisi dari suatu produk/jasa yang tidak dapat
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh standar yang berlaku atau tidak dapat
digunakan dengan baik oleh pelanggan (fitness for use) karena tidak memenuhi
satu/beberapa persyaratan kualitas pelanggan (Critical to Quality).
Penyebab dari variasi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penyebab khusus
dan
penyebab
umum.
Pengendalian
dari
sebuah
proses
diperoleh
melalui
pengeliminasian dari penyebab-penyebab khusus. Peningkatan dari sebuah proses
didapatkan melalui pengurangan dari penyebab umum.
32
3.4.1.
Variasi Penyebab Khusus (Special Causes)
Variasi ini mempengaruhi proses dalam cara yang tidak terduga dan
dapat dideteksi dengan teknik-teknik statistik yang sederhana. Variasi ini dapat
dihilangkan dari proses oleh operator atau tim pengendali proses yang
bertanggung jawab pada tahap tertentu dari proses, dengan melakukan tindakan
langsung (local action), di mana hampir 15% dari semua permasalahan proses
dapat diatasi dengan tindakan ini. Ketika semua variasi dari penyebab khusus
telah dieliminasi, proses dapat dikatakan berada dalam pengendalian statistik
(Gerald Smith, 1996, p40).
3.4.2.
Variasi Penyebab Umum (Common Causes)
Variasi penyebab umum diturunkan dari proses. Ketika variasi penyebab
khusus telah dieliminasi, proses dapat berjalan sebaik mungkin tanpa memerlukan
adanya perubahan. Sekitar 85% dari semua masalah berkaitan dengan variasi
penyebab umum. Hanya ada satu cara untuk mengurangi variasi penyebab umum,
yaitu dengan membuat peningkatan pada proses manufakturing.
Perluasan dari variasi penyebab umum dapat diukur secara statistik dan
dibandingkan dengan spesifikasinya, jika perbaikan dibutuhkan, tindakan pada
proses perlu untuk dilakukan. Tindakan dari manajemen diperlukan untuk semua
perubahan dari proses (Gerald Smith, 1996, p40).
33
3.5. Metode DMAIC (Define, Measure, Anaylze, Improve dan Control)
Metode DMAIC (Define, Measure, Anaylze, Improve dan Control)
merupakan salah satu penerapan six sigma, di mana metode DMAIC ini
merupakan sebuah proses untuk peningkatan yang dilakukan terus menerus,
bersifat systematic, scientific and berdasarkan dengan data yang ada (fact based).
DMAIC adalah proses berulang (closed-loop process) yang bertujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan proses produksi yang tidak produktif yang
berfokus pada pengukuran yang baru dan mengaplikasikan teknologi untuk
meningkatkan kualitas.
Selain DMAIC penerapan six sigma lainnya menggunakan metode
DMADV (Define, Measure, Anaylze, Design dan Verify). DMAIC digunakan
untuk meningkatakan proses bisnis yang sedang berjalan, sedangkan DMADV
digunakan untuk membuat rancangan produk baru atau merancang proses baru
yang hasilnya lebih baik, bisa diprediksi dan bebas cacat.
Berikut adalah penjelasan dari tahapan DMAIC:
1. Define, mendefinisikan tujuan-tujuan dalam usaha untuk meningkatkan proses
yang sesuai dengan permintaan pelanggan dan tujuan perusahaan.
2. Measure, mengukur proses produksi sekarang dan mengumpulkan data yang
dibutuhkan ke depannya untuk perbandingan.
3. Analyze, menganalisa kapabilitas proses produk kemudian mencari hubungan
sebab akibat dari faktor penyebab permasalahan yang ada.
4. Improve, meningkatkan proses berdasarkan analisis menggunakan tools yang
ada.
34
5. Control, mengontrol untuk menjalankan usulan-usulan yang diberikan dan
kemudian melakukan pengukuran kembali (kapabilitas proses).
Tahapan DMAIC dilakukan secara berulang dan membentuk siklus
peningkatan kualitas six sigma seperti dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.
Siklus DMAIC didasarkan dan dikembangkan pada siklus orisinil PDCA (PlanDo-Check-Act) yang dibuat oleh William Edward Deming.
Gambar 3.1 Siklus DMAIC
3.6. Tools yang digunakan
3.6.1.
Histogram
Histogram merupakan salah satu alat yang membantu untuk menemukan
variasi. Histogram merupakan suatu gambaran dari proses yang menunjukkan
distribusi dari pengukuran dan frekuensi dari setiap pengukuran itu.
Histogram dapat digunakan sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan
informasi tentang variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam
membuat keputusan-keputusan yang berfokus pada usaha perbaikan terusmenerus (continous improvement efforts).
35
3.6.2.
Pareto Diagram
Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi
paling kiri dan seterusnya sampai pada masalah yang paling sedikit paling terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan di sisi
paling kanan.
Analisis Pareto didasarkan pada hukum 80/20, di mana 80 persen
pengeluaran atau kerugian di dalam sebuah organisasi dibuat oleh hanya 20 persen
masalah. Angkanya tidak selalu tepat sama 80 dan 20, tetapi efek yang
ditimbulkannya seringkali sama. Pada dasarnya diagram pareto dapat digunakan
sebagai alat interpretasi untuk:
•
Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya suatu masalahmasalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada.
•
Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui
pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab
dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
3.6.3.
SIPOC Diagram
Dalam manajemen dan perbaikan proses, diagram SIPOC merupakan
salah satu teknik yang paling berguna dan juga paling sering digunakan.
36
Diagram SIPOC merupakan singkatan dari Supplier – Input – Process –
Output – Customer, yang digunakan untuk menampilkan ‘sekilas’ dari aliran
kerja. SIPOC didefinisikan sebagai berikut:
1.
Supplier adalah orang atau sekelompok orang yang memberikan
informasi kunci, material atau sumber daya lain kepada proses. Supplier
dapat juga merupakan proses sebelum proses yang menjadi fokus.
2.
Input adalah segala sesuatu yang diberikan pemasok kepada proses.
3.
Process adalah sekumpulan langkah yang mengubah input sehingga
memberikan nilai tambah pada input.
4.
Output adalah produk atau proses final, bisa berupa barang ataupun jasa
yang dihasilkan lewat suatu proses.
5.
Customer adalah orang atau sekelompok orang atau proses yang
menerima output.
Seringkali ditambahkan juga persyaratan – persyaratan (requirements)
kunci dari Input dan Output sehingga membuat SIPOC menjadi SIRPORC.
Manfaat dari SIPOC adalah:
1.
Melihat proses dihubungkan dengan pelanggan.
2.
Menunjukkan sekumpulan aktivitas lintas fungsional.
3.
Menggunakan kerangka kerja yang dapat diterapkan pada proses dengan
semua ukuran, bahkan untuk organisasi secara keseluruhan.
4.
Memfokuskan analisa lebih lanjut hanya pada bagian yang diperlukan.
37
3.6.4.
Voice of Costumer (VOC)
Voice of Customer (VOC) berupa data seperti komplain, survei,
komentar, riset pasar yang mencerminkan pandangan atau kebutuhan para
pelanggan sebuah perusahaan. VOC ini harus diterjemahkan ke dalam persyaratan
yang dapat diukur untuk proses.
3.6.5.
Project Charter
Project Charter digunakan untuk memfokuskan proyek perbaikan
terhadap sesuatu masalah yang akan diteliti atau dipecahkan. Elemen-elemen yang
ada pada Project Charter adalah:
a.
Business Case merupakan latar belakang permasalahan yang terjadi saat
ini dalam lingkup yang lebih global.
b.
Problem Statement merupakan pernyataan masalah saat ini secara
spesifik dan terukur (specific dan measurable).
c.
Goal Statement merupakan pernyataan tujuan yang akan dicapai setelah
proyek diselesaikan. Pernyataan tujuan ini haruslah spesifik, terukur,
realistik dan dapat dimengerti (specific, measurable, realistic dan
understandable).
d.
Project Scope merupakan batasan-batasan di mana proyek perbaikan atau
pemecahan masalah yang akan difokuskan.
e.
Role of Team Member merupakan daftar tugas dan tanggung jawab setiap
anggota tim yang terlibat dalam proyek perbaikan.
38
f.
Milestone atau batas waktu yang ditetapkan pada tim proyek untuk dapat
menyelesaikan proyeknya, beserta rincian kegiatan waktu demi waktu
jika diperlukan.
3.6.6.
Peta Kontrol (Control Chart)
Peta kontrol pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew
Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat pada tahun 1924
dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan
variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special-causes variation) dari
variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common-causes variation).
Pada dasarnya semua proses menampilkan variasi, namun manajemen
harus mampu mengendalikan proses dengan cara menghilangkan variasi penyebab
khusus dari proses itu, sehingga variasi yang melekat pada proses hanya
disebabkan oleh variasi penyebab umum.
Peta kontrol merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melakukan
pengawasan dari sebuah proses yang sedang berjalan. Nilai dari karakteristik
kualitas diplot sepanjang garis vertikal dan garis horizontal mewakili sample atau
subgroups (berdasarkan waktu) di mana karekteristik dari kualitas ditemukan.
Beberapa keuntungan yang bisa didapat dengan menggunakan peta
kontrol, yaitu:
•
Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil
secara statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum.
39
•
Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses
berada dalam pengendalian statistikal, batas-batas dari variasi proses
dapat ditentukan dan menunjukkan kemampuan dari proses untuk
memenuhi kebutuhan dari konsumen.
•
Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistikal.
Dengan demikian peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu
keadaan terkendali secara statistikal, di mana semua nilai rata-rata dan
range dari sub-sub kelompok (subgroups) contoh berada dalam batasbatas pengendalian (control limits).
Ada dua macam peta kontrol, yaitu peta kontrol untuk data variabel atau
variable control chart dan peta kontrol untuk data atribut atau attribute control
chart. Data variabel sering disebut sebagai data kuantitatif dan bersifat kontinu
yang diperoleh dari hasil pengukuran, contohnya adalah diameter, berat, panjang,
tinggi, lebar, volume, dll.
Sedangkan data atribut sering disebut sebagai data kualitatif dan bersifat
diskrit yang diperoleh dengan pengelompokkan atau perhitungan, contohnya
adalah warna, kebersihan, penampilan, dll. Berikut adalah penjelasannya:
40
Gambar 3.2 Penggunaan Peta Kontrol
1.
Peta Kontrol Untuk Data Variabel.
-
Peta Kontrol x dan R digunakan untuk memantau proses yang
mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, yang menjelaskan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran titik pusat (central
tendency) atau rata-rata dari suatu proses.
-
Peta kontrol x dan MR diterapkan pada proses yang menghasilkan
output yang relatif homogen, pada proses produksi yang sangat lama
dan menggunakan 100% inspeksi.
2.
Peta Kontrol Untuk Data Atribut.
-
Peta kontrol p digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian
(penyimpangan atau sering disebut cacat) dari item-item dalam
kelompok yang sedang diinspeksi.
-
Peta kontrol np merupakan peta kontrol yang hampir sama dengan
peta kontrol p, kecuali bahwa dalam peta kontrol np tidak terjadi
perubahan skala pengukuran (n=tetap).
41
-
Peta kontrol c diterapkan pada titik spesifik yang tidak memenuhi
syarat dalam produk itu sehingga suatu produk dapat saja dianggap
memenuhi syarat meskipun mengandung satu atau beberapa titik
spesifik yang cacat.
-
Peta kontrol u digunakan untuk mengukur banyaknya ketidaksesuaian
dalam periode pengamatan tertentu yang mungkin memiliki ukuran
contoh atau banyaknya item yang diperiksa.
3.6.7.
Kapabilitas Proses
3.6.7.1.
Kapabilitas
Kapabilitas
adalah
kemampuan
dari
proses
dalam
menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi. Jika proses memiliki
kapabilitas yang baik, proses itu akan menghasilkan produk yang berada
dalam batas-batas spesifikasi.
Sebaliknya apabila proses memiliki kapabiltias yang jelek,
proses itu akan menghasilkan banyak produk yang berada di luar batasbatas spesifikasi, sehingga menimbulkan kerugian karena banyak poduk
akan ditolak. Apabila ditemukan banyak produk yang ditolak atau
terdapat banyak scrap, hal itu menunjukkan bahwa proses produksi
memiliki kapabilitas yang rendah.
42
3.6.7.2.
Pengertian Kapabilitas Proses
Kapabilitas proses mewakili performa dari sebuah proses dalam
kondisi pengendalian secara statistik. Kapabilitas proses ditentukan oleh
total dari variasi yang ada karena penyebab-penyebab umum yang ada
dalam sistem.
Analisis kapabilitas proses adalah ilmu teknik yang digunakan
untuk memperkirakan kapabilitas proses, yang meliputi perkiraan nilai
mean dan standard deviasi dari karakteristik kualitas sebuah proses.
Fungsi utama dari analisis kapabilitas proses adalah untuk
menentukan seberapa baik pengukuran yang telah dilakukan ketika
dibandingkan dengan spesifikasi.
3.6.7.3.
Indeks Kapabilitas
Ada dua versi dari indeks kapabilitas proses yaitu:
1.
C =
p
USL − LSL
6σ
Ketika Cp digunakan, nilainya akan dibandingkan terhadap
nilai tertentu yang diinginkan. Nilai Cp yang berada di bawah 1
berarti toleransinya lebih kecil dari penyebaran pengukuran 6σ
dan ada sample pada populasi yang berada di luar batas
spesifikasi.
43
2. C
pk
⎛ USL - μ μ − LSL ⎞
= minimum ⎜
,
⎟
3σ ⎠
⎝ 3σ
Bila nilai Cp dibandingkan dengan keseluruhan toleransi 6σ dan
mengindikasikan seberapa baik sebuah proses, maka Cpk
membandingkan yang terburuk sebagian dari distribusi dengan
3σ .
Kriteria (rule of thumb) dari indeks kapabilitas adalah:
1. Cp > 1,33, maka kapabilitas proses dianggap baik (capable).
2. 1,00 < Cp < 1,33, maka kapabilitas proses dianggap baik namun
perlu pengendalian ketat apabila Cp telah mendekati 1,00
(capable with tight control as Cp approaches 1,00).
3. Cp < 1,00, maka kapabilitas proses dianggap tidak baik/rendah
(not capable), sehingga perlu ditingkatkan performansinya
melalui perbaikan proses itu.
3.6.7.4.
Keuntungan Analisis Kapabilitas Proses
Keuntungan dari analisis kapabilitas proses menurut Amitava
Mitra (1998, p294), yaitu:
1. Pengurangan total biaya.
Ini terjadi karena biaya kegagalan internal dan eksternal
diturunkan. Dengan secara teratur mengawasi parameter dari
proses, akan lebih sedikit produk yang tidak sesuai standard
diproduksi (nonconforming products).
44
2. Keseragaman dari output.
Dengan menggunakan kapabilitas proses dan melakukan
penyesuaian yang diperlukan pada parameter proses, variabilitas
dapat lebih dikendalikan, segala bentuk yang tidak diinginkan
dari pendistribusian karakteristik kualitas dievaluasi dan
perubahan pada parameter proses dapat dilakukan lebih cepat.
3. Peningkatan atau pemeliharaan kualitas.
Analisis kapabilitas proses mengindikasikan apakah diperlukan
peralatan yang baru atau tidak. Setelah perubahan ini terjadi
maka kapabilitas yang baru dapat ditentukan.
4. Memfasilitasi desain produk dan proses.
Informasi yang diperoleh dari analisis kapabilitas proses
memberikan umpan balik yang penting dari bagian manufaktur
untuk desain. Ini sangat penting karena perancang produk harus
waspada terhadap variasi yang muncul secara permanen.
5. Membantu dalam pemilihan dan pengendalian vendor.
Perusahaan dapat meminta kepada vendor mereka untuk
melakukan pelaporan mengenai informasi process capability
untuk mengarahkan mereka dalam memilih vendor
45
3.6.8.
Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram sebab akibat diperkenalkan pertama kali oleh Kaoru Ishikawa,
Ph.D. pada tahun 1943 dan sering juga disebut sebagai diagram Ishikawa, karena
bentuknya seperti kerangka ikan, diagram sebab akibat ini sering juga disebut
sebagai Diagram Tulang Ikan (fishbone diagram).
Diagram sebab akibat digunakan untuk menyelidiki atau mempelajari
sebab-sebab kesalahan/kegagalan yang digunakan untuk tindakan perbaikan.
Dengan cara ini, dapat diketahui penyebab apa yang mengakibatkan masalah yang
paling serius
Diagram sebab akibat berkaitan dengan pengendalian proses statistikal,
di mana dapat diidentifikasi penyebab suatu proses out of control. Sebaliknya bila
proses stabil, dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pada penyebab untuk
diteliti lebih lanjut sehingga meningkatkan proses.
Diagram sebab akibat digunakan untuk kebutuhan – kebutuhan sebagai
berikut:
-
Menganalisis kondisi aktual yang bertujuan untuk memperbaiki /
meningkatkan kualitas barang atau jasa, memanfaatkan sumber daya
secara efisien dan meminimasi biaya.
-
Mengeliminasi / menghilangkan hal-hal yang menyebabkan produk cacat
dan ketidakpuasan pelanggan.
-
Membuat standard dari operasi yang ada dan yang akan diusulkan.
-
Mendidik dan melatih personil yang ada dalam membuat keputusan dan
dalam membuat perbaikan.
46
3.6.9.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
FMEA adalah sebuah metodologi yang digunakan untuk menganalisa dan
menemukan semua kegagalan-kegagalan yang potensial terjadi pada suatu sistem,
menemukan efek-efek dari kegagalan yang terjadi pada sistem dan kemudian
mencari cara bagaimana untuk memperbaiki atau mengurangi kegagalankegagalan atau efek-efeknya pada sistem.
Perbaikan dan pengurangan yang dilakukan biasanya berdasarkan pada
sebuah ranking dari severity dan probability dari kegagalan. Beberapa keuntungan
dari FMEA adalah:
Membantu desainer untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi atau
mengendalikan cara kegagalan yang membahayakan serta mengurangi
kerusakan terhadap sistem dan penggunanya.
Meningkatnya keakuratan dari perkiraan terhadap peluang dari kegagalan
yang akan dikembangkan.
Realibilitas dari produk akan meningkat, karena waktu untuk melakukan
desain akan dikurangi berkaitan dengan melakukan identifikasi dan
perbaikan dari masalah-masalah.
47
Gambar 3.3 Contoh FMEA
Definisi serta pengurutan/pemberian ranking dari berbagai terminologi dalam
FMEA adalah sebagai berikut:
1.
Mode Kegagalan Potensial (Potential Failure Mode – Quality Risk)
adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain yang menyebabkan sistem
itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
2.
Penyebab Potensial dari Kegagalan (Potential Effect of Failure) adalah
kelemahan-kelemahan desain dan perubahan dalam variabel yang akan
mempengaruhi proses dan menghasilkan kecacatan produk.
3.
Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang tingkat
parahnya kerusakan atau bagaimana buruknya pengguna akhir akan
merasakan akibat dari kegagalan tersebut. Berikut adalah kriteria dari
severity yang ditunjukkan pada Tabel 3.1 di bawah ini.
48
Tabel 3.1 Kriteria Severity
Effect
Criteria ( Severity of Effect)
Rank
Memungkinkan untuk membahayakan mesin atau operator,
Berbahaya,
ranking sangat tinggi apabila berhubungan dengan penggunaan
10
tanpa
kendaraan secara aman atau tidak sesuai dengan peraturan
peringatan
pemerintah. Kegagalan akan timbul tanpa peringatan
Memungkinkan untuk membahayakan mesin atau operator,
Berbahaya,
ranking sangat tinggi apabila berhubungan dengan penggunaan
9
dengan
kendaraan secara aman atau tidak sesuai dengan peraturan
peringatan
pemerintah. Kegagalan akan timbul dengan adanya peringatan
Gangguan utama pada lini produksi, semua hasil produksi (100%)
Sangat
harus dibuang, produk kehilangan fungsi utama. Konsumen sangat
8
tinggi
tidak puas.
Gangguan minor pada lini produksi, produksi harus dipilih dan
Tinggi
sebagian besar produk (dibawah 100%) harus dibuang, fungsi
7
produk menurun. Konsumen tidak puas.
Gangguan minor pada lini produksi, sebagian kecil produk harus
Sedang
dibuang, produk dapat digunakan, namun kenyamanan terganggu.
6
Konsumen kurang puas
Gangguan minor pada lini produksi, 100% produk mungkin harus
Rendah
di-rework. Produk dapat digunakan namun kemampuan rendah.
5
Konsumen merasa sedikit kecewa
Gangguan minor pada lini produksi, produk jadi harus dipilah –
Sangat
pilih dan sebagian kecil harus di-rework. Ketidaksesuaian produk
4
Rendah
kecil, kerusakan dapat dideteksi oleh kebanyakan konsumen
Sebagian kecil produk harus di-rework, namun dilakukan di lini
produksi dan di luar stasiun kerja, kerusakan diketahui oleh
3
Minor
sebagian besar konsumen.
Sebagian kecil produk harus di-rework, namun dilakukan di lini
Sangat
produksi dan di dalam stasiun kerja, kerusakan diketahui oleh
2
Minor
sangat sedikit konsumen.
Tidak ada Tidak ada Efek
1
4.
Occurence (O) adalah suatu perkiraan mengenai kemungkinan dari
penyebab yang akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang
menyebabkan akibat tertentu. Tabel 3.2 menunjukkan skala rating
occurrence.
49
Tabel 3.2 Kriteria Occurrence
Possible
Failure rate
>=1 dari 2
1 dari 3
1 dari 8
Cpk
Rank
< 0,33
>= 0,33
>= 0,51
10
9
8
1 dari 20
>= 0,67
7
1 dari 80
1 dari 400
1 dari 2000
>= 0,83
>=1,00
>=1,17
6
5
4
1 dari 15000
>= 1,33
3
Sangat Rendah: Hanya kegagalan - kegagalan
terisolasi yang serupa dengan proses yang
identik.
1 dari 150000
>= 1,50
2
Sangat kecil: Kegagalan hampir tidak mungkin,
belum pernah terjadi kegagalan serupa di proses
lain yang identik
<=1 dari
1500000
>= 1,67
1
Probability Of Failure
Sangat Tinggi : Kegagalan hampir tak dapat
dihindari
Tinggi: Kegagalan sangat mirip dengan
beberapa kegagalan sebelumnya yang memang
sering sekali gagal
Sedang: Dapat dikaitkan dengan kegagalan
sebelumnya yang sering terjadi, namun tidak
dalam proporsi besar
Rendah: Kegagalan yang terisolasi dan dapat
diasosiasikan dengan beberapa proses yang
serupa
5.
Detection (D) adalah perkiraan subyektif tentang kemungkinan untuk
mendeteksi penyebab dari kegagalan yang ada sebelum produk tersebut
keluar dari proses produksi. Untuk dapat menentukan angka Detection
dapat dilihat pada Tabel 3.4.
6.
Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara rating
severity, detection dan rating occurance dengan rumus:
RPN = (S) x (O) x (D).
Nilai ini harus digunakan untuk mengurutkan perhatian yang harus
diberikan pada proses tersebut. Untuk RPN yang besar, team harus
mampu menurunkan nilai resiko, umumnya perhatian tertinggi harus
diberikan pada Severity (S) tertinggi.
50
Tabel 3.3 Kriteria Detection
Kriteria: Keberadaan dari cacat dapat dideteksi oleh
kontrol proses sebelum koponen atau hasil produksi
lolos ke proses selanjutnya.
Detection
Hampir tidak
mungkin
Sangat kecil
kemungkinannya
Kecil
kemungkinannya
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Agak tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Hampir pasti
terdeteksi
Tidak ada kontrol yang tersedia untuk jenis kegagalan ini
Sangat tidak mungkin untuk kontrol yang ada dapat
mendeteksi kegagalan ini
Tidak mungkin kontrol yang ada tidak dapat mendeteksi
kegagalan yang ada
Sangat rendah kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat
mendeteksi kegagalan ini
Rendah kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat
mendeteksi kegagalan ini
Ada kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi
kegagalan ini
Cukup kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat
mendeteksi kegagalan ini
Mungkin untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi
kegagalan ini
Sangat mungkin untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi
kegagalan ini
Hampir pasti kontrol yang ada dapat menangkap kegagalan
proses seperti ini, karena sudah diketahui dari proses yang
serupa.
Rank
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
7. Recommended Action adalah satu atau lebih tindakan yang dibuat
untuk mengatasi permasalahan dan meningkatkan Risk Priority
Number (RPN).
51
3.7. Sistem
Menurut James A. O’Brien. (2003, p8), sistem adalah integrasi dari komponenkomponen yang saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dengan merubah input
menjadi output melalui proses perubahan. Sistem juga dapat diartikan sebagai kumpulan
komponen yang saling berinteraksi dengan tujuan tertentu.
Dari pengertian ini, dapat diketahui karakteristik sistem yaitu harus terdiri dari dua
atau lebih item, komponen dari sistem merupakan item yang tidak dapat menjadi sistem
yang lebih kecil atau item merupakan bentuk dasar/komponen yang berbentuk sistem
kecil, komponen-komponen dari sistem beroperasi dengan suatu hubungan tertentu di
antaranya, dan sistem harus mempunyai tujuan.
Hirarki dari sistem menunjukkan semua sistem terdiri dari sub sistem karena
sistem terdapat dalam sebuah sistem lain yang lebih besar. Misalnya, sekolah merupakan
suatu sistem yang berada dalam sistem pendidikan nasional dimana dalam sistem
sekolah terdapat sistem yang lebih kecil seperti sistem pengajaran dan sistem absensi.
Interaksi dan koneksi antar sub sistem disebut interface. Pada umumnya sistem dibagi ke
dalam tiga bagian yaitu input, proses, dan output. Ketiga bagian ini dikelilingi oleh
lingkungan sekitarnya dan juga mekanisme feedback. Dasar dari sistem adalah:
a.
Input.
Meliputi pengumpulan data baik dari dalam maupun dari luar organisasi yang
akan digunakan dalam proses sistem informasi. Contohnya adalah raw materials,
data dan energi.
52
b.
Process.
Meliputi proses transformasi (perubahan) yang merubah input menjadi output
sehingga menjadi berguna bagi user. Contohnya adalah proses manufaktur,
perhitungan matematika.
c.
Output.
Merupakan proses untuk melakukan penyebaran informasi dan elemen-elemen
kepada orang atau kegiatan yang membutuhkannya. Contohnya adalah barang jadi
yang nantinya dikirimkan ke konsumen.
d.
Feedback.
Feedback adalah aliran informasi dari komponen output kepada pengambil
keputusan mengenai output sistem atau kinerja dari sistem. Pengambil keputusan
membandingkan output dengan yang ditargetkan kemudian menyesuaikan input
dan proses sehingga sistem dapat menghasilkan output yang mendekati target.
e.
Lingkungan
Lingkungan (environment) terdiri dari beberapa elemen yang berada diluar sistem
dan bukan merupakan input, output, atau proses.
Suatu elemen dikatakan berada dalam lingkungan jika dan hanya jika elemen
mempengaruhi tujuan sistem dan pengambil keputusan tidak dapat memanipulasi
elemen. Elemen lingkungan dapat berupa bidang ekonomi, fiskal, legal, politik,
dan sosial.
53
Gambar 3.4 Struktur Sistem
3.8. Informasi
Menurut James A. O’Brien (2003), informasi adalah data yang telah diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi yang menggunakannya (end users).
Informasi sangat dibutuhkan karena informasi merupakan suatu dasar dalam mengambil
keputusan dalam perusahaan.
3.9. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah sistem yang bertujuan untuk menyimpan, memproses dan
mengkomunikasikan informasi. Sistem informasi menerima input dan memproses data
untuk menyediakan informasi bagi pengambil keputusan dan membantu pengambil
keputusan mengkomunikasikan hasil putusannya.
54
Sistem Informasi membantu tingkat manajemen organisasi dengan menyediakan
informasi yang berguna di dalam pengambilan keputusan organisasi baik pada tingkat
perencanaan strategis, perencanaan manajemen maupun perencanaan operasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
3.10. Unified Modelling Language (UML)
3.10.1. Sejarah UML
Unified Modeling Language (UML) dikembangkan dengan tujuan untuk
menyederhanakan
dan
mengkonsolidasikan
sejumlah
besar
metode
pengembangan object oriented yang muncul. Metode pengembangan untuk bahasa
pemrograman tradisional muncul pada tahun 1970 an dan menjadi menyebar pada
tahun 1980 an. Yang paling terkenal diantaranya adalah structured analysis and
structured design.
Pendekatan analisa dan rancangan dengan menggunakan metode Object
Oriented mulai diperkenalkan sekitar pertengahan 1970 hingga akhir 1980
dikarenakan pada saat itu aplikasi software sudah meningkat dan mulai kompleks.
Jumlah yang menggunakan metode OO mulai diuji coba dan diaplikasikan antara
1989 hingga 1994 , seperti halnya oleh Grady Booch dari Rational Software Co.
yang dikenal dengan OOSE (Object-Oriented Software Engineering), serta James
Rumbaugh dari General Electric, dikenal dengan OMT (Object Modelling
Technique).
55
Kelemahan saat itu mulai disadari oleh Booch maupun Rumbaugh, ketika
mereka bertemu rekan lainnya, Ivar Jacobson dari Objectory. Kelemahannya
adalah tidak adanya standar penggunaan model yang berbasis OO, sehingga
mereka mulai mendiskusikan untuk mengadopsi masing-masing pendekatan
metoda OO untuk membuat suatu model bahasa yang seragam, yaitu Unified
Modeling Language (UML) dan dapat digunakan oleh seluruh dunia.
Gambar 3.5 Terbentuknya Unified Modelling Language (UML)
Sumber: Dharwiyanti, Wahono, http://ikc.tuxed.org/umum/yanti-uml.php/
Ada beberapa usaha awal untuk menyatukan konsep diantara berbagai
metode yang muncul. Salah satunya adalah penyatuan yang dilakukan oleh
Coleman dan koleganya yang memasukkan konsep dari OMT, Booch (Booch –
91), dan CRC. Dimana usaha tersebut tidak melibatkan pencetus yang aslinya,
hasilnya dianggap sebagai sebuah metode baru yang menggantikan beberapa
metode yang lain.
56
Pada tahun 1996 Object Management Group (OMG) memunculkan
permintaan untuk proposal untuk sebuah pendekatan yang standar untuk object
oriented modelling Pencetus UML Grady Booch, Ivar Jacobson dan James
Rumbaugh mulai bekerja dengan para metodologis dan pengembang dari
perusahaan lain untuk membuat sebuah proposal yang menarik bagi anggota
OMG agar modeling languange dapat diterima oleh para pencetus, metodologis,
dan pengembang. Akhirnya proposal diserahkan ke OMG pada September 1997.
Hasil akhirnya adalah kolaborasi dari banyak orang, dan pada November 1997
dibuat sebuah standardnya (UML – 98). UML adalah standar dunia yang dibuat
oleh Object Management Group (OMG), sebuah badan yang bertugas
mengeluarkan standar-standar teknologi object oriented dan software component.
3.10.2. Konsep Bahasa UML
Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yg telah
menjadi
standar
dalam
industri
untuk
visualisasi,
merancang
dan
mendokumentasikan sistem piranti lunak (software). UML menawarkan sebuah
standar untuk merancang model sebuah sistem. Dengan menggunakan UML dapat
dibuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut
dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis
dalam bahasa pemrograman apapun.
57
Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep
dasarnya, maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa-bahasa
berorientasi objek seperti C++, Java, C# atau VB.NET. Walaupun demikian,
UML tetap dapat digunakan untuk modeling aplikasi prosedural dalam VB atau C.
Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan
syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk
menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna
tertentu, dan UML syntax mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat
dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada
sebelumnya: Grady Booch OOD (Object-Oriented Design), Jim Rumbaugh OMT
(Object Modeling Technique), dan Ivar Jacobson OOSE (Object-Oriented
Software Engineering).
3.10.3. Kegunaan UML
UML diperuntukan untuk pemakaian sistem software yang intensif. Ada
banyak tujuan dibelakang pengembangan dari UML, yang paling pertama dan
penting adalah agar dapat digunakan oleh semua pengembang atau modelers dan
tujuan akhir dari UML adalah untuk menjadi sesederhana mungkin selama masih
memenuhi kebutuhan untuk melakukan modeling pada sistem yang akan
dibangun.
58
3.11. Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Lars Mathiassen (2000, pp3-4), OOAD merupakan metode untuk
menganalisa dan merancang suatu sistem informasi dengan menggunakan objek dan
class sebagai konsep dasarnya. Analisis di sini adalah kegiatan melakukan investigasi
terhadap masalah yang ada, desain adalah solusi logis dari permasalahan yang ada dan
implementasi adalah penerapannya.
Metode ini digunakan dalam hal analisis dan desain sistem, menyediakan
pandangan yang terintegrasi antara software dengan hardware dan menyediakan
metodologi untuk melakukan pengembangan sistem.
3.11.1. Karakteristik Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Encapsulation, Inheritance dan Polymorphism merupakan karakteristik
pemrograman berbasis objek, di mana sebuah pemrograman berbasiskan objek
harus memenuhi kriteria tersebut. Berikut adalah pengertian dari masing – masing
kriteria tersebut :
1.
Encapsulation dalam OOAD adalah pengelompokan funsgi atau
menyembunyikan cara pengimplementasian suatu benda dari pengguna,
sehingga pengguna hanya tergantung dan berhubungan dengan interface
luarnya saja. Ini akan memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan
suatu sistem tanpa harus mengetahui cara/mekanisme implementasi dari
antarmukanya.
59
2.
Inheritance
merupakan kemampuan objek untuk menurunkan sifat,
metode, atribut, dan variabel yang dimiliki oleh class dasarnya tanpa
menggunakan banyak kode program, serta dapat ditambahkan metode,
atribut, dan variabel baru.
3.
Polymorphism merupakan kemampuan untuk mendefinisikan beberapa
class dengan fungsi yang berbeda, namun memiliki nama metode dan
properti yang identik dan dapat digunakan secara bergantian pada saat
program dijalankan.
3.11.2. Keuntungan Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Lars Mathiassen Mathiassen (2000, pp5-6) keuntungan
menggunakan OOAD di antaranya adalah:
1.
Merupakan konsep umum yang dapat digunakan untuk memodelkan
hampir semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa yang umum.
2.
OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.
3.
Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan
mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.
4.
Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan
berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman
berorientasi objek.
60
3.12. Aktivitas Utama Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Sistem secara nyata mempunyai beberapa komponen di dalamnya. Arsitektur dari
komponen sistem merefleksikan konteks dari sistem. Berikut adalah Gambaran
mengenai konteks dari sistem dan arsitektur dari sistem yang ditunjukkan oleh Gambar
3.6 dan 3.7.
Gambar 3.6 System Context
Gambar 3.7 System Architecture
Aktivitas di dalam OOAD terdiri dari 4 aktivitas utama, problem domain analysis,
application domain analysis, architectural design dan component design. Keempat
aktivitas ini merupakan aktivitas analisis dan perancangan pada daur hidup dalam
pengembangan sistem.
61
Sebelum aktivitas analisis dan desain dilakukan, aktivitas preliminary analysis
dilakukan pada daur hidup pengembangan sistem dalam bentuk system choice Gambar
3.8 di bawah ini akan menjelaskan aktivitas OOAD yang menunjukkan berbagai
aktivitas tersebut serta hubungannya.
Gambar 3.8 Aktivitas-Aktivitas dalam OOAD
3.12.1. System Choice
Awal dari suatu proyek pengembangan sistem informasi adalah pengumpulan
ide yang berbeda-beda mengenai sistem yang diinginkan. System choice ini dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu mendeskripsikan sistem yang akan dibuat. Dalam
pembuatan sistem ini perlu dilakukan pengamatan terhadap kondisi situasi yang terkait
dan orang-orang yang berhubungan. Sistem yang diinginkan dapat dibuat dalam bentuk
narasi ataupun gambar. Apabila sistem ingin dibuat dalam narasi maka digunakan
system definition, sedangkan bila dalam bentuk gambar maka sistem digambarkan dalam
bentuk rich picture. Rich picture adalah sebuah gambaran informal yang digunakan oleh
pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem
yang sedang berlangsung.
62
Selain itu dilakukan pengujian dengan menganalisa 6 kriteria yang sering
disingkat menjadi FACTOR. Keenam elemen tersebut adalah functionality, application
domain, conditions, technology, objects serta responsiliility. FACTOR dapat juga
menjadi kriteria yang dapat memberikan penilaian kepuasan dari system definition.
3.12.2. Problem Domain Analysis
Tujuan dari problem domain analysis adalah untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan tujuan dari sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam problem domain
analysis ini adalah aktivitas mendefinisikan classes, stucture dan behavior.
3.12.2.1. Classes
Aktivitas dalam mendefinisikan classes ini bertujuan untuk mencari
bagian-bagian yang terdapat dalam problem domain, yaitu objects, classes dan
events.
Object adalah suatu entity yang mempunyai identitas, state dan
behavior. Identity dari object adalah property yang memisahkannya dari objectobject lainnya, di mana semua object memiliki identitas supaya dapat dibedakan
antara satu object dengan object lainnya. State dari object terdiri dari atribut yang
bersifat statis dan dinamis. Behavior dari object merupakan rangkaian dari event
baik secara aktif atau pasif dilakukan oleh object selama masa hidupnya.
Menurut Lars Mathiassen (2000, p53), class deskripsi dari kumpulan
object yang mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama.
Event adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih
object.
63
Mengacu pada Mathiassen (2000, p49) aktivitas ini akan menghasilkan
event table, di mana dalam tabel ini dimensi horizontal berisi kelas-kelas yang
terpilih sedangkan dimensi vertical berisi event-event terpilih dan tanda cek
digunakan untuk mengidentifikasikan objek-objek dari kelas yng berhubungan
dalam event tertentu. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.4 di bawah ini.
Tabel 3.4 Contoh Event Table
Class
Customer Assistant Apprentice Appoinment Plan
Event
Aktivitas ini bertujuan untuk membuat model dengan didasarkan pada
hubungan struktural antara class dan object. Setelah mengetahui class dan object
yang ada, event table dapat dibuat untuk menggambarkan hubungan struktural
antara class dan object tersebut. Lalu, struktur antara class dan object dapat
digambarkan lewat Class Diagram.
Class
diagram
menggambarkan
sekumpulan
class,
interface,
collaboration dan relasi-relasinya. Class diagram juga menunjukkan atribut dan
operasi dari sebuah object class. Class diagram dapat dikatakan sebagai diagram
64
dari problem domain yang menggambarkan seluruh hubungan struktural antara
class dan object yang terdapat di dalam model sistem yang telah ditetapkan.
Terdapat dua jenis hubungan struktural yang dapat menggambarkan
hubungan antar object, yaitu aggregation dan association. Berikut adalah
penjelasannya:
a. Aggregation.
Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object yang
menyatakan
bahwa
salah
satu
object
adalah
dasarnya
dan
mendefinisikan bagian yang lainnya.
Gambar 3.9 Contoh Aggregation Structure
b. Association.
Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object tapi berbeda
dengan aggregation di mana object yang tergabung tidak didefinisikan
sebagai
property
dari
sebuah
object.
Umumnya
association
digambarkan dengan sebuah garis di antara class yang relevan.
65
Gambar 3.10 Contoh Assocation Structure
Untuk
class
dapat
digambarkan
dua
jenis
hubungan,
yaitu
generalization dan cluster. Berikut adalah penjelasannya:
a. Generalization.
Merupakan hubungan antara 2 atau lebih kelas yang lebih khusus (sub
class) dengan sebuah kelas yang lebih umum (super class), di mana
hubungan spesialiasi tersebut dinyatakan dengan rumus “is-a”.
Gambar 3.11 Contoh Generalization Structure
b. Cluster.
Cluster adalah kumpulan kelas yang saling berhubungan yang
membantu memperoleh dan menyediakan ringkasan problem domain.
Cluster menggambarkan hubungan sebuah kumpulan dari class yang
saling berhubungan.
66
Gambar 3.12 Contoh Cluster Structure
3.12.2.3. Behavior
Behavior merupakan sekumpulan dari event dalam urutan yang tidak
teratur yang melibatkan sebuah object. Behavior perlu dibuat untuk semua class
dan dapat dibuat dengan membuat event trace sebelumnya. Event trace adalah
urut-urutan event yang meliputi suatu object tertentu. Sedangkan behavioral
pattern adalah penjelasan dari event trace untuk seluruh object dalam sebuah
class, yang ditampilkan dalam bentuk state chart diagram.
Statechart diagram menunjukkan state-state yang mungkin dijalankan
oleh sebuah object dan bagaimana state object tersebut menjalankannya berubah
sebagai hasil dari event-event yang mencapai object tersebut. Berikut adalah
contoh dari state chart diagram yang ditunjukkan pada Gambar 3.13 di bawah
ini.
67
Gambar 3.13 Contoh Statechart Diagram
3.12.3. Application Domain Analysis
Application domain merupakan organisasi yang mengatur, mengawasi, atau
mengendalikan problem domain. Application domain analysis bertujuan untuk
menentukan kebutuhan pengguna sistem dan mendefinisikan fungsi dan interface dari
sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam application domain analysis ini adalah aktivitas
mendefinisikan usage, function dan interface.
3.12.3.1. Usage
Usage didefinisikan untuk menentukan bagaimana aktor berinteraksi
dengan sistem. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi
dengan target sistem. Hasil dari usage adalah use case. Use case merupakan
interaksi antara sistem dengan actor di dalam application domain. Hasil dari
aktivitas usage ini adalah deskripsi dari semua use case dan actor dalam bentuk
use case specification dan actor specification.
68
Use case specifications akan menjelaskan bagaimana use case itu
bekerja, dan juga objek dan fungsi apa saja yang berhubungan langsung dengan
use case tersebut, sedangkan actor spesification akan menjelaskan bagaimana
cara actor berinteraksi dengan sistem.
Penggambaran hubungan antara actor dan use case dapat digambarkan
lewat use case diagram ataupun dalam bentuk actor table. Use case diagram
menggambarkan interaksi antara sistem dan user. Selain itu Use Case Diagram
mendeskripsikan secara grafis hubungan antara actors dan use case. Berikut
adalah contoh dari use case diagram yang ditunjukkan pada Gambar 3.14 di
bawah ini.
Gambar 3.14 Contoh Use Case Diagram
69
Setelah use case diagram digambarkan, maka tahap selanjutnya adalah
penggambaran sequence diagram. Menurut Simon Bennett (2006, p253)
sequence diagram menunjukkan interaksi antar objek yang diatur berdasarkan
urutan waktu. Sequence diagram dapat digambarkan dalam berbagai level of
detail yang berbeda untuk memenuhi tujuan yang berbeda-beda pula dalam daur
hidup pengembangan sistem. Simon Bennett menyatakan bahwa setiap sequence
diagram harus diberikan frame dengan menggunakan notasi sd yang merupakan
kependekan dari sequence diagram. Selain itu juga terdapat beberapa notasi
penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence diagram,
yaitu:
a. alt
Notasi ini merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan
bahwa terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk
dijalankan.
b. opt
Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang
memiliki heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika
syarat tertentu dipenuhi.
c. loop
Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame
tersebut dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.
70
d. break
Notasi ini menyatakan bahwa semua operation yang berada setelah
frame tersebut tidak dijalankan.
e. par
Notasi par merupakan kependekan dari parallel yang mengindikasikan
bahwa operation dalam frame tersebut dapat dijalankan secara
bersamaan.
f. seq
Notasi ini merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti
operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada
urutan manapun.
g. strict
Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang
menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.
h. neg
Notasi
neg
merupakan
kependekan
dari
negative
yang
mendeskripsikan operasi yang tidak valid.
i. critical
Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-
operasi yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong.
j. ignore
Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang
dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi.
71
k. consider
Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam
interaksi.
l. assert
Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan
yang valid.
m. ref
Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa
frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada
sebuah sequence diagram tertentu.
sd Check campaign budget
:Client
Campaign Manager
:Campaign
:Advert
getName()
listCampaigns()
loop
[for all client’s campaigns]
getCampaignDetails()
checkCampaignBudget
loop
[for all campaign’s adverts]
getCost
Gambar 3.15 Contoh Sequence Diagram
72
3.12.3.2. Function
Function didefinisikan untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan
sistem untuk membantu actor. Function adalah fasilitas yang membuat suatu
model bermanfaat bagi actor. Sebuah fungsi akan diaktifkan, dieksekusi dan
akhirnya memberikan hasil, di mana eksekusi yang dilakukan terhadap fungsi
dapat merubah perubahan di problem domain dan application domain.
Ada 4 tipe dari fungsi yaitu update, signal, read dan compute yang
ditunjukkan pada Gambar 3.15. Penjelasan dari empat tipe function dijelaskan di
bawah ini:
a. Update.
Function ini disebabkan oleh event problem domain dan menghasilkan
perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut.
b. Signal.
Function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model
yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat berupa
tampilan bagi actor dalam application domain atau intervensi langsung
dari problem domain.
c. Read.
Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan
actor
dan
mengakibatkan
sistem
menampilkan
berhubungan dengan informasi dalam model.
bagian
yang
73
d. Compute.
Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan
actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang
disediakan oleh actor atau model, hasil dari function adalah tampilan
dari hasil komputasi.
Hasil dari aktivitas function adalah daftar dari function atau function
list yang merinci function-function yang kompleks. Function list dibuat
berdasarkan dari use case description. Kompleksitas dari function list dimulai
dari yang simple sampai yang very complex.
Gambar 3.16 Function
3.12.3.3. Interface
Interface adalah suatu fasilitas yang membuat model dan function
dapat berinteraksi dengan actor. Interface menghubungkan sistem dengan semua
aktor yang berhubungan dalam konteks. Interface digunakan oleh actor untuk
berinteraksi dengan sistem.
74
Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari kegiatan
analisis lainnya yaitu model problem domain, kebutuhan functional dan use case.
Interface terdiri dari user interface dan system interface. Hasil dari aktivitas ini
adalah sebuah deskripsi elemen-elemen user interface dan elemen-elemen system
interface yang ditunjukkan lewat pembuatan tampilan (form), navigation
diagram dan lainnya.
Menurut Lars Mathiassen (2000, p344), Navigation Diagram
merupakan statechart diagram khusus yang berfokus pada user interface.
Diagram ini menunjukkan window-window dan transisi diantara window-window
tersebut. Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini
memiliki nama dan berisi gambar miniatur window. Transisi antar state dipicu
oleh ditekannya sebuah tombol yang menghubungkan dua window.
3.12.4. Architectural Design
Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas
pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses sistem, yang
bertujuan untuk membuat struktur dari sistem yang terkomputerisasi. Architectural
design terdiri dari 2 bagian yaitu Component Architecture dan Process Architecture.
Component architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen
yang saling berhubungan. Process architecture adalah struktur sistem eksekusi yang
terdiri dari proses yang interdependen. Lewat Process architecture ini ditentukan pola
arsitektural yang paling sesuai dengan model sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam
Architectural design adalah mendefinisikan criteria, components dan processes.
75
3.12.4.1. Criteria
Criteria adalah property yang diinginkan dari sebuah arsitektur.
Kriteria umum bagi suatu desain adalah usable, secure, efficient, correct,
reliable, maintainable, testable, flexible, comprehensible, reusable, portable dan
interoperable.
Ada 3 prinsip bagi desain yang baik, yaitu desain yang baik tidak
mempunyai kelemahan utama dan memiliki beberapa kriteria yang seimbang
serta kriteria bagi desain yang baik mencakup 3 kriteria, yaitu usable, flexible
dan comprehensible.
3.12.4.2. Component Architecture
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk membuat struktur sistem yang
mudah dimengerti dan flexible. Components adalah suatu kumpulan dari bagianbagian program yang mempunyai tugas yang telah ditentukan. Ada 3 macam
pola (pattern) yang digunakan untuk merancang component architecture yaitu
layered architecture pattern, generic architecture pattern atau client-server
architecture pattern.
Hasil dari aktivitas ini adalah pembuatan Component Diagram, yang
merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk menggambarkan
arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan bagaimana
coding
pemrograman
terbagi
menjadi
komponen-komponen
dan
juga
menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut. Berikut adalah contoh
Component Diagram yang ditunjukkan pada Gambar 3.17 di bawah ini.
76
Gambar 3.17 Contoh Component Diagram
3.12.4.3. Process Architecture
Process adalah sekumpulan operasi yang dieksekusi dalam urutan
terbatas dan terhubung. Hasil yang diharapkan dari aktivitas ini adalah
deployment diagram, yaitu diagram yang menggambarkan konfigurasi dari node-
node run time processing dengan komponen-komponen yang berada di dalamnya
dan active objects. Deployment diagram tidak hanya menggambarkan arsitektur
fisik software saja, melainkan software dan hardware. Diagram ini
menggambarkan komponen software, processor, dan peralatan lain yang
melengkapi arsitektur sistem. Berikut adalah contoh dari deployment diagram
yang ditunjukkan oleh Gambar 3.18.
77
Gambar 3.18 Contoh Deployment Diagram
3.12.5. Component Design
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kebutuhan bagi implementasi
dalam suatu kerangka arsitektur tetapi tidak menganggu component architecture. Hasil
yang diinginkan dari component design adalah deskripsi dari system components.
3.12.5.1. Model Component
Model
component
adalah
bagian
dari
sistem
yang
mengimplementasikan model dari problem domain. Tujuan dari aktivitas ini
adalah untuk menampilkan model dari sebuah problem domain. Konsep utama
pada model component adalah structure.
78
Hasil dari model component adalah revised class diagram yang
mencakup
penambahan
class
baru,
attributes
dan
structure
yang
menggambarkan events.
3.12.5.2. Function Component
Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan
fungsional. Hasilnya adalah class diagram dengan operasi dan fungsi-fungsinya.
Terdapat empat pola eksplorasi untuk merancang function component, yaitu:
1.
Model-Class Placement
2.
Function-Class Placement
3.
Strategy
4.
Active Function
79
3.11.2.1. Classes
3.11.2.2. Structure
3.11.2.3. Behavior
3.11.3.1. Usage
3.11.3.2. Function
3.11.3.3. Interface
3.11.4.1. Criteria
3.11.4.2. Components
3.11.4.3. Processes
3.11.5.1. Model Component
3.11.5.2. Function Component