Wiring Diagram Star Delta.docx

Published on July 2016 | Categories: Documents | Downloads: 99 | Comments: 0 | Views: 695
of 68
Download PDF   Embed   Report

Comments

Content

Wiring Diagram Star Delta / Bintang Segitiga
106
Coba perhatikan lagi gambar hubung star delta yang telah saya perjelas dari gambar
artikel sebelumnya di bawah ini:

gambar wiring star dan delta
Rangkaian star delta ini diawali dengan hubung star terlebih dahulu, setelah itu baru
terhubung delta. Penggambarannya sebagai berikut:

gbr. wiring rangkaian utama
star delta
Penjelasan:
Untuk syarat syarat motor induksi 3 phasa yang bisa dihubung Star Delta bisa baca
disini
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa wiring star delta menggunakan 3 buah kontaktor
utama yang terdiri dari K1 (input utama) K2 (hubung star) dan K3 (hubung delta). Dan
semua itu disebut juga Rangkaian Utama, yang pemahaman dasarnya telah
dibahas pada artikel sebelumnya.
Pada gambar, ketika K1 dan K2 aktif atau berubah menjadi NC maka hubungan yang
terjadi pada motor menjadi hubung star, dan ketika K2 menjadi NO maka K3 pada saat
yang bersamaan menjadi NC. Dan perubahan ini menyebabkan rangkaian pada motor
menjadi hubung delta.
Bagaimana kita membuat K1, K2 dan K3 bekerja secara otomatis merubah hubung
motor menjadi star delta?
Perhatikan gambar dibawah ini:

gbr. wiring diagram star delta
Gambar diatas adalah gambar wiring diagram star delta yang merupakan perpaduan
antara interlock kontaktor dan fungsi NO dan NC dari timer. Perhatikan sekali lagi
gambar di bawah ini, yang merupakan penjelasan dari gambar diatas.

gambar penjelasan wiring diagram star
delta
Pada kotak yang berwarna pink adalah wiring diagram dari interlock kontaktor, dan
kotak yang berwarna hijau adalah kerja dan fungsi dari NO dan NC pada timer.
Ketika tombol ON ditekan maka K1 akan bekerja, begitu juga T dan K2 (hubung star).

Dalam hal ini K2 akan langsung bekerja karena terhubung pada NC dari T, disaat
bersamaan T akan bekerja dan menghitung satuan waktu yang telah ditetapkan
sebelumnya (± 3~8 detik, tergantung besar kecilnya arus asut dari motor induksi yang
digunakan). Dimana setelah habis ketapan waktunya maka NCnya akan berubah
menjadi NO begitu juga sebaliknya. Perubahan inilah yang dimanfaatkan untuk
menghidupkan K3 (hubung delta). Dan wiring diagram tersebut dikenal juga sebagai
Rangkaian Pengendali.
Sebagai finalisasi wiring diagram rangkaian star delta ini, maka saya tambahkan NC
pada K2 dan K3 yang saling bertautan pada masing masing kontaktornya. Arus listrik
akan mengalir terlebih dahulu pada NC K3 sebelum masuk koil K2, begitu juga
sebaliknya. Hal ini semata-mata untuk menghindari terjadinya kedua kontaktor itu
bekerja secara bersamaan bila terjadi hubung singkat, yang bisa menyebabkan
kerusakan pada Rangkaian Utamanya, seperti pada gambar dibawah ini.

gambar wiring diagram rangkaian pengendali
star delta

Gambar dibawah ini adalah gambar wiring diagram rangkaian star delta setelah
terpasang overload, merujuk dari gambar diatas.

gambar wiring diagram rangkaian star delta

Dan sebagai penutup saya lampirkan juga gambar pengawatan rangkaian star delta
lengkap, disertai juga dengan pewarnaan jalur rangkaiannya agar mudah dipelajari

foto gambar penyambungan pengawatan rangkaian star delta

Cukup itu saja penjelasan dari saya tentang wiring diagram rangkaian star delta ini.
Semoga penjelasan ini menjadi gerbang pembuka untuk mempelajari dan membuat
wiring diagram rangkaian otomatis lainnya.

Klik disini untuk mempelajari penerapan sistem proteksi motor listrik pada rangkaian
pengendali Star Delta.
Klik disini untuk mempelajari wiring diagram rangkaian star delta Manual yang
merupakan pilihan pengembangan rangkaian star delta yang dibahas diatas, untuk
penggunaan dan dalam kondisi tertentu.

Cara membaca diagram kelistrikan AC
Sebelum masuk ke dalam sesi membaca wiring gambar ada baiknya untuk mengenal simbol simbol dalam wiring diagram skema Air conditioner.
pada kesempatan kali ini penulis ingin mengulas seputar skema kelistrikan unit outdoor di dalam
skema kelistrikan unit outdoor Air conditioner ada beberapa simbol yang harus di pelajari di
antaranya
1. Simbol Fuse atau sakering
2. Simbol terminal
3. Simbol termistor
4. Simbol overoload
5. Simbol Motor fan blower
6. Simbol Motor compressore
7. Simbol CapasitorCapasitor
8. Simbol contactor
9. Simbol kabel .
dari simbol - simbol yang telah di sebutkan di atas
☞ Gambar 1 untuk simbol fuse

☞ Gambar 2 untuk simbol terminal

berikut ini saya lampirkan gambar

☞ Gambar 3 untuk simbol termistor

☞ Gambar 4 untuk simbol overload

☞ Gambar 5 untuk simbol fan blower

☞ Gambar 6 untuk simbol Compressore

☞ Gambar 7 untuk simbol Capasitor

☞ Gambar 8 simbol untuk contactor

Sedangkan untuk untuk kabel biasanya di simbolkan dengan warna dan sesuai dengan warna
kabel yang terpasang di unit ac dan biasa nya warna kabel ini di simbolkan dengan hurup
⚂ merah di simbolkan rd (red)
⇄ biru di simbolkan biru (bl)
⇄ hijau di simbolkan (gn) green
⇄ kuning di simbolkan (yl) yellow
⇄ cokelat di simbolkan (bn) brown
⇄ abu abu di simbolkan (gy) greey
⇄ merah jambu di simbolkan (pl) purple
⇡ putih di simbolkan (wht) white
⇄ ungu di simbolkan oleh (vlt) violet
⇄ Hitam di simbolkan dengan (Blk) black
setelah mengenal simbol - simbol yang ada dalam wiring kelistrikan Air conditioner baru
....melangkah ke sesi pembacaan skema kelistrikan.
di dalam membaca skema kelistrikan ini tidak terlalu di butuhkan keahlian khusus.

dalam hal ini penulis berkeyakinan tidak akan sulit mempelajarinya .
dan biasanya tingkat kesulitannya berada pada analisa kerusakan atau keluhan dari unit ac tsb.
dan triknya pembaca dapat mengurutkan kerusakan menurut kerusakan atau keluhan.
misalkan terdapat keluhan di seputar fan blower unit outdoor.
dan untuk skema kelistrikannya dapat di lihat gambar di bawah.
★ gambar skema kelistrikan outdoor...

maka pembaca dapat mengecheck di sekutar jalur kabel yang menuju ke fan blower unit outdoor.
langkah pertama pembaca dapat memulai dari pengecheckan fan blower tsb dlm hal ini kondisi
dari spul fan blower tsb paling tidak di pastikan spul tsb dalam keadaan baik (tidak putus) .
jika kondisi nya masih keadaan baik maka pembaca dapat mengurutkan menurut jalur kabel
selanjutnya dan penulis ingin mengingatkan jangan lupa untuk melihat warna kabel pada jalur
kelistrikannya yg tujuannya tidak lain untuk mempermudah pembacaan di dalam mendeteksi
kerusakan. bila dilihat dari jalur selanjutnya maka dapat di pastikan item pengecheckan
selanjutnya adalah Capasitor.lakukan pengecheckan yang sama dengan pengecheckan
sebelumnya dan pastikan kondisi dari kapasitor tsb ( dalam keadaan ok atau NG) .jika kondisi
capasitor dalam keadaan ok maka pembaca dapat mengecheck voltage input untuk capasitor dan
pengecheckan voltage input capasitor dapat di pastikan dengan mengecheck output votage dari
contactor.
dan untuk seterusnya lanjutkan pengecheckan sampai ke terminal untuk voltage input
jika ada yg belum jelas pada saat membaca article ini ....pembaca dapat menghubungi
penulis via email, tlp, sms atau share via comment di blog ini
besar haeapan penulis semoga article ini dapat berguna dan mudah di pahami.

WIRING DIAGRAM KONTROL MOTOR: TEKNIK MEMBACA

WIRING DIAGRAM KONTROL MOTOR

Cara Membaca Wiring Diagram Diatas :
( Wiring Diagram Kontrol Direct On Line )
1. Kenali lebih dahulu Symbol-symbol yg ada pada Wiring diagram diatas.
Nama, Fungsi dan Cara Kerjanya.
2. Pada Wiring Diagram diatas, Komponen Kontrol Utamanya adalah Kontaktor.

Kontaktor, memiliki Coil, Kontak NO. ( Main Contact dan Auxiliary Contact )
dan Kontak NC.,
Coil akan bekerja ( menarik Kontak NO. dan NC bila ia menerima Arus Listrik.
3. Komponen yang terpenting lainnya adalah Thermal Over Load Relay (TOR ),
alat ini akan bekerja ( memutuskan Rangkaian Kontrol, bila dilalui Arus Listrik
melebihi dari batas nilai yang ditentukan (setting).akibat terjadinya Over Load
pada Motor Listrik.
4. Bila kita baca wiring diagram diatas adalah sbb. : Bila Tombol Start ditekan,
maka Arus akan mengalir ke Coil Kontaktor dan Coil menjaadi magnit,
ditandai dengan menyalanya Lampu Hijau
sehingga menarik Kontak NO dan NC nya, yg NO terhubung, yg NC terputus.
Kontak Utama NO. terhubung ( 1,3,5 terhubung ke 2,4,6, arus 3 phase
mengalir ke Motor 3 Phase (U,V,W), melalui Elemen Thermis TOR. sehingga
berputar.
5. Bila Tombol Start dilepas, Motor tetap berputar karena telah terjadi Self
Holding pada Rangkaian Kontrol.
6. Bila terjadi Over Load pada Motor, Elemen Thermis bekerja dan memutuskan
Kontak NC TOR ( 95-96 ) dan menghubungkan kontak NO nya ( 97 – 98 ),
sehingga Lampu Alaram Merah Menyala.
7. Untuk mematikan Motor, tekanTombol Stop.
8. Bila terjadi gangguan pada sistim Kontrol, tekan Tombol Emergency Stop.
MACAM-MACAM RANGKAIAN KONTROL MOTOR YANG DIPELAJARI TERI DAN
PRAKTEK ADALAH :
1. Rangkaian D.O.L. dari 2 tempat
2. Rangkaian Inching
3. Rangkaian Forward and Reverse
4. Rangkaian Forward and Reverse dari 2 tempat
5. Rangkaian Star Delta Manual
6. Rangkaian Star Delta Otomatis
Bila Rangkaian-rangkaian diatas selesai dipraktekkan sebelum hari ke 6, akan diberi
bonus Rangkaian-rangkaian :
1. Rangkaian Denyut Arus

2. Rangkaian kontrol Motor 2 kecepatan ( Dahlander )
3. Rangkaian Star Delta Forward and Reverse
4. Rangkaian Pelayanan Motor berurutan

5. Rangkaian Pelayanan Motor bergantian

Pengetahuan Elektronik
Chapter 7.2. Programmable Logic Controller
Hal penting yang harus diperhatikan adalah fail safe design dalam merancang
sistem menggunakan PLC sama seperti rancangan sistem menggunakan relay
elektromekanis. Kita harus selalu mempertimbangkan dampak dari gagal (terbuka)
kabel pada perangkat atau perangkat yang dikendalikan. Perhatikan contoh berikut,
dimana rangkaian kontrol motor memilik masalah: jika kabel input untuk X2 (push
button NO) mengalami fail (open), tidak akan ada cara untuk menghentikan motor!

Solusi untuk masalah tersebut adalah pembalikan logika antara "kontak" X2 di
dalam program PLC dan tombol STOP. PB STOP yang awalnya NO diganti dengan PB
STOP yang NC akibatnya maka kontak X2 yang tadinya NC kita buat menjadi NO.
Sebagai berikut :

Maka dengan kondisi diatas, masukan X2 akan mendapatkan energi sehingga
kontak X2 (NO) dalam PLC akan menjadi close. Tetapi jika terjadi kegagalan terbuka
(kabel putus), otomatis input X1 akan kehilangan energi, sehingga kontak X1 dalam
PLC akan kembali ke kondisi normalnya (NO). Akibatnya Motor tidak akan dapat di
start sampai PB stop diganti. Secara fail safe design, ini lebih baik dilakukan
daripada motor bisa dijalankan tetapi tidak bisa dihentikan. Tidak aman.

Selain input (X) dan output (Y) unsur program, PLC menyediakan memory internal
(internal relay) yang tidak ada hubungannya dengan komponen luar. Pada dasarnya
memory internal sama seperti memory X (mewakili input) dan Y (mewakili output).
Biasanya digunakan untuk membantu menyederhanakan rangkaian logika yang
rumit, pembalikan logika, atau dummy memory. Untuk setiap brand PLC, penamaan
internal memorynya berbeda-beda.
Untuk menunjukkan bagaimana salah satu penggunaan internal relay, perhatikan
rangkaian program dibawah ini dimana kita akan membangun fungsi gerbang NAND
tiga-masukan. Internal relay kita namakan dengan C1:

Dalam rangkaian ini, lampu akan tetap menyala jika ada tidak ada penekanan
tombol atau salah satu tombol tidak tertekan (unpressed). Untuk membuat lampu
mati, maka ketiga push button harus tertekan bersamaan, seperti ini:

Posted by GoBlog at 3:40 AM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Saturday, September 24, 2011
Chapter 6. Fail Safe Design
Setiap orang dengan metode masing-masing dapat membangun rangkaian logika
dengan relay elektromekanik ataupun komponen solid-state untuk sebuah fungsi
yang sama. Dan tidak ada satupun metode yang dapat dikatakan benar dalam
sebuah perancangan fungsi logika yang rumit. yang dapat dikatakan bahwa selalu
saja ada metode yang lebih baik daripada yang lain.
Dalam sistem kontrol, keselamatan seharusnya merupakan prioritas desain
penting. Jika ada beberapa metode rangkaian kontrol dalam melakukan sebuah
tugas, maka pemilihan terbaik adalah metode yang mengutamakan
keselamatan/keamanan.
Mari kita melihat sebuah sistem sederhana dan penerapannya. Misalkan sebuah
laboratorium atau bangunan industri harus dilengkapi dengan sistem alarm
kebakaran. Alarm akan diaktifkan oleh beberapa switch yasng mewakili setiap area

banguna. Alarm akan berbunyi jika salah satu area bangunan terjadi kebakaran
karena switch on. Awalnya , secara sederhana kita hanya menggunakan kontak NO
yang terhubung pararel. Sebagai berikut:

Pada dasarnya rangkaian tersebut mewakili fungsi logika OR yang
diimplementasikan dengan empat masukan switch. Jadi kita dapat melakukan
penambahan alarm hanya dengan memasang swicth secara pararel pada bagian
input. Ini adalah hal yang mendasar dan sederhana dan tampaknya sempurna
untuk dilakukan.
Tetapi sistem tersebut memiliki kelemahan jika terjadi kabel putus, kontak relay
rusak (menjadi open), sekring putus. Itu dikarenakan fungsi OR dalam rangkaian
listrik merupakan rangkaian terbuka (open loop) bukan close loop (tertutup). Jadi
semua yang rusak (menjadi open) tidak akan terdeteksi dalam rangkaian.
Perhatikan contoh berikut:

Saat kabel putus pada switch 2, dapat diartikan bahwa sistem keamanan pada area
2 sudah tidak berfungsi dan tidak langsung ketahuan oleh operator. Seandainya
pada area 2 terjadi kebakaran, maka alarm tidak akan menyala.

Kita akan merombak rangkaian diatas agar sistem membunyikan alarm pada saat

terjadi masalah selain kebakaran sperti kabel putus (open). Agar putusnya kabel
akan menghasilkan alarm. Karena tujuan alarm adalah untuk kebakaran, maka
alarm yang berunyi karena putusnya kabel kita sebut alarm dumy (alarm palsu).
Oleh karena itu kita akan merubah rangkaian tersebut menjadi rangkaian tertutup.
Rangkaian tertutup terwakili dengan fungsi AND , dimana kontak tertutup akan
disusun secara seri untuk menggantikan fungsi kontak terbuka yang dipasang
pararel (fungsi OR). Sebagai berikut :

Pada sistem ini, baik masalah alarm kebakaran ataupun alarm dumy akan terwakili.
Saat tidak ada masalah maka kontak CR1 akan on karena coil CR1 pada kondisi on.
Jika timbul masalah maka coil CR1 akan off dan ini mengakibatkan kontak CR1 akan
NC, akibatnya alarm akan berbunyi. Rangkaian ini memang lebih sulit dipahami,
tetapi lebih bauk dari sisi keamanan.
Perancangan rangkaian ini kita sebut sebagai fail safe design, karena desain ini
bertujuan untuk membuat kondisi baku/awal ke modus paling aman dalam berbagai
fail, baik itu yang bersifat khusus (kebakaran) ataupun umum(koneksi rusak di kabel
saklar, kable putus karena tikus). Jadi fail-safe design selalu diawali dengan
pertimbangan baik terhadap masalah khusus (komponen) dan umum (kabel) agar
dapat mengatasi keduanya dengan cara efisien dan aman. Selanjunya kita harus
membuat rangkaian yang dapat berlaku paling aman dalam menghadapi masalah
tersbut, dan disesuaikan dengan kondisi fisik di lapangan.
Kasus 1 :
Kita ambil contoh : Sebuah solenoid menggerakkan (energized) katup untuk
mengalirkan air ke mesin (cooling water). Energi kumparan solenoida akan memutar
angker agar menggerakkan mekanisme katup sehingga membuka atau menutup.
Sebuah pegas akan menarik kembali katup (close) saat solenoid deenegized. Kita
tahu bahwa fail pada kabel dan kumparan solenoida kemungkinan besar adalah
open circuit daripada short circuit, sehingga perancangan sistem ini paling aman
berada dalam kondisi dimana solenoida de-energi.

Cooling water dikendalikan oleh katup tersbut, maka lebih aman untuk membuat
katup menjadi on saat terjadi fail daripada membuatnya mati/off . Hal ini karena jika
kita membuatnya off, maka mesin akan bekerja tanpa cooling water bisa menjadi

rusak karena panas berlebih. Maka pertimbangan bahwa jika terjadi fail,sebaiknya
katup akan open (coil enegized) sehingga mesin tidak kehilangan sistem
pendinginan. Maka kita harus memilih/memasang solenoid diamana saat
denegized ia akan menarik/mendorong katub menjadi terbuka. Dan saat enegeized
akan membuat katub close. Memang agak rumit, tetapi ini menjadi pilihan yang
lebih safe (aman).
Kasus 2:
Salah satu aplikasi menarik dari fail-safe design adalah pada pembangkit dan
distribusi listrik pada industri, di mana circuit breaker harus dibuka dan ditutup
lewat sinyal kontrol listrik yang berasal dari protective relay. Jika relay
(instantaneous and time overcurrent) memerintahkan breaker untuk trip (open
circuit) saat terjadi arus yang besar, manakah yang harus kita pilih: membuat
relay menutup (close) kontak atau membuka kontak (open) untuk mengirimkan
sinyal trip (open) pada breker? Kita tahu bahwa kekgagalan karena open circuit
lebih memungkinkan, tetapi manakah yang paling aman buat sistem: open atau
close ?
Awalnya tampak lebih aman untuk memutus circuit breaker daya besar (open dan
memutus sumber listrik) ketika terjadi kegagalan terbuka (open circuit) pada
protective relay, seperti kita memiliki sistem alarm kebakaran default pada sebuah
sistem alarm dengan berbagai switch dan kegagalan wiring. Namun pada dunia
listrik daya besar ini menjadi tidak sesedehana itu. Pemutusan circuit breaker daya
besar bukanlah masalah kecil, terutama ketika pelanggan tergantung pada
pasokan tenaga listrik yang terus menerus untuk memasok rumah sakit, sistem
telekomunikasi, sistem pengolahan air, dan infrastruktur penting lainnya. Untuk
alasan ini, para insinyur setuju untuk merancang rangkaian protective relay untuk
mengeluarkan sinyal kontak tertutup (memberi power) untuk membuka pemutus
sirkuit besar. Ini bermakna bahwa kegagalan terbuka pada kabel kontrol tidak
diperhatikan, cukup meninggalkan pemutus dalam posisi status quo.

Itu tenu saja bukan keadaan yang ideal. Semisal protective relay mendeteksi
overcurrent, sedangkan kabel kontrol mengalami putus (open), maka siyal trip akan
gagal membuka pemutus sirkuit. Ingat desain pada sistem alarm kebakaran, alarm
dumy akan mucul bila terjadi kegagalan terbuka pada kabel. Oeh karena itu, para
insinyur sirkuit mengatasi masalh ini dengan cara lain, dimana setiap kegagalan
terbuka akan segera menutup pemutus sirkuit off, seolah-olah tak sadarkan diri

(pingsan tapi masih hidup, tidak mati total) walaupun ini sebenarnya juga bukan
alternatif baik.
Note:
a. Tujuan dari fail safe design adalah untuk membuat sistem kontrol setoleran
toleran mungkin terhadap kegagaln wirng (kabel) atau komponen.
b. Tipe wiring yang sering digunakan untuk mengatasi kegagalan komponen adalah
rangkaian terbuka. Oleh karena itu, perancangan sistem gagal-aman pada
rangkaian terbuka harus dirancang untuk default yang paling aman untuk sistem.
Posted by GoBlog at 3:20 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Friday, September 23, 2011
Chapter 7.1. Programmable Logic Relay
Sebelum munculnya komponen solid-state pada rangkaian logika, sistem
kontrol dibangun dengan menggunakan relay elektromekanik. Dalam desain
modern, relay masih diangap relevan, tetapi telah banyak digantikan fungsi mereka.
Terutama untuk yang membutuhkan switching yang cepat dan arus besar, relaay
telah digantikan oleh piranti solid state yang memiliki ketahanan dan waktu hidup
lebih lama dibandingkan relay elektromekanik.
Sistem Kontrol dalam prosesnya membutuhkan kontrol "on / off" yang
sangat banyak pada perindustrian. Dan ini tidak efisien jika dibangun menggunakan
relay elektromekanik. Itu akan membutuhkan wiring yang rumit, tempat yang luas,
dan alhasil kecepatan menurun. Oleh karena itu, pada jaman modern dibagunlah
sistem kontrol menggunakan PLC. Sangat compact, membutuhkan sedikit ruang,
kecepatan tinggi, handal dan proses logika yang mudah dan cepat.

Sebuah PLC memiliki banyak input terminal, melalui yang
menginterpretasikan Logika 1 (hi) dan 0 (rendah) dari sensor dan switch. Ia juga
memiliki banyak output terminal, dimana melalui output yang 1 dan 0 sinyal dikirm
ke lampu listrik, solenoida, kontaktor, motor kecil, dan berbagai perangkat yang
nmebutuhkan kendali on/off. Untuk memudahkan pemrograman maka PLC
menggunakan sistem ladder/tanggaa. Jadi, seorang tukang listrik industri atau
insinyur listrik yang sudah terbiasa membaca diagram tangga akan mampu
memahami dan mempelajarinya.
PLC dirancang untuk menggantikan/mengurangi relay elektromekanik dalam
sistem kontrol sehingga menjadi lebih seerhana dan compact. Ilustrasi berikut

menunjukkan PLC sederhana, dengan spesifikasi :
a. dua terminal sekrup merupakan koneksi tegangan jala-jala 120 volt AC yang
berguna untuk menghidupkan sirkuit internal PLC (label L1 dan L2).
b. Enam Terminal sekrup sebelah kiri merupakan koneksi ke perangkat input,
masing-masing terminal mewakili sebuah input yang berbeda (X0-X5). Terminal kiri
bawah adalah koneksi Common, terhubung ke L2 (netral) dari sumber listrik 120
VAC.
c. Enam Terminal sekrup sebelah kanan merupakan koneksi ke perangkat output,
masing-masing terminal mewakili sebuah output yang berbeda (Y0-Y5). Terminal
kanan bawah adalah koneksi SOURCE, terhubung ke L1 dari sumber listrik 120 VAC.

Di dalam housing PLC, menghubungkan antara setiap terminal masukan dan
common adalah opto-isolator (Light-Emitting Diode) yang menyediakan sinyal logik
elektrik isolasi tinggi pada rangkaian komputer (foto-transistor yang diwakili oleh
cahaya LED ), dimana jika menrima daya 120 VAC daya pada masukan, sebuah
cahaya LED akan menyala yang mengindikasikan adanya input:

Sinyal output yang dihasilkan oleh komputer internal PLC mengaktifkan
perangkat switching (transistor, TRIAC, atau bahkan sebuah relay elektro mekanik),
menghubungkan terminal SOURCE dengan salah satu output berlabel Y. Oleh
karena itu terminal SOURCE biasanya dihubungkan ke sisi L1 sumber daya 120 VAC.
Sama dengan input, sebuah LED pada panel depan PLC memberikan indikasi visual
output ketika energized:

Dengan cara diatas, PLC dapat terhubung dengan pirantui luar seperti relay atau
solenoid.

Logika sebenarnya dari sistem kontrol dibentuk di dalam PLC melalui program
komputer. Program ini akan menentukan mana output yang akan on tergantung
kombinasi dari masukan. Meskipun program itu adalah diagram logika tangga,
dengan simbol saklar dan relay, pada kenyataannya tidak ada kontak/ aktual
ataupun koil relay yang beroperasi di dalam PLC. Untuk membangun hubungan
logis antara input dan output semua menggunakan kontak dan koil dumy/khayalan.
Untuk melihat program PLC kita harus menghubungkannya dengan komputer lewat
cable interface khusus atau ada yang dapat dibagun sendiri. Dan terhubung ke
computer lewat RS232 atau USB. Sebagai berikut:

Ketika push button tidak ditekan (unpressed), maka tidak ada enegi yang dikirim ke
input X1 dari PLC. Akibatnya pada program menunjukkan kontak NO dari X1 yag
seri dengan koil Y1 tidak mendapatkan enegi sehingga tidak membual koil Y1
menjadi on. Maka lampu indikator baik X1 dan Y1 tidak akan menyala.
Ketika push button ditekan, maka enegi akan dikirim ke input X1 PLC. Maka semua
kontak X1 dalam program akan berubah melawan keadaannya normalnya (NC jadi
Open, yang NO jadi Close). Kaeena X1 seri dengan Y1 maka koil Y1 akan
mendapatkan enegi sehingga on dan menyalakan pilot lamp. Sebagai berikut :

Perlu dipahami bahwa kontak X1, Y1 coil seolah-olah dihubungkan demgan kabel
yang pada kenyataannya yang tampak pada monitor komputer adalah hanaya
virtual. Keberadaan mereka tidak sebagai komponen yang real, hanya dummy dan
berwujud perintah program komputer.
Dan perlu dipahami bahwa komputer hanya digunakan untuk menampilkan dan
mengedit program PLC. Setelah program telah di load ke PLC dari komputer, maka
PLC yang akan menjalankan program tersebut. Komputer juga dibutuhkan saat
trouble shooting di lapangan untuk melihat digram tangga dan status input output
yang berupa kontak dan koil virtual untuk menetukan permasalahan.

Fleksibilitas dari PLC terbukti ketika kita ingin melakukan perubahan pada sistem
kontrol. Karena PLC merupakan perangakat yang diprogram, kita dapat merubah
perilaku program dengan menambah atau mengurangi perinta tanpa harus
mengutak atik komponen listrik terhubung. Sebagai contoh, misalkan kita ingin
membuat fungsi sirkuit lamou diatas menjadi terbalik, jika tombol ditekan maka
lampu akan matidan jika tidak ditekan lampu akan tetap menyala. Kita bisa
melakukannya dengan mengganti push button NO menjadi NC. Tetapi tanpa
merubah komponen luar kita dapat melakukannya dengan program lewat komputer,
yaitu dengan merubah kontak X1 yang tadinya NO menjadi NC. Sebagai berikut:

Jika Push button ditekan akan sebagai berikut:

Salah satu keuntungan menggunakan perangkat lunak daripada perangkat keras
(komponen) adalah bahwa kita dapat menggunakan sinyal input sebanyak yang kita
perlukan. Sebagai contoh lihat rangkaian dan program berikut, yang dirancang
untuk menyalakan lampu dengan syarat minimal 2 tombol ditekan secara
bersamaan :

Untuk membangun rangkaian yang sama dengan diatas menggunakan relay
elektromekanik akan membutuhkan tiga relay dengan dua kontak normal terbuka.
Dengan menggunakan PLC, kita dapat mendefinisikan kontak sebanyak yang kita
inginkan untuk setiap masukan X tanpa harus menambahkan komponen tambahan.
Masing-masing input dan output hanya mewakili satu bit dalam memori PLC (0 atau
1), dan dapat mengingat sebanyak yang diperlukan.
Kita juga dapat membuat kontak dari output Y sebanyak yang kita butuhkan.
Perhatikan contoh start stop motor berikut:

Push button yang terhubung ke masukan X1 berfungsi sebagai tombol START,
sedangkan push button yang terhubung ke X2 masukan berfungsi sebagai STOP.
Sedangkan kontak Y1, merupakan kontak dari output Y1. Jika START ditekan maka
koil Y1 akan ON, akibatnya kontak Y1 yang NO akan menjadi close. Sebagai berikut:

Sekarang jika penekanan push button START dilepaskan, maka koil Y1 akan tetap
ON. Itu dikarenakan kontak Y1 menjadi close dan kontak NC dari X2 sehingga energi
mengalir dari kontak Y1, lalu kontak X2 menuju koil Y1 sehingga terjadi
penguncian.Sebagai berikut :

Untuk menghentikan motor, kita harus menekan tombol STOP yang akan
memberikan energi masukan X2 (NC) sehingga menjadi open, dan memutus arus ke
koil Y1l:

Ketika penekanan push button STOP dilepaskan, masukan X2 akan de-energi, dan
kontak X2 kembali kekeadaan normalnya (NC). Motor tidak akan berputar lagi
sampai Push Button START ditekan kembali, ini karena penguncian koil Y1 telah
hilang. Sebagai berikut:

Posted by GoBlog at 7:55 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Chapter 5. Motor Control Circuit
Interlocking (sebagai proteksi) pada bab sebelumnya, membuat motor on
selama tombol ditekan. Jika kita ingin motor terus on dengan sekali tekan kita
harus mengubah rangkaian dengan menambahkan rangkaian latch (pengunci).
Rangkaian ini sering digunakan dalam dunia industri :

Jika tombol forward ditekan, maka M1 akan on, dan akan tetap on. Demikian juga
jika tombol reverse ditekan maka M2 akan on, dan akan tetap on. Kontak close dari
M1 dan M2 mencegah koil M1 dan M2 menjadi on bersamaan. Iini sering disbut
sebagai seal contact (kontak pengaman) atau latch (pengunci). Bagaimana untuk
menghentikan motor, rangkaian harus kita ubah sebagai berikut:

Rangakain diatas masih ada persolan. Bagaimana menghentikan motor yang
sedang berjalan. Maka ditambahlah push button stop (NC) pada bagian belakang
rangkaianr. Dengan menekan push button stop maka rangkaian latch akan di
putuskan. Untuk rangkaian yang menjalankan motor lebih dari satu, biasanya
ditambah lagi sebuah tombol emergency. Jadi jika terjadi sesuatu yang
membahayakan dengan menekan PB Emergency (push lock) maka semua proses
akan dihentikan.
Secara logika rangkaian di atas sudah cukup baik. Tetapi kita harus
mempertimbangkan aspek lain dari rangkaian tersbut disesuikan dengan kondisi
lapangan. Misalnya perubahan beban mekanis, seperti kipas yang besar, dimana
saat tombol stop ditekan, motor akan tetap berjalan selama beberapa saat sebelum
berhenti total. Akan imbul masalah jika operator akan menjalankan motor dalam
arah sebaliknya tanpa menunggu kipas angin berhenti berputar karena inertia
motor akan berjuang melawan arah putaran sebelumnya. Beban bagi besar bagi
motor dan akan menjadi cepat panas. Oleh karena itu perlu penambahan sistem
delay, untuk memberi waktu motor berhenti. Sehingga penekanan tombol untuk
menjalankan motor pada arah sebaliknya secara mendadak dapat dicegah dengan
adanya rangkaian waktu tunda (off delay). Sebagai berikut:

Jika motor berjalan forward, baik M1 dan TD1 akan on. Kontak TD1 (NC) antara
kabel 8 dan 5 akan open. Ketika tombol stop ditekan, TD1 kehilangan catu (off)
maka kontak TD1 tetap open dalam selang waktu tertentu sebelum kembali ke
kondisi normalnya (NC). Setelah kontak TD1 menjadi NC maka penekanan tombol
reverse baru dapat membuat on M2 (reverse). Jadi timer memberikan selang
waktu untuk motor berhenti dulu baru bisa di start kembali.
Jika teliti, maka kita dapat melihat bawhwa TD1 dan TD2 saling interlock.
Oleh karenanya kita dapat menghilangkan kontak M1 dan M2 dan menggantikannya
dengan kontak TD1 dan TD2. Setiap waktu tunda relay akan melayani tujuan ganda:
mencegah kontaktor lainnya dari energi saat motor sedang berjalan, dan mencegah
kontaktor yang sama dari energi sampai waktu yang ditentukan setelah motor
dimatikan. Maka kita dapat menyederhanakan rangkaian menjadi sebagai berikut :

Posted by GoBlog at 6:02 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Tuesday, September 20, 2011
Chapter 4. Permissive dan Interlocking
Permissive (syarat/kondisi)
Sebuah aplikasi praktis dalam sistem kontrol adalah adanya kondisi beberapa
proses harus dipenuhi sebelum sebuah alat dapat dijalankan. Contoh: Burner
kontrol pada tungku pembakaran. Agar burner dapat dijalankan maka syarat/ijin
antara lain batas tekanan yang cukup pada supply bahan bakar, adanya aliran
udara (kipas hidup), pintu tungku sudah tertutup, dll. Setiap kondisi tersebut
(diwakili oleh sensor) disebut permisif, dan masing-masing saklar permisif harus
dipasang secara seri, sehingga jika salah satu dari mereka mendeteksi suatu kondisi
yang tidak aman, sirkuit akan dibuka:

Jika semua kondisi permisif terpenuhi, CR1 akan memberi energi dan lampu hijau
akan menyala. Jika belum terpenuhi maka lampu merah akan tetap menyala.
Dalam kenyataaannya, yang diberi energi tidak hanya lampu hijau, tetapi relay
kontrol atau solenoid valve jika semua kontak permisif terpenuhi.

Kontak Low fuel Pressure (NO) : Batas bawah tekanan bahan bakar, jika terlalu
rendah maka akan open, jika sudah memlebihi akan akan close yang berarti
permissive terpenuhi.
Kontal High Fule Pressure (NC): Batas atas tekanan bahan bakar, jika masih dibawah
akan close, tetai jika terlalu tinggi akan open.
Permisif Kontak Low dan High Pressure harus close dalam kondisi siap menjalankan
burner

Interlocking ( Penguncian)
Menjalankan motor dalam dua arah : maju (forward) dan mundur (reverse)

Sisitrm kontrol sederhananya adalah sebagai berikut:

Pada sisitem kontrol tersebut terdapat permasalahan yang penting. Jika push
button forward dan reverse dietekan bersamaan, maka M1 dan M2 akan On
bersamaan dan menyebabkan hubung singkat pada wiring kontaktor motor. Oleh
karena iru untuk mengatasinya, kita menggunakan sistem yang disbut dengan
interlocking, sebagai berikut:

Perhatikan, jika PB forward ditekan maka M1 akan ON dan kontak M1 (NC) pada
rung 2 yang seri dengan dengan M2 akan terbuka.Maka jika PB reverse tertekan
tidak akan menyebabkan M2 mendapatkan energi. Demikian juga sebaliknya.
Posted by GoBlog at 6:34 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Chapter 3. Fungsi Logika Digital pada Rangkaian Listrik
Kita akan membangun rangkaian fungsi logika menggunakan lampu dan beberapa
kontak untuk menjelaskan masing-masing fungsi logika. Dan notasi notasi biner
akan dipakai untuk menunjukkan status dari switch dan lampu, dimana 0 untuk de
enegized atau unactuated) sedangkan 1 untuk energized atau actutated. Tabel
Kebenaran akan dibangun untuk menunjukkan bagaimana sakalr bekerja
1. Rangkaian OR

2. Rangkaian AND

3. Rangkaian NOT

4. Rangkaian NAND

5. Rangkaian NOR

6. Rangkaian XOR

Sebuah pola yang identik dapat dibentuk dengan cara sebagai berikut :
* Kontak Paralel setara dengan sebuah gerbang OR.
* Kontak Seri setara dengan sebuah gerbang AND.
* Pada umummnya kontak NC setara dengan sebuah gerbang NOT.

Kita dapat membangun fungsi logika kombinasional dengan mengelompokkan
kontak dalam pengaturan seri-paralel. Pada contoh berikut, kita memiliki fungsi OReksklusif dibangun dari kombinasi erbang AND, OR, dan NOT:

Terkadang beberapa kontak pada sebuah saklar (atau relay) dirujuk oleh sebuah
beberapa label, seperti A1, A2, A3 dst. Maka jika kita melihat sebuah label mewakili
beberapa kontak, kita tahu bahwa kontak-kontak tersebut akan dikerjakan oleh
mekanisme yang sama.
Jika kita ingin membalikkan output, kita harus menggunakan relay dengan kontak
normal tertutup. Sebagai contoh :

Jika kita menyebut sebuah coil relay CR1 (misal pada rung 1), maka ketika koil CR1
memperoleh energi, maka kontak CR1 (pada rung 2) kedua akan bekerja pula
sehingga mematikan lampu lampu seperti pada contoh berikut:

Dari contoh diatas kita dapat menerapkan strategi ini, dimana memberi NOT pada
masukan gerbang OR akan menjadi AND dan jika kita memberi NOT pada masukan
gerbang AND akan menjadi gerbang OR. Dan jika pada kedua gerbang baru tersbut,
pada keluarannya kita beri NOT maka akan terbentuk gerbang NAND dan NOR.
Kesimpulan:
* Kontak disusun pararel setara dengan gerbang OR.
* Kontak disusun seri setara dengan gerbang AND.
* Kontak tertutup (NC) setara gerbang NOT.
* Sebuah relay harus digunakan untuk membalikkan output, sementara dengan
kontak tertutup (NC) pada masukan sudah dapat mewakilifungsi NOT.

Sponsor Documents

Or use your account on DocShare.tips

Hide

Forgot your password?

Or register your new account on DocShare.tips

Hide

Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link to create a new password.

Back to log-in

Close