Trauma

Published on November 2016 | Categories: Documents | Downloads: 53 | Comments: 0 | Views: 395
of 6
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

Trauma Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Trauma berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau jaringan parut atau hambatan dalam fungsi organ Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat 1. Mekanik Kekerasan oleh benda tajam Kekerasan oleh benda tumpul Tembakan senjata api Benda yang mudah pecah ( kaca )

2. Fisik Suhu Listrik Petir Perubahan tekanan udara Akustik Radiasi

3. Kimia korosif Asam Basa Kuat

Kelainan yang diakibatkan oleh trauma dapat dilihat dari dua aspek yaitu : A. Aspek Medik, Trauma dapat mengakibatkan : Berdasarkan prinsip inersia ( principle of inertia ) dari galileo galilei, setiap benda akan tetap bentuk dan ukurannya sampai ada kekuatan luar yang mampu merubahnya. Selanjutnya Isaac Newton dengan 3 buah hukumnya berhasil menemukan metode yang dapat untuk mengukur dan menghitung energy. Dengan dasar-dasar diatas maka dapat diterangkan bagaimana suatu energi potensial dalam bentuk kekerasan berubah menjadi energi kinetic yang mampu

menimbulkan luka, yaitu kerusakan jaringan yang dapat disertai atau tidak disertai oleh diskontinuitas permukaan kulit. Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa : 1. Kelainan fisik/organik Bentuk dari kelainan fisik atau organic dapat berupa - Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh - Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu 2. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu Bentuk dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau bagian tubuh yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta, tuli atau terganggunya fungsi organ-organ dalam 3. Infeksi Seperti diketahui bahwa kulit atau membrane mukosa merupakan barier terhadap infeksi. Bila kulit atau membrane tersebut rusak maka kuman akan masuk lewat daerah memar atau bahkan iritasi akibat benda yang terkontaminasi oleh kuman. Jenis kuman dapat berupa streptoccus, staphylococcus,Escheria coli, Proteus vulgaris, Clostridium Tetani serta kuman yang menyebabkan gangren 4. Penyakit Trauma sering dianggap sebagai precipating factor terjadinya penyakit jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam kontroversi 5. Kelainan Psikik Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang spektrumnya sangat luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia precox primer (schizophrenia), manic deppresive atau psikosis. Kepribadian serta potensi individu untuk terjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan factor utama timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada setiap gangguan mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang

terdiri atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relative bagi yang bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma. Secara umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atau irgan dengan psikosis post trauma didasarkan atas : - Keadaan mental benar-benar sehat sebelum trauma - Trauma telah merusak susunan saraf pusat - Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang -Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau fungsinya dapat mempengaruhi emosi ( organ genital, payudara, mata, tangan, atau wajah). -Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan - Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal - Korban dihantui oleh kejadian ( kejahatan atau kecelakaan ) yang Menimpanya.

B. Aspek Yuridis Jika dari sudut medic luka merupakan kerusakan jaringan ( baik disertai atau tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit ) akibat trauma maka dari sudut hokum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindakan pidana, baik yang bersifat intensional ( sengaja ) , recklessness ( ceroboh ), atau negligence ( kurang hati-hati ). Untuk menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan dahulu berat ringannya luka. Kebijakan hokum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tesebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap : - Kesehatan jasmani - Kesehatan rohani - Kelangsungan hidup janin dalam kandungan - Estetika jasmani - Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian - Fungsi alat cidera

Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu : 1.Luka ringan. Luka derajat I/ luka golongan C Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1 2. Luka sedang / luka derajat II/ luka golongan B Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau mengalangi pekerjaan korban untuk sementara waktu. Hukuman pelakunya menurut KUHP pasal 351 ayat 1 3.Luka berat Luka berat adalah luka yang sebagaiman diuraikan dalam pasal 90 KUHP, yang terdiri atas : a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah dijahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat b. Luka yang dapaat mendatangkan bahay maut. Dapaat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensi untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh. c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabata atau mata pencahariannya. Luka yang dari sudut medic tidak membahayakan jiwa, dari sudut hokum dapat dikategorikan luka berat. Contohnya trauma pada tangan kiri pemain bola atau pada wajah seorang peragawati dapat dikategorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut selamanya. d. Kehilangan salah satu panca indera. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkna butir (a) di atas. e. Cacat besar atau kudung f. Lumpuh

g. Gangguan daya piker lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya piker tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan i. Yang dimaksud dengan keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaiut tidak diketahui oleh proses yang sebagaimana umumnya terjadi seseorang wanita ketika melahirkan. Seseorang kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi menunjukan tanda-tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut ibunya Luka Luka Adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan terhadap jaringan yang masih hidup, dapat disertai atau tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit. Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukan derajat luka : a) Luka bersih Luka yang tidak mengalami inflamasi dan infeksi, tidak melibatkan saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran perkemihan. b) Luka bersih terkontaminasi Luka bedah yang melibatkan saluran ernafasan, saluran pencernaan, dan saluran perkemihan. Luka tidak menunjukan terkontaminasi c) Luka terkontaminasi Luka terbuka, segar , luka kecelakaan, luka bedah yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Luka menunjukan tanda infeksi d) Luka kotor Luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close