Lidya dan Pamela adalah teman baik. Mereka selalu bersama. Lidya sangat peduli pada Pamela, begitu juga Pamela. Mereka berteman sejak Lidya menjadi murid baru di SMP Pelita Harapan, tempat Pamela bersekolah. Di sekolah, Lidya sangat terkenal, dia adalah seorang yang pandai bergaul, sedangkan Pamela, dia adalah seorang yang pendiam, dan pemalu. Pamela sering diejek dan dikerjai oleh teman-teman sekelasnya, karena penampilan Pamela yang culun dan kuno, Pamela juga hanya dimanfaatkan oleh teman-temannya, karena Pamela adalah anak orang kaya. Tetapi Lidya selalu melindungi Pamela, Lidya selalu membela Pamela, Lidya berteman dengan Pamela bukan karena kekayaan Pamela, untuk itu Pamela begitu tergantung pada Lidya. Kemudian orang tua Lidya dipindahkan ke kota lain, terpaksa Lidya pun harus ikut pindah, dan harus berpisah dengan Pamela. Lidya berjanji akan selalu mengabari Pamela dan akan mengunjungi Pamela sesekali, tetapi Lidya tidak pernah mengabari Pamela atau pun mengunjunginya. Pamela sangat sedih dan menganggap Lidya telah melupakannya. Lidya dan orangtuanya kembali ke tempat mereka semula. Lidya sekarang sudah SMA, dan dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Pamela, teman lamanya. Lidya masuk ke SMA favorit di tempat itu. Tidak disangka, dia bertemu dengan Pamela disana, tetapi Pamela sudah sangat berbeda, penampilannya sekarang sudah tidak culun dan kuno lagi, Pamela yang sekarang terlihat keren apalagi dia anak orang kaya, Pamela menjadi siswa yang paling terkenal dan juga ditakuti siswa lain maupun guru, karena orangtuanya merupakan pemilik yayasan sekolah tersebut. Tetapi saat Lidya ingin mendekati Pamela, dia berpikir pasti Pamela akan senang bertemu dengannya, tetapi tidak seperti yang diharapkannya, Pamela malah tidak menghiraukan Lidya sama sekali. Pamela berubah, Pamela sudah tidak seperti dulu, Pamela menjadi orang yang dingin. Tetapi Lidya yakin, Pamela masih memiliki perasaan yang sama seperti Lidya, Lidya berusaha untuk terus mendekati Pamela, tetapi Pamela terus menolaknya. Akhirnya usaha Lidya pun berhasil dan dia berteman lagi degan Pamela, melewati berbagai tantangan untuk mendapat sebuah pertemanan yang sejati. Sebuah pertemanan tidak akan terjadi tanpa adanya tantangan.
Prolog Liburan sekolah sudah selesai, murid-murid tidak sabar untuk bertemu dengan temanteman di sekolah, untuk berbagi cerita, pengalaman saat liburan, atau melepas rindu dengan pacar dan sebagainya. Hal ini pasti terjadi dan selalu terjadi di sekolah-sekolah, tidak terkecuali sekolah SMA Pelita Harapan. Semua murid-murid terlihat begitu semangat, tetapi semua begitu berbeda bagi Pamela, dia selalu menyendiri dan merasa sekolah adalah tempat yang menyebalkan dan tempat dia merasa teraniaya oleh teman-teman sekelasnya, karena penampilannya yang sangat kuno, culun, dan tidak keren menurut teman-temannya. Lagi-lagi Pamela hanya menghabiskan waktu istirahat di atap gedung sekolah, sendirian, karena tempat itu jarang didatangi oleh siapapun.) Dialog Pamela : ”Benar-benar menyebalkan! Kenapa sih mereka? Selalu saja ngerjain orang, emangnya aku salah apa sih! Kenapa hidupku begitu suram seperti ini.”
(kemudian terdengar langkah seseorang sedang naik ke atap dan menuju ke tempat biasa Pamela mengahabiskan waktu istirahat, Pamela merasa pasrah, dia merasa bahwa itu adalah teman-teman sekelasnya yang suka menjahilinya.) Pamela : “Kalian mau apa lagi? Belum cukup uang yang telah aku berikan kepada kalian tadi hah?” : “Ups, maaf, aku akan pergi, oh iya aku gak minta uang kamu ok, bye.” : (membalikkan badan, menatap dengan seorang perempuan yang sama sekali tidak pernah dia lihat)”Kamu siapa? Kok aku gak pernah lihat kamu sebelumnya?” : “Oh, perkenalkan, aku Lidya. Aku murid baru disini, salam kenal yah.” : “Hmm, pantas, biasanya aku udah dikerjain kalo aku salah ngomong.” : “Maksudnya? Trus kenapa tadi kamu ngira aku mau minta uang kamu?” : “Aku emang jadi bulan-bulanan teman-teman aku di sekolah ini, yah kamu tahu kan gimana jadi bulan-bulanan, dimintain uang lah, dikerjain ini itu, dan kalo aku ngelawan bisa dijahilin abis-abisan, contohnya tadi, kalo aku ngomong itu sama mereka, pasti aku dijahilin. Tapi untungnya aku ngomongnya sama kamu.” : “Ih kok gitu sih..jahat banget mereka sama kamu. Kenapa kamu gak lapor ama guru aja?” : “Percuma, malah nambah jatah jahil-jahilan mereka sama aku.”
Lidya Pamela
Lidya Pamela Lidya Pamela
Lidya
Pamela
Lidya
: “Ya ampun..kasian banget sih kamu! Ngomong-ngomong, aku belum tahu nama kamu nih.” : “Oh ya, namaku Pamela.” : ”Nice name.” : “Thanks.” : “Pemandangannya indah ya kalo lihat dari atas sini.” : “Yaa, kelihatan semuanya.”
Pamela Lidya Pamela Lidya Pamela
(Bel masuk kelas pun berbunyi) Lidya Pamela Lidya Pamela Lidya Pamela : “Eh, Itu bel masuk kan?” : “Yap, masuk gih.” : “Loh, kamu gak masuk?” : “Ntar aja belakangan, eh kamu tau dimana kelas kamu kan ?” : “Aku tau kok, bye Pamela.” : “Okay.Bye.”
(Sesampainya Lidya di kelas, dia langsung berbaur dengan teman-teman yang baru, Lidya adalah orang yang cepat bergaul, dan cepat mendapat teman, kemudian Pamela masuk dan ternyata Lidya dan dia satu kelas.) Yuni Tia : “Eh lihat tuh si cupu masuk, darimana aja kamu lun?” : “Paling dari tempat persembuniyannya dia, nangis, meratapi kenapa dia tercipta jadi culun and jelek.” : “Iya, oma aku aja yang kuno banget kalah ama dia kunonya.” : “Terserahlah kalian mau ngomong apa.”(lalu duduk di tempat duduknya.) : “Eh Pamela. Ternyata kita sekelas yah.” : “Yahh.” : “Jadi itu yang sering temen kamu perbuat sama kamu.” : “Yah begitulah.” : “Hey, murid baru, ngapain kamu ngomong sama si culun itu! Mending sini gabung ma kita-kita.”
Dysan Pamela Lidya Pamela Lidya Pamela Tia
Yuni Dysan Lidya
: “Iya, ntar kamu ketularan kunonya lagi.” : “Bener tuh, aku sih ogah.” : “Enggak ah, mendingan aku gabung sama Pamela. Dia orangnya sopan, gak kayak kalian yang suka seenaknya, oh ya Pamela orangnya gak kuno dan jelek, biar gayanya begini, tapi dia punya hati yang baik.” : “Apa kamu bilang? Kamu mau cari masalah ya sama kita!” : “Murid baru juga! Belagu banget sih! Kita kerjain baru tau rasa kamu.” : “Kerjain aja kalo bisa! Aku gak takut!”
Yuni Tia Lidya
(Pamela menarik tangan Lidya) Pamela : “Hey, kamu tuh apaan sih! Kamu berani banget! Kamu gak tau sih gimana mereka, duhh gawat.” : “Udah! Ngapain kamu takut.”
Lidya
(Hari pertama Lidya sekolah sudah diwarnai dengan permusuhan antara dirinya dengan gang nya Tia dan kawan-kawan. Gang Tia dkk itu memang gang sangat ditakuti oleh para murid dan mereka tidak segan-segan menjahili atau membuat perkara dengan siapa saja yang menentang mereka, Lidya pun tidak takut pada mereka. Lidya justru membalas apa yang mereka lakukan padanya. Semua itu karena dia peduli pada Pamela. Lidya sering melindugi Pamela yang suka dijahili oleh Gang Tia dkk.) Saat selesai olahraga... Pamela Lidya Pamela : ”Uh, capek yahh.” : “Iya, eh aku mau beli minum dulu yahh, kamu mau nitip gak?” : “Iya, Aqua botol satu.”
(Sesampainya di kelas, Pamela hanya sendiri karena yang lain mengganti pakaian mereka di kamar mandi, dan tidak boleh di kelas) Pamela : “Baru aku sendiri nih, ganti baju di kelas aja deh cepet-cepet, sebelum sih rese-rese itu datang dan jahilin aku.”
Pamela : “Loh, mana yah rok aku..loh..tadi ada di tas!Kok udah gak ada yah..jangan jangan si Tia lagi yang ngambil! Duh gimana nih....” Yuni Dysan : “Haa, nyari apa kamu culun?” : “Kebingungan banget kayaknya.”
Tia
: “Nyari...hmm pasti rok kamu kan ?” (sambil mengisyaratkan untuk Yuni mengambil celana olahraga Pamela yang ada di atas meja.” : “Kurang ajar kamu Tia! Kembaliin rok aku!” : “Heh cupu! Jangan asal nuduh yah! Aku gak nyimpen rok kamu, aku cuma tau aja, soalnya kamu belum pake rok kamu.” : “Iya! Dasar kamu culun!” : “Siapa lagi coba yang ngambil rok aku selain kalian, ayo kasih tau dimana kalian nyimpen rok aku.” : “Apaan sih kamu!(mendorong Pamela) : “Emang kita yang ngambil rok kamu, dan kamu pantes dapetin itu, kamu sih udah berani ngelawan kita-kita!” : “Dasar kamu dodol banget sih dii !Pake bilang segala sih ke dia kalo kita yang ambil.” : “Udah deh, gak ngaku juga pasti dia tau siapa yang ngambil roknya dia.” : “Duhh! Kalian ribut banget sih! Mending kalian ambil uangnya.” : “Apalagi sih yang kalian mau bikin ke aku? Apa sih salah aku sama kalian? Please! Balikin rok aku!” : “Gak! Mana dulu uang kamu!” : “Berapa? Minta berapapun kalian suka, aku berikan, asal kembalikan rokku!” : “Semua yang ada di kantong kamu!” : “Ini ambil saja semua! (memberikan uangnya pad Yuni)dan mana rokku!” : (mendekati Pamela kemudian merebut kacamata yang dipakainya, lalu mendorongnya sampai terjatuh)” Tidak bisa! Gampang banget kamu ngasih uang kamu, dasar bego! Mana mungkin kita mau balikin rok kamu gitu aja! Trus mana si pahlawan kamu Lidya itu hah?” : (dengan keadaan tersudut) “Kalian jahat! Aku benci kalian!Huhuhuhu!” (Pamela pun menagis) : “Kasian.” : “Uhh, dasar cengeng !”
Pamela Tia
Yuni Pamela
Tia Dysan
Yuni
Dysan Tia Pamela
Yuni Pamela
Yuni Pamela Tia
Pamela
Dysan Yuni
(Teman-teman sekelas pun mulai berdatangan dan Tia dkk pun mempermalukan Pamela dengan keadaannya yang hanya memakai boxer, Pamela berusaha mengambil kacamatanya, tetapi matanya tidak dapat melihat dengan jelas, dirinya pun begitu malu, dan akhirnya Lidya datang kemudian memarahi Tia dkk) Lidya : “ Hei! Apa-apaan kalian!” (Lidya mendorong Tia sampai terhimpit di dinding kemudian mendiamkan teman-teman yang sedang menertawakan Pamela) : “Kamu!!” : “Eh kamu apaan sih!(berusaha menarik tangan Lidya) : “Eh jangan main kasar dong!”
Tia Yuni Dysan
(Pamela hanya menangis) Lidya : “Pamela, apa yang sudah mereka lakukan sama kamu ?”(Masih dalam posisi menahan Tia) : “Rok aku mereka sembunyikan, dan celana OR aku diambil, kacamata aku juga, huhuhuh.” : “Kurang ajar banget sih kamu! Kembaliin gak ! CEPAAT !!!(memarahi Tia dan memaksanya untuk memberitahu dimana ia menyembunyikan rok Pamela) : “Dii kasih tau gih, dan ini kacamatanya, dan tolong lepasin aku!” : “Kasih Pamela semua yang kalian ambil dari dia!”
Pamela
Lidya
Tia Lidya
(Tia dkk pun mengembalikan barang-barang yang diambilnya dari Pamela) Pamela : “Lidya, makasih ya, kamu udah ngebelain aku dan nolong aku tadi, kalo gak ada kamu, aku pasti udah mati karena malu.” : “Tenang Pam, aku akan melindungi kamu, karena kamu temanku.” : “Sekali lagi makasih ya Lidya, kamu mau nggak jadi teman baik aku?” : “Apa ? Ya jelas aku mau lah! : “Okee, mulai sekarang, kita berdua jadi best friend forever!
Lidya Pamela Lidya Lidya
(Lidya dan Pamela pun menjadi teman baik. Mereka saling berbagi satu sama lain, saling menolong, dan Lidya selalu melindungi Pamela dari Gang Tia dkk, mereka sekarang sudah tidak lagi menjahili Pamela, itu berkat Lidya. Suatu hari Pamela membuat boneka untuk mereka berdua.) Pamela : “Hai Lidya!”
Lidya Pamela Lidya Pamela
: “Hai Pam! Keliatannya lagi seneng benget nih, ada apa sih?” : “Aku ada sesuatu untuk kamu!” :”Wow. Boneka? Kamu yang buat?” : “Bukan, aku beli ini. Ini untuk kita berdua, kamu harus simpan boneka ini baik-baik yah, itu adalah lambang persahabatan kita, aku juga simpan yang satunya.” : “Ohh, haha baik, aku akan jaga boneka ini.” : “yah, bagus kalo gitu.” : “Pam, kita foto yuk.” : “Ayuuuk.”
Lidya Pamela Lidya Pamela
(Pamela dan Lidya pun mengambil foto bersama dengan memegang boneka masing-masing. Har-hari yang terasa buruk bagi Pamela pun berubah menjadi hari yang penuh dengan semangat karena kehadiran Lidya dalam hidupnya. Pamela merasa bahwa Lidya adalah teman terbaiknya, begitu pun dengan Lidya. Namun akhirnya, bagaikan mimpi buruk bagi Pamela, semuanya berjalan begitu cepat, Lidya dan orangtuanya akan pindah, dan mungkin tidak akan pernah kembali. Pamela sangat sedih, karena teman yang begitu baik padanya, dan selalu melindunginya akan pergi.) Pamela Lidya : “Lidya. Kenapa kamu harus pindah?” : “Orang tua aku harus pindah tempat dinas di Jakarta, terus orang tua aku tidak ingin aku di sini, jadi aku harus pindah. Maaf Pamela, aku juga tidak menginginkan hal ini terjadi, aku merasa sangat sedih kalau harus berpisah denganmu.” : “Aku tak bisa buat apa-apa.” : “Pamelaaa, aku gak mau pergi.” : “Biarlah..memang kamu harus pindah.” : “Pamela! Kenapa kamu hanya biasa-biasa saja? Emangnya kamu gak sedih aku pergi?” : “Lidya, aku sangat sedih, sedih sekali, tapi mau bagaimana lagi? Kamu memang harus pindah.” : “Pamelaa...” : “Besok kamu sudah harus pergi kan?”
Pamela Lidya Pamela Lidya
Pamela
Lidya Pamela
Lidya Pamela Lidya Pamela
: “Ya, besok siang, kamu mau ikut nganter aku kan?” : “Ya, tentu saja.” : “Oke, besok jam 12 harus datang yah.” : “Oke.”
Keesokan harinya di bandara... Pamela Lidya : “Nomor kamu aktif terus kan? Hubungi aku terus yahh.” : “Okay Pamela, aku pasti akan hubungi teru kamu, kamu sahabat terbaik yang pernah aku miliki Pam.”(sambil memeluk Pamela) : “Ya Lid, kamu juga sahabat terbaik yang pernah aku miliki,dan kamu harus janji akan sms atau telpon aku.” : “Ya. Aku janji Pamela.”
Pamela
Lidya
(Lidya pun akhirnya pergi. Walau pun Lidya berpesan pada Pamela untuk tidak takut lagi pada Tia dkk, tapi tetap saja Pamela tidak bisa melewati semua itu sendirian, dia tetap melewati masa SMAnya dengan penuh kesedihan dan begitu suram, tanpa ada kabar apapun dari Lidya, Pamela merasa Lidya melupakannya dan tidak memikirkannya. Akhirnya, Pamela pun lulus SMA dan masuk ke universitas yayasan milik ayahnya. Pamela tidak lagi ingin menjadi bulan-bulanan, Pamela berpikir mulai sekarang dia akan merubah penampilannya. Pamela pun memulai lembaran barunya di universitas, dan dia memutuskan untuk melupakan Lidya teman lamanya itu.)