Strategi Backup Dan Recovery Data Pada Disaster Recovery Center

Published on May 2016 | Categories: Documents | Downloads: 84 | Comments: 0 | Views: 827
of 11
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

8.4. Strategi Backup dan Recovery Data pada Disaster Recovery Center 8.4.1. Mekanisme Disaster Recovery Centre Secara Umum [7] Strategi recovery yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang proses pemindahan data pada sistem yang kritis ke pusat pengolahan data alternatif. Disaster Recovery Planning merupakan aktifitas yang penting. Disaster Recovery Plan didesain untuk menjamin kelangsungan proses bisnis yang vital jika terjadi disaster. Rencana ini merupakan solusi yang efektif yang dapat digunakan untuk me-recover semua proses bisnis yang vital dalam jangka waktu yang diinginkan menggunakan record-record data vital yang disimpan secara off-line. Dalam implementasinya, disaster recovery planning memerlukan serangkaian langkah yang kompleks. Disaster recovery planning bukanlah pekerjaan yang dilakukan sekali dan langsung selesai pada saat itu juga, ia harus di-maintain dan dites secara berkala(dengan kata lain, disaster recovery planning merupakan pekerjaan yang dilakukan secara berkelanjutan). Skenario disaster recovery diperuntukkan untuk hal-hal tertentu, seperti kehilangan akses ke pusat komputer, hilangnya kemampuan sistem dalam memproses data, dan terputusnya keterhubungan dengan jaringan. Skenario ini juga mengasumsikan bahwa semua peralatan di ruang komputer tidak dapat terselamatkan dan semua kemampuan kritis dari alat telekomunikasi telah hilang. Ketika terjadi disaster, petugas khusus akan mengambil tindakan cepat untuk memperingatkan Disaster Recovery Centre (DRC). Penyimpanan kembali data-data dari critical coverage (tempat data-data dari pusat komputer di-backup) ke pusat komputer dilakukan setelah pusat komputer itu beroperasi dengan baik. Adapun skenario disaster recovery adalah sbb : Pengiriman data dari Authorized User Data dan Software archived dalam bentuk off-site storage ke Disaster Recovery Center. Menghubungkan network lines ke DRC. Operating the Critical Applications on the Configuration at the Disaster Recovery Center Menyediakan Critical Coverage pada Disaster Recovery Center Menyediakan workspace dan peralatan yang dibutuhkan

8.4.2. Strategi Backup dan Recovery Data Salah satu keuntungan dari network storage berbasis IP adalah membuat customer bisa memilih arsitektur penyimpanan yang seperti apa (distributed ataucentralized) sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan mempertimbangkan manajemen backup dan

proses recovery, beragam strategi implementasi dapat diterapkan. Strategi implementasi pertama yang akan dibahas adalah offline backup ke media tape.

8.4.2.a. Offline Backup Solutions Hampir setiap customer dengan storage deployment mengimplementasikan beberapa jenis dari metode backup. Offline backup adalah sebuah mekanisme yang melibatkan proses pembuatan copy-an data dari primary storage (di filers) ke offline media seperti tape. Proses ini menghubungkan tape drives langsung ke filers. Gambar tiga menggambarkan secara umum topologi jaringan untuk Offline Backup. Sebagai tambahan, topologi jaringan ini bisa menggunakan SCSI, Fibre Channel,atau Ethernet network fabric.

Metode offline backup ada dua, yaitu: 8.4.2.b. Disk-to-Tape Deployment Penyebaran backup tipe NAS (Network Attached Storage) termasuk satu atau lebih aplikasi server backup yang ada di pusat data. Dengan peningkatan dalam penerapan konfigurasi backup berbasis NDMP, tidak ada batasan pada lokasi fisikdari NDMP-compliant backup servers.

Gambar 2

8.4.2.c. Disk-to-Disk-to-Tape Deployment Pendekatan unik lain untuk backup berbasis LAN adalah sebuah Teknologi baru dari NetApp, seperti produk NearStore™, yang mendukung efektifitas mekanisme backup disk to disk. Software NetApp's SnapMirror® dapat digunakan untuk replikasi data asyncronous melalui sebuah IP/Ethernet connection dari filers diremote sites ke NearStore appliance yang terletak di central site, dengan kapasitas penyimpanan yang besar yang tidak mahal, dimana dapat digunakan untuk mereplikasi data dari remote site. Gambar 5 menunjukkan contoh topology yang menggunakan NearStore dan teknologi SnapMirror.

8.4.3. Online Data Protection Solutions Proses offline backup saja tidak cukup untuk memberikan jaminan proteksidata pada sebuah perusahaan bila terjadi data loss dalam proses backup data dariclient ke filler. Oleh karena itu dibutuhkan online data protection untuk menangani masalah di atas. Salah satu bentuk online data protection yang dapat diterapkan pada DRC adalah Remote Site Disaster Recovery. Plihan konfigurasi untuk remote site disaster recovery sangat beragam tergantungpada jarak antara sites, level redundansi yang dibutuhkan, dan metode lain untuk data recovery. 8.4.3.a. Active/Passive Filer A di Site A di dalam gambar di bawah ini menggunakan teknologi SnapMirro runtuk mengupdate data di Filer B di Site B. Dengan demikian, Filer B berperansebagai tempat backup online untuk data dari filer A.

Gambar 4 Misalkan terjadi disaster di site A, copyan online dari data di filer B dapat dikonversimenjadi bentuk read/write ketika filer A berhenti melakukan snap mirror ke site B.Clients yang terhubung dengan Filer A dapat memulai mengakses data dari filer B.Ketika Filer A bisa berfungsi dengan baik lagi dan online, volume dan snapshot darifiler B dapat dikembalikan kembali ke filer A. 8.4.3.b. Active/Active Konfigurasi disaster recovery active/active dalam gambar 7 mirip dengan konfigurasi active/passive terkecuali bahwa Site B juga digunakan sebagai production site. Setelah data dari filer A di replikasi ke filer B, data di filer B juga direplikasi kembali ke filer A dengan Snapmirror untuk perlindungan dua arah. Ini membuat kedua site bisa saling me-recover jika terjadi disaster di salah satu site. Setiap site juga terus melayani permintaan data dari local clients. Gambar 5

Copy-an data dari hasil SnapMirror di site B dapat ditransfer ke tape library di site A untuk memusatkan operasi backup melalui multiple sites. 8.4.3.c. Multisite Topologies Teknologi Snap Mirror yang dipakai di konfigurasi Multisite Topologies bias disesuaikan arahnya. Multisite topologies digunakan di perusahaan besar yang mempunyai

data center yang tersebar di berbagai benua. Contoh konfigurasi seperti ditunjukkan pada gambar 6 dapat mengatur disaster recovery dari 3 site. Site-site ini dapat terletak di dalam kampus, area metropolitan, atau antar negara. SnapMirror dapat dilakukan di Filer A, B, dan C dalam mode siklik. Volume data dan snapshot dari filer A direplikasi ke filer B, filer B ke Filer C, dan Filer Ckembali ke Filer A. Hal ini memungkinkan data di sembarang site dapat diakses dari site pasangannya. Misalkan filer B di site B rusak, maka client-nya dapat mengaksesdata yang sudah di-copy dari Filer C. Dengan metode ini, jika terjadi disaster di salah satu site dapat ditanggulangi oleh site pasangannya. Data dari Site B dan Site C dapat direplikasi menggunakan SnapMirror kedata center Site A dan dipindahkan ke tape library selama penyimpanan offline.

8.4.3.d. Perbandingan Konfigurasi Active/Passive, Active/Active danMultisite Topologies Masing-masing konfigurasi untuk menerapkan online data protection memiliki kelebihan dan kekurangan. Konfigurasi Active/Active memiliki keunggulan pada proteksi dua arah. Dengan proteksi ini, jika terjadi disaster di salah satu site, maka kedua site bisa saling me-recover. Selain itu, kedua site dalam konfigurasi Active/Active bisa berfungsi sebagai production site.

Konfigurasi Multisite Topologies memiliki kehandalan dalam mengintegrasikan data-data yang berbeda dari banyak remote site.

8.4.4. Contoh Implementasi Recovery Sistem Operasi di UNIX A. Langkah Proses Recovery Dalam disaster recovery, proses recovery sistem operasi merupakan satu hal yang sangat penting. Berikut adalah bagan proses recovery untuk Sistem Operasi jika terjadi kerusakan pada sistem operasi, backup software, dan server index serta file konfigurasi.

Gambar 7

B. Jenis-jenis Proses Recovery Sistem Operasi Ada dua metode yang biasa dipakai dalam proses recovery sistem operasi, yaitu menggunakan autochanger (autochanger berfungsi untuk membuat media loading dan mounting functions berjalan dengan otomatis selama proses backup dan recover) atau stand-alone drive. Untuk masing-masing metode, ada beberapa opsi untuk melakukan recovery sistem operasi. Opsi tersebut antara lain complete reinstallation (keseluruhan)

atau partial reinstallation(sebagian). Penjelasan untukmasing-masing opsi tersebut adalah sbb :  Complete Reinstallation

Ketika kita melakukan complete reinstallation, yang kita lakukan adalah menginstall semua file sistem operasi dan menciptakan kembali konfigurasi unik apa saja yang ada sebelum terjadi kehilangan data atau disk crash. Pada beberapa kasus, recovery sistem operasi dapat lebih cepat bila dilakukan dengan complete reinstallation, khususnya bila kita menginstall sistem operasi dari CD dan kita memiliki sangat sedikit konfigurasi khusus yang harus dilakukan. Kecepatan complete reinstallation tergantung kepada kecepatan dari backup device dan kecepatan jaringan. Proses complete reinstallation sendiri bisa saja lebih lama bila dilakukan untuk me-recover sisa file dan konfigurasi yang menggunakan backup selama prosedur disaster recovery. Yang harus diperhatikan adalah jika kita memiliki device dengan konfigurasi default, yang tidak didukung secara langsung oleh sistem operasi, kita juga harus memodifikasi file konfigurasi di device itu selama instalasi.  Partial Reinstallation

Di sisi lain, partial installation memungkinkan Backup Server berjalan dengan cepat, sehingga kita bisa berkonsentrasi pada proses disaster recovery itu sendiri. Selanjutnya, kita bisa merecover sisa dari file sistem operasi menggunakan Backup. Kita tentu saja akan sangat menghemat waktu jika kita memiliki jumlah client yang banyak dan jumlah device di jaringan yang cukup banyak untuk dikonfigurasi. Proses recover yang menggunakan backup, akan sangat menjamin bahwa server, client dan device akan dikonfigurasi ulang tepat seperti saat sebelum terjadinya disaster. Partial installation mengharuskan kita untuk melakukan beberapa langkah berikut ini: • Jika perlu, pilihlah sebuah domain untuk system • Installah file dasar sistem operasi dan software device driver • Pastikan sistem yang dibangun berjalan dengan baik di jaringan. Adapun kesamaan untuk kedua opsi ini (complete/partial installation) adalah kita harus menjalankan perintah tar untuk memastikan bahwa tape drive berfungsi dengan baik. 1. Recovery dengan menggunakan autochangers (JUKEBOXES)

Autochangers dijalankan selama disaster recovery dimana kita mengalamikehilangan indeks-indeks Backup server dan file-file konfigurasi. File-file konfigurasi itu terdapat di path (direktori) /nsr/res. Autochangers sering digunakan pada dua kondisi, yaitu: • apabila terjadi kehilangan indeks-indeks di Backup server dan file-file konfigurasi di server asal • pada saat kita memindahkan file backup dan kita harus me-recover indeks yang ada serta file konfigurasi ke server yang baru. Program yang me-recover indeks-indeks dan file konfigurasi tidak mengenal autochangers. Konsekuensinya, kita harus menggunakan autochanger seakan-akan autochanger itu merupakan standalone drive untuk bagian dari recovery itu. Gunakan kontrol panel autochanger untuk melakukan mount dan unmount dari volume backup yang penting. Setelah me-recover indeks dan file-file konfigurasi, kita akan memiliki semua file konfigurasi autochanger yang asli kembali ke tempatnya. Kita sekarang bias menggunakan autochanger untuk me-recover sisa data kita. PENAMBAHAN DAN KONFIGURASI AUTOCHANGER Jika kita ingin me-recover dengan autochanger, maka ada beberapa hal yang harus kita ketahui, seperti: • Jika autochanger memiliki lebih dari satu drive, maka gunakanlah drive yang pertama untuk recovery. • Kita tidak akan mampu menggunakan fungsionalitas penuh dari autochanger ketika menyimpan kembali indeks-indeks server dan file konfigurasi. • Kita harus menggunakan tombol backup mount dan tombol unmount serta kontrol panel autochanger untuk mount dan unmount volume. • Ketika kita me-recover indeks-indeks server dan file konfigurasi, kita me-recover file konfigurasi autochanger seakan-akan file-file dan indeks-indeks ituada pada saat proses backup yang terakhir, termasuk inventory dari autochanger itu. Langkah-langkah untuk melakukan disaster recovery dengan autochanger: • Jika perlu, install kembali system operasi dan software backup. • Jalankan perintah jbconfig untuk menambah dan mengkonfigur autochanger. • Jalankan perintah nsrjb –vHE. Jika opsi –E tidak disupport oleh autochanger, gunakan /etc/LGTOuscsi/sjiielm untuk menginisialisasi status elemen. Perintah nsrjb –vHE

me-reset autochanger untuk melakukan operasi, mengeluarkanvolume backup, menginisialisasi kembali elemen status, dan memeriksa setiapslot untuk sebuah volume. • Temukan lokasi data bootstrap, baik dalam bentuk file elektronik atau hardcopy.Dengan informasi dari data bootstrap, tentukan volume mana yang penting untukme-recover indeks-indeks server dan file konfigurasi. • Ketikkan perintah nsrjb –I untuk melakukan inventory terhadap isi dari autochanger, untuk membantu kita memutuskan jika volume yang dibutuhkan untuk me-recover bootstrap berada di luar autochanger. • Load volume yang tepat dengan mengetikkan perintah: #nsrjb -l –S slot -f device-name Slot adalah slot dimana volume pertama diletakkan dan device-name adalah nama path dari drive pertama. Kita juga bisa, sebagai ganti dari perintah inimenggunakan tombol Backup Mount. • Ketik mmrecov. Jika bootstrap spans melintasi lebih dari satu volume, maka proses backup akan mengingatkan kita untuk me-load volume backup yang lain. • Unmount volume tersebut setelah indeks-indeks selesai di-recover dengan mengetikkan perintah : #nsrjb -u –S slot -f device-name Atau kita juga bisa menggunakan tombol backup unmount. • Shutdown backup. • Ubah nama direktori /nsr/res menjadi /nsr/res.orig • Ubah nama direktori /nsr/res.R menjadi /nsr/res • Restart Backup 2. Recovery dengan Stand-Alone drive Jika kita memilih untuk menggunakan drive yang ada di autochanger, maka kita harus memperhatikan hal-hal berikut ini: • Jika autochanger memiliki lebih dari satu drive, maka gunakanlah drive yang pertama untuk recovery. • Secara manual, kita harus melakukan mount terhadap volume backup yang dibutuhkan untuk me-recover indeks-indeks server dan file-file konfigurasi.

• Jika kita membuang volume backup dari autochanger cartridge yang digunakan untuk merecover indeks-indeks backup dan file-file konfigurasi, pastikan untuk meletakkan mereka kembali dalam satu slot ketika semua proses telah selesai dilaksanakan. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN DISASTER RECOVERY DENGAN STAND-ALONE DRIVE: • Jika perlu, install kembali sistem operasi dan software backup. • Tentukan letak data bootstrap, baik dalam bentuk file elektronik atau hardcopy.Dengan informasi dari data bootstrap, tentukan volume mana yang penting untukme-recover indeks-indeks server dan file konfigurasi. • Secara manual, mount volume yang bersesuaian ke dalam drive. • Ketikkan perintah mmrecov. • Shutdown backup. • Ubah nama direktori /nsr/res menjadi /nsr/res.orig • Ubah nama direktori /nsr/res.R menjadi /nsr/res • Restart Backup • Ketikkan perintah nsrjb -vHE. Perintah ini me-reset autochanger untuk operasi, mengeluarkan volume backup, menginisialisasi status elemen, dan memeriksa setiap slot untuk sebuah volume. Jika sebuah volume berada di dalam sebuah drive, volume itu akan di-remove dan ditempatkan dalam sebuah slot. • Lakukan inventory terhadap isi dari autochanger dengan menggunakan perintah nsrjb-I atau gunakan perintah inventory ini dalam program administrator.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close